Aneh

3 0 0
                                    

" KRIIINGGGGGGGGG...... KRINGGGGG".
Suara telfon di ponselku berbunyi.

aku pun meraih ponselku yangg sedari tadi sudah berdering beberapa kali, drngan mata yang masih sayup aku mencoba membaca siapa yang menelfonku sepagi ini.

" Ibu Riyanti ". nama yang tertera di layar ponselku.

seketika aku tersentak hingga mataku hampir keluar mungkin, dan bergegas untuk bangun. panik, takut, bingung, semua jadi satu.

" Hufftt.... tenang Fis... tenang.... ". sembari menarik nafas dan mencoba menenangkan diri.

Aku menarik nafas panjang, dan mencoba menetralkan suaraku agar tidak terdengar seperti baru sekali bangun tidur.

" Ekhemmm.... aa... ii... uu... ".

" Halo.....". aku meletakan layar ponsel di telingaku, sembari mencoba tenang

" Iya bu kenapa? ". Dalam hatiku sudah mencoba menerka - nerka apa yang akan ibu Riyanti katakan, dan jawaban apa yang harus aku siapkan.

" ANFISSS.... KAMU DI MANA? SUDAH JAM BERAPA INI? ".

" Maaf Anfisa bu, bukan Anfis". Aku membenarkan namaku sendiri.

" Iya ini saya sedang di jalan bu, sebentar lagi saya sampai kok bu ". Aku membuat alasan, dan mendekatkan kipas ke arah ponselku, agar tedengar suara anginnya, seakan sedang di perjalanan betulan, menaruh harap semoga bu Riyanti percaya alasanku.

Setelah telfonnya terputus, aku melempar ponselku ke kasur dengan sembarang, aku buru-buru beranjak dari tempat tidurku, langsung menuju kamar mandi ku. tanpa ba, bi, bu, aku segera menutup kamar mandi, mencuci muka, menggosok gigi, setelah itu langsung hendak mengganti pakaian. Aku tak sempat mandi saat itu, aku pikir ah sudahlah gampang yang penting aku pakai minyak wangi saja, bukankah banyak juga wanita yang sama sepertiku bukan, saat terburu-buru.

Tak sempat lagi aku bermake up, aku hanya sempat memakai liptint, yang penting tidak terlihat pucat bibirku, sembari memakai liptint aku memesan ojek online, agar tidak membuang-buang waktu.

"kriingggg....... kring......". Suara ponselku berdering, kali ini panggilan dari abang-abang ojek online yang aku pesan.

aku segera bergegas keluar rumah memakai sepatu, dengan sembarang yang terpenting sepatunya menyangkut.

Selama perjalanan aku gelisah, dan beberapa kali aku bilang ke abang ojeknya agar buru-buru, tak peduli apa yang terjadi diajak ngebut pun tak apa, aku benar-benar sudah tidak peduli apapun yang terjadi, pikiranku sudah hanya tertuju ingin cepat-cepat sampai.

15 menit kemudian aku sampai.....

" Makasih ya pak ". Aku memberi ongkos kepada bapaknya. aku langsung segera meninggalkan pergi, berjalan dengan tergesa, dan langkah kaki yang lebar....

" Neng..... neng...."

aku enggan menoleh karna dalam pikiranku ah... Paling cowo-cowo yang biasa nongkrong di pinggir jalan terus goda-godain.

Jujur aku tidak suka dengan pria-pria yang seperti ini, seperti tidak ada kerjaan lainnya, bahkan seperti tidak pernah melihat wanita saja, setiap aku lewat pasti ada saja cowok-cowok yang seperti ini menggoda, dan merayu-rayu tidak jelas.

" Neng... Neng... Tunggu dulu ". Suara itu lagi-lagi terdengar.
Aku acuh saja tak menghiraukan, terus berjalan namun kini agak cepat langkahku, jujur aku sudah mulai risih, mulai tidak nyaman, rasanya ingin sekali aku lempar dengan sepatuku yang lumayan berat ini jika sekali lagi memanggil. Atau bahkan sampai berani mencolekku hmmmm... coba saja ku tinju nanti dia.

Walaupun aku wanita, dulu saat SMP aku sempat mengikuti pelatihan beladiri karate, kata ibuku suatu saat nanti akan berguna untuk mempertahankan diri, wanita juga harus kuat, harus berani, tidak boleh lemah, agar tidak ditindas seenaknya mungkin sudah saatnya aku menunjukannya.

Aku merasakan ada seseorang yang mendekat ke arah ku... Aku pun segera berancang, sudah berjaga-jaga jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

" Kak.... Kaak... Sorry ". seseorang menepuk pundak ku, dan cara ia memanggil pun juga berbeda.

" BUUUKKK ". Aku menoleh dan satu tinjuan dariku tepat melayang di pelipis matanya. " Yess... Kenaaa.. hahahaha, emang gak sia-sia gue dulu belajar karate ". gumamku dalam hati merasa puas.

Peria itu pun mengaduh kesakitan, hingga menunduk memegangi pelipis matanya, yang baru saja tertinju telak olehku.

" Apa mas... Hah? Mau lagi?... Mau minta nomor hp? Saya lagi buru-buru Jadi tolong ya.... Gak usah kegatelan... Inget anak istri mas di rumah". Aku mengomel dengan nada tinggi. pecah sudah emosiku, keluar semua kata-kata pedasku. Dalam hatiku merasa sangat puas. Berharap pria itu mengerti bahwa ia salah menggoda orang. Aku tertawa sangat puas dalam hati.

Pria itu masih mengaduh kesakitan memegangi pelipisnya yg kini mengeluarkan darah.

aku sedikit panik saat melihat ia sampai berdarah, tapi hati kecilku bilang, ya itu lah memang sudah jadi resikonya, aku tetap memasang wajah kesal marah enggan untuk merasa kasian.

" Apa sih mbak.. kok saya di tampol? Buru-buru sih buru, saya juga gak peduli ". peria itu bertanya heran, kini ia sudah berdiri tegak, tapi masih memegangi pelipis matanya.

" Ya masnya ngapain nyolek-nyolek saya?... mau goda-godain saya kan? jangan kepedean mas, dipikir saya mau sama masnya? ".

" Ehh... mbak yang mau godain situ juga siapa? mbaknya yang kepedean bukan saya. ".

expresiku bingung menatapnya.

" Loh terus...? "

" Tuh liat mbak ! " Pria itu menunjuk ke arah bapak-bapak ojek online yang tadi mengantarku.

" Buru- buru sih buru - buru, tapi helm orang jangan dibawa juga lah, kasian abang ojolnya dari tadi teriak-teriak gak disautin, noleh aja nggak... mangkannya saya samperin saya inisiatif buat ngasih tau mbaknya ".

Deg..... mukaku pun sejenak langsung memerah, malu setengah mati aku, aaaaaaaa rasanya ingin menghilang saja dari bumi.

Bisa-bisanya aku lupa masih memakai helm di kepala ku, aku bergegas melepasnya, dan berlari-lari kecil ke arah bapak ojol, mengabaikan pria yang tadi aku tinju pelipisnya.

Aku benar-benar menahan rasa malu setengah mati, saat ku kembalikan helm ke bapak ojolnya aku benar-benar minta maaf ke bapak ojolnya hingga berulang-ulang kali.

dan yang paling bikin aku malu... aku sudah salah menduga peria tadi dan meninjunya hingga berdarah.

saat hendak meminta maaf ke pria tadi, pria itu sudah jauh berjalan, aku bisa melihat punggung badannya, belum sempat aku minta maaf tapi pria itu sudah pergi saja.

" WOIIII.... SIAPAPUN MASNYAA, MAAF YAAA " Aku meneriakinya dari kejauhan, masih terlihat punggung badannya.

Pria itu tidak merespon, menoleh pun tidak, ia terus berjalan semakin jauh. Namun salah satu tangannya yang sebelumnya berada di kantong celananya, aku dapat melihatnya kini keluar dan menggenggam bungkusan seperti bungkus rokok. Pria itu menganggkat tangannya ke udara dan mengacungkan jari tengahnya yang mengarah kepadaku sembari berjalan menjauh, setelah itu ia menyalakan rokoknya.

" Lahhh... Orang minta maaf malah direspon begitu ". aku pun juga bergegas melangkah pergi juga ketempat tujuanku. Kali ini aku benar-benar terburu-buru.

Kejadian tadi benar-benar membuang banyak waktuku yang sedang buru-buru, ahh tidak.... aku kali ini benar-benar telat.....















Sebuah titik akhirWhere stories live. Discover now