- Lara.

304 26 0
                                    

DERAP langkah kaki seorang gadis di sebuah lorong rumah sakit menyeruak. Ia kian mempercepat laju jalannya ketika mendapati sang sepupu dihadapannya. Langkahnya kini terhenti dengan nafas sedikit tak teratur. Wajahnya bertanya suatu kebenaran.

"Suster tadi mengatakan jika dia dirawat dikamar nomor 17 lantai 4. Tapi, dia saat ini tengah bermain dengan anak-anak yang dirawat disini juga di taman itu." Ujar Hoshi sembari menunjuk sebuah taman yang begitu asri dan dipenuhi oleh tumbuhan indah. Disana ada beberapa anak kecil yang nampak tertawa riang seolah melupakan selang infus yang menempel pada punggung tangan mereka.

Tak lupa, lelaki yang Hoshi maksud juga ada disana.

Rosé berjalan mendekat kearah Mingyu yang saat ini tengah mengobrol dengan seorang anak laki-laki menggamaskan yang duduk di kursi rodanya. Ia melihat interaksi keduanya yang begitu menghangatkan.

"Mingyu.."

Merasa namanya dipanggil, Mingyu menolehkan kepalanya ke sumber suara. Ia terkejut tentu, tak ada yang tau dirinya ada disana.

"Hyunjin-ah, kau bergabung dengan teman-temanmu dulu ya. Hyung ingin berbicara terlebih dahulu dengan noona ini." Mingyu mengusap lembut surai anak lelaki yang dipanggil Hyunjin itu. Hyunjin mengangguk menurut untuk bergabung dengan anak-anak yang lain, ia menjalankan kursi rodanya dengan perlahan. Setelah memastikan keadaan Hyunjin aman untuk bermain, Mingyu kembali menatap Rosé.

"Duduklah."

Dengan ragu, Rosé menuruti perintah Mingyu untuk duduk disampingnya. Hening selama beberapa saat, mereka sama-sama mengamati anak-anak yang tengah bermain dihadapan mereka.

"Apa yang kau lakukan disini?" Mingyu mulai membuka suara. Ia tak ingin terus menerus diam.

"Mencarimu."

"Mencariku? Untuk apa kau mencari orang yang bahkan baru kau kenal."

"Kau sendiri yang bilang jika kita berteman. Oh.. Lebih tepatnya kita adalah sahabat. Jadi, bukankah wajar jika aku mencarimu?"

Mingyu tak merespon. Sebenarnya hatinya sedikit tersentuh mendapati seseorang yang mau mencari keberadaannya.

"Aku mendapat kabar dari sepupuku jika kau dirawat disini. Mengapa kau tidak memberitahu yang lain? Migu juga mencarimu, ia mengatakan jika perasaannya kini sangat sakit. Kau tidak lupa jika kalian kembar bukan? Ikatan batin kalian kuat, Mingyu."

"Aku sengaja tidak memberitahu pada siapapun. Tak ada yang tau penyakitku dan takkan ada yang peduli apa penyakitku. Cukup aku saja yang merasakan ini, jangan sampai Migu juga merasakannya."

Rosé menatap dalam wajah Mingyu. Surai coklat caramel pria itu yang terkena hembusan angin, nampak begitu menenangkan. Siapapun pasti ingin mengusap surai itu.

"Sejak saat aku mengalami kecelakaan 7 tahun lalu, pesakitan itu muncul begitu saja. Aku kehilangan ingatan tentang masa laluku, jantungku begitu lemah sejak saat itu. Perasaanku selalu sedih jika ingin mengingat masa lalu ku, terutama masa kecilku. Aku selalu merasa bersalah. Migu berjanji akan membantuku, tapi justru aku hanya membuatnya sedih. Dia berfikir kecelakaan itu karena kesalahannya, padahal tidak sama sekali."

Dengan wajah datarnya, Mingyu menatap Rosé yang kini juga menatapnya. "Kau mengingatku, Rosé?" Tanyanya dengan lirih.

Rosé sendiri merasa deja vu, ia tak kehilangan ingatan. Akan tetapi dirinya seakan melupakan sesuatu. Perasaannya mendadak sendu, ia mencoba mengingat tetapi perasaannya sungguh tak karuan.

"Mingyu.."

Mingyu merogoh saku celananya, ia mengeluarkan sebuah gelang dengan manik-manik yang beragam. Mingyu tersenyum simpul sembari menarik liontin yang terpasang di leher Rosé kini. Netranya menatap dalam kedua mata Rosé.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 12, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FALLIN' FLOWER.Where stories live. Discover now