🐻✨[7. Sosok Baru]✨🐻

Mulai dari awal
                                    

Shaka segera memakai seragamnya, seragam putih abu-abu itu melekat ditubuhnya, Shaka menyemprotkan minyak wangi lalu keluar dari kamarnya.

"Shaga,"

Shaka membuka pintu kamar kembarannya, mata Shaka membulat lebar karena Shaga hanya memakai handuk dipinggangnya. Shaka segera menutup pintu itu kembali, lalu dia terdiam sebentar karena menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya.

"Kan Shaga kembaran Shaka, ngapain malu ngeliat perut kotak-kotaknya Shaga,"Shaka bermonolog sendiri, dan dia kembali membuka pintu kamar Shaga.

"Shaga masih lama nggak?"

"Nggak,"

Shaka duduk dipinggiran kasur, menunggu Shaga yang masih bersiap, setelah siap Shaga mendekat ke arah Shaka dan membenarkan dasi anak itu.

Shaga menggandeng tangan Shaka, mengajak anak itu turun ke bawah dan sarapan, disana sudah ada Xavier, Reyna, dan anak-anak mereka, kecuali Zero. Untuk keluarga besar, mereka sudah pulang karena urusan.

"Mommy kak Zero sakit,"ujarnya.

Shaka mendekat ke arah Reyna mencium kedua pipi mommy-nya, lalu mendekat ke arah Xavier melakukan hal yang sama pada daddy-nya, ia juga melakukan pada suadara-saudaranya.

Sarapan dilakukan dengan tenang, hanya dentingan sendok yang terdengar, setelah semuanya selesai mereka segera melakukan aktivitas masing-masing.

"Shaka nanti jangan jauh-jauh sama Shaga, karena Shaka nggak sekelas sama Shaga nanti dikelas sama Abizer,"

Shaka mengangguk, melambaikan tangannya ke arah Reyna dan masuk ke dalam mobilnya. Reyna juga sudah mengirimkan beberapa bodyguard untuk menjaga Shaka disekolah.

"Jangan sampai Shaka disakiti oleh anak-anak lain!"

Semua bodyguard yang ditugaskan pada Shaka mengangguk, sesuai perintah dari tuan mereka, hanya tugas kecil tapi nyawanya menjadi taruhan.

_

Shaka sudah sampai disekolahnya, seperti biasa hanya ada siswa yang berlalu lalang, Shaka bernafas lega karena tidak ada yang mencaci maki dirinya seperti cerita yang pernah dibacanya. Dan itu dinamakan kekuasaan keluarga Travisc, mungkin kakeknya yang meminta semua siswa diam.

"Shaga!"

Laki-laki jangkung itu menoleh, tak hanya Shaga yang menoleh, seluruh teman-teman Shaga ikut menoleh, mereka menyatukan alis mereka, seperti seseorang sedang bingung.

"Kelas Shaka dimana ya? Tadi mommy udah bilang tapi Shaka lupa,"Shaka mengerucutkan bibirnya, sekarang dia jadi mudah lupa.

"X IPS-2 Intensif,"

Shaga merangkul Shaka, ia memberikan kode supaya teman-temannya ke kelasnya terlebih dahulu, karena dia harus mengantarkan Shaka.

"Peraturan?!"ujar Shaga saat sampai didepan pintu kelas.

"Shaka nggak boleh kemana-mana kalau nggak sama Shaga, terkecuali Abizer, jangan bicara sama orang yang jahat ke Shaka, belajar yang rajin, sama nggak boleh terlalu capek!"

Shaga mengangguk, mengusap kepala Shaka lalu mencium pipi Shaka, setelah melihat Shaka duduk ditempatnya barulah Shaga pergi, anak kelas Shaka segera mendekat ke arah Shaka menanyakan kabarnya.

"Lo beneran Shaka? Kok lo tambah kiyut sih!"gadis dengan surai panjang bergelombang mencubit pipi Shaka, yang langsung ditepis oleh sang empunya.

"Shaka nggak boleh ngomong sama orang asing sama Shaga!"

"Wait! Shaga? Sejak kapan lo deket sama tu orang, perasaan dulu nggak pernah tegur sapa,"

Shaka terdiam mendengar ucapan itu, anak gadis disebelah gadis bersurai panjang itu menyenggol tubuhnya dengan sikunya, jika Serina, nama gadis itu telah salah bicara.

"Shaka emang sejauh itu sama Shaga ya?"Ristya gadis yang tadi menyenggol Serina menjadi gugup sendiri.

"Nggak kok, cuma emang nggak sedeket itu, udah ganti topik, kenalin gue Ristya, dan ini Serina,"

Shaka tersenyum lalu mengangguk, memperkenalkan dirinya sambil menjabat tangan Serina dan Ristya. Ketiganya tampak asik dengan pembicaraan random mereka, hingga suara bel berbunyi.

"Abizer kok baru berangkat?"tanya Shaka saat mendengar bel masuk Abizer baru datang.

"Mager,"

Shaka mengangguk mendengar jawaban dari Abizer, mereka mengikuti pelajaram dengan tenang, Shaka juga begitu serius menatap papan tulis didepan.

"Ish! Tulisannya nggak keliatan,"kesal Shaka dengan suara sekecil mungkin, Abizer yang berada disebelahnya terkekeh, menepuk pundak orang yang didepannya agar menunduk.

"Adek gue ketutupan!"

Laki-laki yang mendapat ucapan dingin dari Abizer lantas menundukan kepalanya, Shaka memekik kecil lalu tak lupa berterima kasih pada Abizer.

Jam pelajaran sudah usai, kini Shaka sedang menunggu Shaga menjemputnya, dan sekita lima menit kemudian Shaga datang bersama teman-temannya.

"Makan dikantin aja,"

Shaka mengangguk, mengambil kotak bekalnya dan membawanya ke kantin, Abizer juga mengikuti dari belakang karena Airys juga ada disitu.

"Kok lo nggak mirip Shaga ya, muka lo kaya malaikat, kalau Shaga kaya iblis,"Shaga yang mendengar itu menatap tajam temannya.

"Nggak kok, Shaga ganteng,"

Shaga yang mendengar pembelaan dari Shaka lantas merangkul pundak anak itu, melangkah cepat agar bisa meninggalkan teman-temannya.

_

How about this capter?

WHY ME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang