10

844 115 10
                                    

Pintu ruang kerjamu diketuk, "Masuk" suruhmu saat yang masuk bersama seorang pengawal adalah Izekiel.

"..." kamu memerhatikannya sekilas lalu kembali serius pada berkas-berkas yang siap ditanda tangani.

Izekiel memerhatikan sekeliling, ada kamu di bagian tengah dengan meja paling besar dan berkas menumpuk. Di bagian kiri ada satu meja yang diduduki Meredith dan dibagian kananmu ada dua meja yang ditempati Nerine dan Delmara.

Ada banyak rak buku memenuhi dinding ruangan.

"Y/n, bisa kita bicara?" Kamu meletakkan penamu kedalam tempat tinta lalu berpesan pada tiga bawahanmu melanjutkan pengurusan berkas yang belum kamu selesaikan.

Kamu berjalan ke arah depan kastil kediaman disusuli oleh Izekiel. Kamu memberikan kode tatapan mata untuk tidak membahas hal ini di dalam gedung manapun.

Kalian berjalan melewati halaman kediamanmu lalu kamu menariknya ke balik pohon dan mendorongnya ke batang pohon "Pulanglah kembali ke Obelia, aku tahu Lucas yang mengirimmu!" Izekiel buang wajah, tatapannya menjadi masam.

"Bagaimana konsekuensinya jika sampai ketahuan Kaisar Oceana?" Kamu menunjuk dadanya dengan mengancam.

"Semua yang ada di sini orang kepercayaanmu, dan Utara agak terpisah dari Oceana" Izekiel berkata dengan tatapan sadisnya "Lagipula kau ingin aku pergi karena ingin hidup damai kan?"

"Kau benar. Aku lelah dengan banyaknya pembunuh bayaran Kaisar yang mengincarku di daerahku sendiri apalagi jika disangkut pautkan dengan kedatanganmu" jawabmu tajam.

"Kau ingin aku pulang karena itu?"

Kamu memalingkan wajah.

"Sungguh?" Tanya Izekiel.

Izekiel bukannya pergi karena perkataanmu sudah menyakiti hatinya. Ia malah menaikkan dagumu lalu berkata lembut "Hey, aku tahu itu salah satu alasan lain"

"Memang benar karena itu, Kiel. Aku.. lelah aku hanya ingin hidup damai" ujarmu lirih "Aku lelah menjadi saksi yang harus tetap bisu dibawah ancaman, aku lelah menjadi orang yang diasingkan dan harus selalu menahan emosiku agar tak memicu korban. Aku lelah punya masalah Izekiel, jadi kumohon pulanglah ke Obelia"

Bukannya kecewa dengan pengusiran yang kamu lakukan, Ia malah memelukmu erat "Kamu menjalani kehidupan yang berat ya?" Tanyanya.

"Kau menahan tangismu?"

Kamu mengangguk "Aku tak boleh menangis.." bisikmu lirih. Kamu menahan tangismu "Terakhir kali aku menangis dan marah besar, kastil ini membeku... aku tak boleh menangis lagi!" Kamu menolak dada bidang kiel dan meninggalkannya seorang diri.

Ia menarik lenganmu "Pulanglah, jika kamu mau kamu bisa mengganti identitas. Pangeran Aegir dan Aalone juga sudah merencanakan semuanya-"

Kamu menatap langit yang tengah muram itu "Lalu bagaimana dengan wilayah ini?" Dari atas bukit kediaman kamu bisa melihat pemukiman warga yang tampak bahagia.

"Aku seolah memberikan harapan pada mereka, aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku"

"Y/n.."

"Tahun lalu angka kelahiran naik, ada 20 anak yang lahir. Tahun ini lebih meningkat lagi, ada banyak penduduk lama yang kembali, sudah dibangun rumah kesehatan dan sekolah. Jumlah penduduk wilayah ini genap sudah 500 orang..." kamu menatap ke anak-anak yang tengah menari gembira didekat lampu kota "Harus kukemanakan impian anak-anak yang kubuat melambung tinggi itu? Mereka tak meminta lebih, hanya kehidupan nyaman yang terjamin"

Kamu berbalik hadap menatap mata Izekiel dengan tatapan kosong "Lantas pantaskah aku sebagai pemimpin menghilang sebagai rasa aman mereka hanya untuk kenyamananku sendiri?"

Duchess Alpheus [Izekiel x Reader] ||  Who Made Me A PrincessWhere stories live. Discover now