Naree sudah menyayangi gadis itu, apalagi Soojae mengingatkannya akan adiknya yang meninggal.
Gadis itu rapuh, begitu murni dan belia, dan Gavin ... telah mencemari hidupnya.

"Bagaimana dengan bayimu?"

"Baik-baik saja."

"Oh, ya?"

Naree tersenyum. "Tidak kusangka aku akan punya keponakan lagi."

Soojae tersipu. Berbicara dengan Naree membuat gadis itu merasa nyaman dan aman. Meskipun ia sedang mengandung anak di luar nikah, keluarga Dante menerimanya dengan tangan terbuka. Ya, meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa anggota keluarga yang tidak bisa menerimanya.

"Kalau kau menginginkan sesuatu, katakan saja padaku. Oke?"

Naree tersenyum kecil, lalu meraih saku pakaian dan mengeluarkan segenggam permen cokelat yang dicurinya diam-diam.

"Cokelat!?" Mata Soojae berbinar. Naree menyeringai.

"Aku mencurinya dari saku ayah mertua."

Soojae dan Naree terkikik.

"Bagaimana kalau ayah mencarinya?"

"Katakan saja padanya kalau kau mendapatkan permen itu dariku."

Soojae membuka salah satu bungkus permen dan memasukannya ke dalam mulut. Senyum polos Soojae membuat hati Naree melembut. Apa pun itu, gadis ini telah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Hanya dengan menatap sepasang mata Soojae yang jernih tanpa prasangka, Naree rela melakukan apa saja demi melindungi gadis itu.

"Suamiku punya jadwal yang sangat padat, jadi malam ini kami semua akan pulang ke Seoul, tapi kalau kau butuh keperluan lain. Katakan saja padaku atau kepada Dante."

Ketika nama suaminya disebut-sebut, Soojae mendadak gelisah. Entah mengapa, Soojae menjadi takut sekali dengan pria itu. Gara-gara Dante pernah meminta ayahnya untuk melakukan aborsi, Soojae kehilangan kepercayaan kepada Dante. Belum lagi Soojae masih merasa asing terhadapnya, Soojae tidak tahu apa pun tentang Dante dan pria itu pun kelihatannya tidak mau terlibat terlalu jauh.

"Soojae, kau mendengarku tidak?"

"Maaf, aku tidak dengar."

"Kubilang, kalau Dante berbuat macam-macam padamu. Katakan saja, oke?"

"Ya, Kakak."

"Sini, biar kupeluk kau dulu."

Ketika mereka sedang berpelukan, pintu kamar diketuk. Hwan Namjoon menyembulkan kepala dan tersenyum hangat pada Soojae.

"Hai!"

"Ada apa, Sayang?" Naree berdiri dan Soojae mengekori wanita itu.

"Kita harus pulang sekarang."

"Sekarang?" Naree menatap adik iparnya dengan merana.

"Aku akan menunggu Kakak berkunjung lagi ke sini, tapi Kakak harus janji untuk membawakanku cokelat lagi," Soojae berkata malu-malu, dan Namjoon menimpali dengan hangat, "Nanti kubelikan sekeranjang cokelat untukmu."

My Flower Girl Where stories live. Discover now