Pukul 8 pagi dihari weekend.
Tepatnya dihari sabtu yang cerah dan lembab sebab hujan mengguyur subuh. Sarah baru saja beres mencuci piring, sebagai rutinitas paginya di rumah. Ia memandang kearah Fathur yang sibuk memilih robot mana yang akan ia bawa ketika Mamanya telah berjanji mengajaknya untuk ikut pergi ke Rumah sakit.
Anak berusia 4 tahun itu menjatuhkan pilihan pada robot mobil yang bisa berubah bentuk. Setelah itu, ia berlari ke arah Mamanya.
"Sudah, Ma." ucap si anak. Beres dengan tas ransel hitam berisi robotnya tadi.
"Oke, Mama ganti baju dulu. Sebelum itu, boleh Mama minta tolong?"
Fathur mengangguk. Dan Sarah mengelus kepala anaknya sambil tersenyum hangat.
"Tolong masukkan kembali robot-robot Abang Fathur ke lemari ya, sayang." ucap Sarah. Memang sudah sejak dua minggu lalu panggilan 'Abang' tersemat di nama anak sulung.
"Oke." Fathur langsung berlari kearah mainan favoritenya tadi.
"Terimakasih,"
Sarah melepas apron dan segera ke kamar. Hari ini seharusnya ia ke rumah sakit bersama Dimas. Mereka ingin konsultasi ke dokter Dini untuk program anak kedua, kapan baiknya melepas KB spiral yang Sarah pakai.
Fathur telah siap menjadi kakak. Anak yang jenius tersebut ternyata mendambakan adik laki-laki untuk dia pamerkan beberapa robot yang ia buat sendiri.
Namun, mendadak pagi tadi Dimas harus berangkat ke kantor karena ada beberapa urusan. Terpaksalah Sarah berdua saja dengan Fathur. Untungnya anaknya ini tidak akan rewel asalkan dia membawa robotnya beserta kabel dan dinamo.
Mereka pergi menggunakan taxi online, sesampainya dirumah sakit, jam sudah pukul 9 lebih. Pasti Dokter Dini sudah datang.
"Mama mau disuntik ya?" Fathur memandangi orang-orang yang berlalu lalang. Sesekali menengok kearah wajah Ibunya itu.
Sarah terkekeh, "Tidak, Mama mau diskusi sama Dokter, katanya Fathur mau adik."
"Adik cowok ya, Ma."
"Aamiin. Doain aja."
"Yeyy!!" Fathur berteriak girang. Membuat Sarah ikut tertawa sedikit. Ia pun mengelus rambut anaknya penuh sayang.
Mereka akhirnya sampai ke poli kandungan. Di saat Sarah ingin duduk untuk mengantri, iris matanya menangkap siluet yang tak asing dari arah jam 9. Keningnya mengkerut.
Ia perhatikan dua orang yang baru saja berlalu dari pintu poli kandungan tempat ia ingin periksa. Sayangnya matanya hanya dapat menangkap punggung mereka.
Karena sibuk memperhatikan dua orang tadi, tanpa sadar nama Sarah di panggil.
Sarah pun terperangah sebentar. Oh, ini lah keuntungan berteman dengan Dokter Dini, ia memang sudah ada janji temu kemarin, jadi ia bisa lebih dulu diperiksa. Lagipula pagi werkend begini ternyata poli kandungan lumayan ramai.
"Permisi." amit Sarah membuka pintu. Fathur langsung berlari ke arena karpet kosong dan mengeluarkan robotnya.
Sarah memandangi wajah tegang dokter Dini, dari mata itu ia mendadak merasakan perasaan yang tidak enak.
Feeling seorang wanitanya berdengung nyaring hanya dalam waktu sepersekian detik. Dadanya berdegub kencang.
Jangan..
Jangan katakan..
"Din.. " Sarah tidak bodoh untuk tidak mengenal siluet suaminya, Dimas Ramdhani. Yang keluar dari ruangan yang sedang ia masuk ini. Tapi perempuan itu siapa? Orang yang bersama Dimas itu siapa?
YOU ARE READING
After My Fault (On-going)
RomanceSetelah semua kesalahan Dimas, akhirnya ia harus menelan mentah-mentah atas kepergian istrinya dan surat gugatan dari pegadilan. Kesalahan paling fatal yang ia lakukan atas dasar nafsu sesaat. Memaksa Sarah untuk mengambil keputusan sepihak untuk me...
