Emosi Demas mengumpul di kepala, yang sejak tadi susah payah diredamnya kini seolah menemukan Radit sebagai sasaran empuk untuk melampiaskan.

***

Air mata Naira menitik, jatuh dari pelupuk mata. Belum kering sejak tangisan terakhirnya kini area mata cantik itu kembali basah.

Dari balik pintu dapur, dengan sengaja Naira menguping perdebatan Demas dan Radit. Setelah tadi tanpa sengaja dirinya mendengar ucapan Radit jika Demas akan pindah dari rumah ini membuat Naira penasaran.

Jadi selama ini gue udah bikin susah Demas, pasti dia bingung dan berat banget ngadepin situasi gue.

Tidak menduga jika semua yang Radit ucapkan adalah benar adanya, Naira seolah disadarkan oleh Radit karena secara langsung menjebloskan Demas dalam keadaan bingung dan tertekan.

Harusnya Lo tahu diri Naira ... Lo udah jahat ke Demas berapa kali dan sekarang Lo udah mempertaruhkan tempat tinggal dan kedudukan Demas di sini.

GUBRAKK

"Brengsek Lo Dit ... Maksud Lo apa ngomong kaya gitu. Lo pikir gue bakal dengerin apa kata mulut Lo haa... Lo pikir gue kaya gini karena Naira!?"

Tapi siapa lagi Dem kalo bukan karena Naira?

Di dapur, terdengar suara teriakan Demas kepada Radit. Entah apa yang pemuda itu lakukan kepada sahabatnya sampai-sampai menimbulkan suara nyaring seperti benturan sebuah meja.

Naira yang sempat terkejut dengan suara itu setelahnya ia melanjutkan menangis dalam diam. Dirinya diliputi rasa bersalah kepada Demas yang jelas-jelas sudah membuatnya kesusahan selama ini. Tapi pemuda itu masih saja membelanya didepan Radit yang berfikir lebih realistis.

"Gue gak tau Demas, tapi gue ngomong sesuai fakta, gak ada maksud apa-apa kan gue bilang kalo Lo ga kuat ya jangan bersikap sok pahlawan."

"ARGHH Sok Bijak Lo Dit BERISIK tau ga!"
"Pergi dari sini, pulang aja sana "
usir Demas.

Sebelum keduanya melihat keberadaan Naira, gadis itu terlebih dahulu meninggalkan tempatnya menguping, dan kembali ke kamar.

"Apa gunanya gue Lo panggil kesini, brengsek Lo Demas ... Jauh jauh gue dateng kesini malah Lo usir, Monyet Lo"

"Keluar gak... Pulang Dit salah gue minta Lo Dateng ke sini gak ada guna disini."

Umpatan dan kata kasar Radit tak di hiraukan Demas, ia terus mendorong sahabatnya untuk keluar dari rumahnya itu.

Demas yang menutup pintu secara kasar membuat Radit tersentak kaget. Dirinya kini sudah benar-benar berada di luar ruangan alias teras rumah kontrakan Demas.

"Demas... Demas, ternyata Lo sama aja kaya yang lain goblok kalo soal cinta, cih" gumam Radit perlahan.
Sebelum dirinya benar-benar meninggalkan kediaman Demas.

Sedangkan Demas yang kacau, mengatur nafasnya yang memburu karena emosi yang sempat menguasainya. Mengacak rambutnya kasar, terduduk sambil menekuk lutut.

Demas yang sedang menunduk tidak sadar jika Naira sudah berdiri dihadapannya, yang kemudian juga ikut mengambil posisi duduk disebelah Demas.

Tangan lembut Naira membuat Demas sedikit terkejut.

"Nai? Lo ngapain, eh jangan duduk disini ayok ke kamar, sini gue bantu"
ucap Demas penuh kekhawatiran.

Pemuda yang setengah beranjak itu seketika tertegun kala lengannya ditahan oleh Naira.

"Kenapa Nai?"

"Semua yang diomongin Radit benar Demas, Lo gak perlu merasa bertanggung jawab, gue yang seharusnya tahu diri karena udah terlalu banyak merepotkan dan menyusahkan hidup Lo gue minta maaf ya Dem."
Suara Naira tercekat, sebentar tertahan di tenggorokan.

"Cukup sampai disini aja, gak perlu mengorbankan apapun demi gue Demas"
ucap Naira sambil tersenyum namun bersamaan dengan itu air matanya menetes jatuh membasahi pipi mulusnya.

"Sampai sini aja gue udah makasih banget"

"Kenapa emang kalau gue mau berkorban Nai? Kenapa gak boleh? Emang salah ya Nai?"

Tidak tahan Naira mengisak tangisnya lagi, entah sudah berapa banyak air mata untuk hari ini sampai membuat mata gadis itu benar-benar lelah.

***

Capek banget Nai hidupmu, pokoknya kuat ya Nai. Demas itu bukan gak kuat Nai tapi dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya kalau juga begitu merasakan apa yang kamu rasakan juga.

Peluk kalian.

Halo semua untuk yang telah membaca terimakasih ya sudah mengikuti Cerita ini, jangan lupa untuk vote and comment.

See you

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now