Prolog

70 14 1
                                    

Part 0. Awal Mula Kisah Si MLYT

Seorang gadis menyangga kepala dengan sebelah tangan di arm rest sofa tempatnya duduk sekarang. Ia tampak melamunkan sesuatu yang serius hingga berulang kali menghela napas. Tatapannya kemudian beralih pada seorang pemuda yang duduk di lantai, dengan punggung menyandar ke sofa dan mata terfokus pada ponsel yang dipegangnya dengan kedua tangan.

"Kak," panggilnya pada pemuda itu.

"Hm?"

"Solo itu jauh ga sih?"

"Cek aja di maps."

"Ih serius!"

"Lah, emang gue bercanda?" jawab pemuda itu ketus.

Mingyu, nama pemuda itu, masih sibuk dengan game yang dimainkannya lewat ponsel. Jemarinya dengan lincah bergerak menyerang setiap musuh yang ditemuinya dalam permainan tersebut. Tanggung, sedikit lagi ia bisa menang. Jadi, pertanyaan tidak penting dari adiknya barusan dia abaikan karena menurutnya tidak lebih penting.

"Galau nih gue," ujar gadis itu lesu. Memang tidak semangat seperti biasanya, membuat Mingyu penasaran juga pada akhirnya.

"Apaan lagi yang lo galauin?"

"SMA, bingung mau di Solo apa tetap di Jakarta ya?"

"Doi lo bukannya di sini? Out of nowhere banget mau ke Solo? Kayak bisa bahasa Jawa aja," cibirnya mempertanyakan alasan Eunchae, kepikiran lanjut SMA di tempat yang jauh dari keluarga.

Adiknya itu, bangun tidur saja masih harus dibangunkan ibu mereka, sekolah juga masih harus diantar-jemput, kok bisa sok-sokan ingin tinggal jauh dari mereka. Mingyu geleng-geleng kepala sambil tersenyum mengejek.

"Bukan Niki dong! Ini soal bestie gue, lo masih inget nggak?"

"Siapa? Yunjin?"

"Iya dia emang bestie gue juga, tapi yang gue maksud Sakura, bukan dia."

Mendengar nama itu disebut, Mingyu langsung menoleh sepenuhnya pada Eunchae. Ponselnya dibiarkan tergeletak di lantai begitu saja. Tidak dipedulikannya lagi apakah ia menang atau kalah dalam game yang menyita atensinya beberapa saat lalu itu.

"Kenapa Sakura?"

"Dia kan di Solo, nah rencananya dia tahun ini lanjut di sana juga kuliahnya. Yunjin katanya juga mau lanjut di sana tahun depan, gue kan bingung nih, masa dua bestie gue di Solo terus gue sendirian di Jakarta? Sepi dong," Eunchae menjelaskan setengah mengomel, tidak rela ditinggal dua sahabat terbaiknya sendirian.

Memang sih, jarak umurnya dengan Yunjin dan Sakura lumayan jauh. Temannya juga lumayan banyak, bukan hanya mereka. Tapi, mereka sudah bersama sejak dari kecil dan Eunchae merasa jika dibandingkan dengan yang lain, hanya dua orang itulah yang bisa menurutnya klop dengannya. 

Pokoknya, mereka adalah bestie! Dan Eunchae tidak mau ditinggal sendirian tanpa mereka!

"Sakura lanjut di Solo? Univ mana?"

Gadis itu mengedikkan bahu.

"Ga nanya, tapi yang pasti kampus negeri sih. Soalnya dia bilang mau ikut SBM, apa lagi coba tujuannya kalau bukan kampus negeri kan?"

"Oh."

Mingyu berdiri tiba-tiba, membuat Eunchae menatapnya keheranan. Dia kan belum selesai mencurahkan kegalauannya, lha kok kakaknya itu malah mau pergi?

"Mau kemana? Gue kan belum selesai cerita!"

"Ngantuk, mau tidur."

Pemuda itu berlalu tanpa memedulikan gerutuan kesal dari adiknya yang merasa diabaikan.

"Dih, gue ditinggal? Dasar abang laknat!"

Sampai di kamarnya, Mingyu langsung membuka browser dan mengetikkan sesuatu di kolom pencarian. Benar, ia sedang mencari tahu daftar kampus negeri yang ada di kota yang tadi dikatakan Eunchae. Cukup lama ia menyelami internet untuk mengumpulkan informasi, hingga akhirnya ia membaca salah satu artikel yang membahas mengenai universitas dengan logo mirip ultraman berwarna biru muda. 

Feeling-nya, kampus yang dimaksud Eunchae tadi adalah kampus ini. Dahinya mengerut dalam, terlihat serius memikirkan sesuatu. Cukup lama, hingga akhirnya jemarinya kembali mengetikkan sesuatu di laman pencarian. 

Passing grade kampus negeri di Solo

Ya, Mingyu sudah memantapkan hati. Dia akan menjadikan tempat itu sebagai tujuan kuliahnya begitu kelulusan tiba.  

"Sakura, tunggu aku ya," bisik pemuda itu lirih, dengan mata yang dipenuhi binar optimis. 

Mending Kamu Pilih Aku, RaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt