Chapter 17

722 104 52
                                    

Wajib vote ulang ya teman-teman.

Keduanya sama-sama membuka mata dan menemukan jarak antara nafas tidak berada jauh. Dia sedikit menunduk manakala Jungkook beralih mengecup dahinya, lalu memandangnya lagi. Pria itu tersenyum tipis sebelum kembali mencium bibir Yumi dan membaringkan tubuhnya selagi pagutan mereka tetap berlangsung. Kecupan-kecupan manis beralih pada cecapan yang membuat jantung Yumi berdegup kencang sekali. Dia merasakan betul harum nafas Mister yang memenuhi rongga mulutnya. Perpaduan antara mint dan sigaret. Yumi memberanikan diri mengambil sebagian kecupan itu dan pelukannya di punggung Mister berubah menjadi usapan lembut penuh sukarela. Mister tidak berhenti selama entah beberapa lama dan Yumi tidak masalah. Dia bisa melakukan ini. Dia akan selalu berusaha mengingat sebanyak mungkin jika memang Mister akan pergi dalam waktu yang sangat lama.

Dia akan ditinggalkan setelah ini semua. Hal tersebut membuat air matanya kembali keluar dan Jungkook mengalihkan ciuman menyusuri air mata Yumi di pipinya hingga rahangnya dan mengecup ceruk lehernya selama beberapa lama hingga bibir itu bergerak dengan lembut kembali ke bibirnya. Bibir tersebut berhenti di sana memberikan kecupan terakhirnya sebelum menjauh lantas beralih melekatkan dahi mereka.

Nafas Mister berjatuhan di wajah Yumi saat dia berkata, " Asal kau tahu, aku sangat mengharapkan kebahagiaanmu. Aku sangat menyayangimu." kemudian pria itu membuka mata sebelum menjauhkan diri dari jangkauannya. Dia berdiri, bersiap pergi. Satu tangannya mencangkup sisi wajah Yumi, menatap matanya beberapa detik sebelum benar-benar beranjak meninggalkannya.

Yumi memperhatikan setiap geraknya dari langkah pertama yang dia ambil sampai pria itu menghilang kala pintunya tertutup. Dan pada saat dirasa sosoknya sudah meninggalkan rumah, Yumi tiba-tiba merasa panik. Jadi, dengan impulsif, dirinya berlari dari kamarnya menuju keluar rumah. Namun sosok Mister sudah tidak ada bahkan di halaman. Namun melalui pagar tinggi rumah Mister, dia melihat mobil hitam di ujung jalan sana.

***

Jungkook singgah sebentar ke depan sebuah bangunan apartemen sederhana atau bisa dibilang kumuh dengan sewa yang dikenal amat sangat murah. Lokasinya berada di sekitar beberapa kilometer dari rumahnya. 

Dia menyuruh supirnya untuk menunggu selagi dia naik ke lantai 3 hingga sampai ke depan pintu besi sebuah unit apartemen. Beberapa kali menekan bel pada akhirnya pintu tersebut dibuka oleh seorang wanita paruh baya berbaju biru. Rambutnya yang disanggul sudah memutih sebagiannya. Rautnya lemah lembut dan saat melihat sosok Jungkook wanita tersebut menyunggingkan senyum ramah dengan suara sambutan yang menyenangkan untuk didengar.

"Astaga sudah berapa lama!" dia terharu.

Bibi Moon Jaekyung, namanya. Wanita itu adalah yang mengasuh Jungkook sewaktu dia kecil. Sewaktu Jungkook masih tinggal dengan ayahnya yang pemabuk, Jungkook akan pergi ke rumah Moon Jaekyung yang tidak jauh dari rumahnya.

Wanita itu akan memberinya makan, memandikannya, dan membuatnya nyaman. Dua tahun lalu kali terakhir mereka berinteraksi. Jadi tak heran saat melihat Jungkook, wanita yang akrab dipanggil Bibi Moon itu langsung memeluknya erat sambil hampir mengeluarkan airmata.

"Ayo masuk lah dulu. Aku sudah sangat lama ingin bicara denganmu sejak terakhir kali," katanya sambil mengusap pundak hingga lengan Jungkook.

"Maafkan aku, Bibi. Aku harusnya memberimu kabar terlebih dahulu. Tapi waktuku mendesak. Aku harus segera kembali ke rumah keluarga Nolan."

"Lalu kenapa dan ada apa kau kemari?" heran Bibi Moon.

"Aku mau Bibi ke rumahku di Gangnam."

"Untuk apa?"

"Bibi tentu masih ingat Namjoon, kan? Dia mewasiatkan anaknya kepadaku untuk kujaga. Dia seorang gadis SMA dan harus tinggal di rumah itu sendirian karena aku harus kembali ke Amerika dalam waktu yang belum ditentukan. Mau kah Bibi melihat gadis itu? Aku meminta tolong, selagi aku pergi urus dia. Aku akan memberikan semua yang bibi mau."

Jungkook tau bahwa Bibi Moon tidak akan bisa menolak. Karena wanita ini sedang mengalami krisis finansial setelah melihat keadaannya dan kondisi rumah yang ditinggalinya.

Dia terdiam beberapa lama, dan Jungkook menunggu selama beberapa saat pula. Hingga kemudian Bibi Moon akhirnya mengangguk setuju dan berkata," kalau begitu baiklah, aku setuju."

Jungkook tersenyum lebar. "Terima kasih, Bibi. Aku akan sangat menghargai pertolonganmu."

Untungnya, anak-anak Bibi Moon sudah menikah dan wanita itu tinggal sendirian di apartemen kumuh tersebut. Jadi, sangat mudah bagi Jungkook untuk memintanya membantu mengurusi Yumi. Bukan mengurusi hal-hal berat karena Yumi adalah gadis mandiri, melainkan menemaninya di rumah itu.

Jungkook berpikir sedari kemarin, alangkah lebih baik apabila Yumi ditemani oleh seseorang. Mungkin memang seharusnya dia menerima tawaran Haru, sahabat Yumi yang kerap dipukuli oleh ayahnya. Tapi, tidak mungkin dilakukan karena Jungkook enggan terlibat ke dalam masalah.

Jadi, usai memberikan alamat rumahnya dan menyuruh wanita itu berkemas, Jungkook pun pergi menggunakan taksi karena supirnya dia suruh untuk mengantarkan Bibi Moon ke rumah dimana kemungkinan Yumi sedang menangis.

Keberangkatan Jungkook akhirnya tiba. Pesawatnya lepas landas pukul satu siang. Dia duduk di kursi kelas bisnis. Usai memberikan kabar mengenai kepulangannya, Jungkook melihat isi galeri ponselnya dimana sekretarisnya mengirim beberapa foto anaknya di inkubator. Seorang bayi perempuan lahir prematur. Meskipun demikian bayi tersebut tampak sehat.

Jungkook tersenyum, terutama pada slide berikutnya saat foto Alithea saat masih sehat dan ceria berada di rangkulannya.

Dia mematikan ponsel tersebut, bersandar di punggung kursi sambil memandang keluar melalui jendela kecil pesawat.

Sewaktu ponselnya kembali dia buka, bukan foto Alithea ataupun anaknya yang dia perhatikan sambil tersenyum. Namun foto Yumi dengan seragam SMA-nya yang dia ambil beberapa bulan lalu sewaktu gadis itu menunggunya di halte pada suatu sore.

MY MISTERWhere stories live. Discover now