Hello Readers, untuk yang baru baca jangan lupa vote dan komen ya... ada beberapa revisi jadi kalo kalian punya waktu, baca lagi chapter tambahannya yaa
-----------------------------------------------------
"Ssst !" telunjuk Rensha memberi tanda didepan bibirnya sendiri saat sepupunya yang cantik datang dengan dua gelas Ice Coffee di tangannya.
"Ada apa?" balas gadis tersebut ikut penasaran melihat gerak gerik Rensha.
Mata rensha melirik ke arah belakang kursinya. Memberi kode untuk menguping pembicaraan kedua orang dibelakangnya yang juga duduk membelakangi mereka dengan hanya di batasi oleh pot-pot tanaman besar yang menjadi hiasan hijau di kafe minimalis tersebut.
"Lo dengerin deh," bisiknya lagi masih dengan lirikan mata yang sama, dan keduanya diam menyimak percakapan di belakangnya.
"Tapi kenapa, kak?" tanya gadis itu setengah hampir terisak. Sang pria yang di tanyai hanya terlihat menelan ludah berat yang untuk membasahi kerongkongannya yang kering.
"Seperti yang aku bilang tadi Mel, kamu terlalu baik buat aku." ujar si Pria terdengar dramatis di telinga kedua wanita yang sedang menguping di belakang mereka.
"Aku tahu kekuranganku. Tapi aku juga bisa kok kasih apa yang kakak mau. Kakak bosan kan selama beberapa minggu ini kita cuma jalan aja? Kalo gitu, ayo kita ke apartemen kakak sekarang," ujarnya setengah memohon.
Gila! Mata Rensha dan sepupunya Megan kontan melotot satu sama lain mendengar kalimat itu. Untungnya kafe itu sedang terlihat sepi, hanya ada beberapa pengunjung dengan posisi duduk yang cukup berjauhan, kalau tidak, wanita waras mana yang mau mengucapkan kalimat mengoyak harga diri hadapan lelaki di tempat seperti ini?
"Mel, kamu itu perempuan yang baik. Aku cuma nggak mau nerima beban kalau kamu punya harapan di masa depan untuk laki-laki pertama dihidup kamu. Kalau hanya sebatas suka sama suka, aku nggak akan peduli seperti ini sama kamu," balas sang Pria yang sekarang bikin Rensha jadi ikut naik darah walaupun sebenenarnya ia belum melihat wajah si empunya yang punya suara.
"Gila nih cowok. Masa ceweknya di katain beban?" bisik Rensha geram di sahuti anggukan kepala Megan yang tengah sibuk menyeruput es kopinya perlahan-lahan.
"Semoga kamu bisa dapat orang yang jauh lebih baik buat kamu, Mel. Sayang orang itu bukan aku," ujar si Pria dengan senyum ramah yang membuat lawan bicaranya menunduk karena tetes bening yang sejak tadi ia tahan hampir jatuh mengaliri pipinya. Malu? tentu saja. Ia baru membuang harga dirinya dengan sia-sia, ibarat kata ia seorang perawan yang memasrahkan diri secara gratis didepan lelaki pujaannya, namun lelaki itu enggan menyentuhnya yang sudah dengan sukarela memberi diri.
Tangan pria itu berusaha mengelus kepala wanita di depannya dengan lembut. Ia kemudian bangkit berdiri dari posisi duduknya. "Aku pergi dulu Mel," ujarnya kalem mengakhiri percakapan penuh drama itu menuju pintu keluar kafe.
Rensha dan Megan hanya berdiri mengawasi punggung si Pria tadi tanpa bisa melihat wajahnya.
"Kok ada laki-laki modelan begitu ya, dia ninggalin ceweknya cuma karna gak bisa diajak mantap-mantap dan gamau dipaksa tanggung jawab nanti. Brengsek banget," bisik Rensha lagi karena wanita yang dia bicarakan terlihat masih ada dibelakangnya.
"Tapi ada bagusnya juga dia minta putus. Daripada terlanjur diapa-apain duluan, ceweknya juga uda pasrah kayaknya sama cowok brengsek itu."
"Seganteng apa sih tuh orang? Berasa selebriti?" ejek Rensha masih dengan desis pelannya.
"Dari postur badan sih oke, tadi pas dia keluar kafe, cewek-cewek di meja lain pada ngeliatin dia tuh,"
"Haduh, amit-amit deh, jangan sampe gue dapet laki yang modelnya kayak begitu." tegas Rensha. "Beda jauhlah sama cowok idaman gue ini," tambahnya begitu membuka pesan masuk di ponselnya dengan wajah berseri.
***
"Bro?" sebuah suara di parkiran mengejutkan Dave yang hendak menutup pintu mobilnya.
"Hei, vin," balas Dave sedikit terkejut melihat sahabatnya di tempat yang sama.
"Lo ngapain kesini?"
"Mau ketemu cewek gue dong. Dia lagi ngopi di dalem,"
"Oh, gue juga baru dari sana," jawabnya menunjuk arah pintu masuk kafe dengan kunci mobil ditangannya.
"Sama siapa?" tanya Dave penasaran tapi ia sudah mendapat jawaban dari gelagat pria di depannya. "Salah gue nanya, paling juga lo abis ngedate," tambahnya lagi telah paham betul perangai sahabatnya itu.
Senyum sumbang terurai seketika, kemudian menggeleng, "abis gue putusin justru," jawab si Pria dengan ekspresi bersalah.
"Lah, kenapa? Uda mulai bosen lagi lo?" cerca Dave setengah menghujat sambil geleng geleng kepala.
Sambil membuka pintu mobilnya, "bukan, gue nggak suka main sama cewek baik-baik, terlalu beresiko," pungkasnya lalu masuk ke dalam mobilnya. "Duluan ya, bro" ujarnya sambil menyalakan mesin mobil sport berwarna abu metalik tersebut.
"Gaya lo nggak ada obat, Kevin!" seru Dave ketika si empu mobil sport tadi memutar mundur dari parkiran dan melambaikan tangan dari jendela mobilnya yang terbuka.
SPLASHHH !!
Mata Dave melotot saat ia melihat adegan di hadapannya, ketika Kevin sedang mengantri di gate keluar parkiran seorang perempuan buru-buru menghampirinya dengan gelas es kopi yang di siramkan ke arah jendela mobil, membasahi tubuh Kevin yang sedang menyetir.
"Aku sumpahin kamu kena batunya ya!!" teriak si Perempuan yang terlihat sangat emosi lalu kemudian segera keluar dari gerbang kafe meninggalkan Kevin yang melonggok keluar memanggil namanya dari balik jendela mobil.
"Mel, kamu kok begini sih?" protes Kevin mengibas tak berdaya karena baju dan celananya basah ketumpahan es kopi.
"Lo di sumpahin tuh, hahaha" ujar Dave kaget setengah mati tapi masih bisa tertawa. Entah ulah apa lagi yang dibuat sahabatnya itu.
"Ketawa lagi lo," protes Kevin mendelik ke arah Dave. "Lo ada kaos nggak? Pinjem dulu,"
"Nggak ada," geleng Dave. "Lo ganti dirumah aja,"
"Kalo air putih biasa sih gue bisa tahan. Ini es kopi, dingin banget, mana lengket!" protes Kevin dari dalam mobil.
"Udah terima aja nasib lo," kekeh Dave sambil beranjak masuk ke dalam kafe meninggalkan Kevin yang sibuk mengambil tisu dan membersihkan es kopi di baju dengan seadanya.
"Sial. Padahal niat gue kan baik. Ini nih yang bikin gue males ladenin cewek yang nggak open minded. Nggak lagi-lagi deh gue deketin cewek begitu,"
***
YOU ARE READING
I WANT YOU (END + REVISI)
RomanceCopyright © by Katrin Lee ===================== Mature Content (18+) Choose Your Story Wisely. Damn! He's a good kisser... Rensha mulai menikmati ciuman ini. Ia menggelayutkan kedua tangannya di bahu dan leher Kevin, berusaha memperdalam ciuman mere...
