1. WARISAN YANG MENGEJUTKAN

83 0 0
                                    

Namaku Ayu. Aku seorang ibu rumah tangga biasa. Suamiku bekerja sebagai buruh pabrik. Kehidupan kami pas-pasan saja. Bahkan bisa dibilang miskin. Tinggal saja masih di kontrakan. Itupun bukan rumah, melainkan kamar petak.

Nasib sial seperti menyukaiku. Musibah selalu mendatangiku. Pertama, anakku meninggal saat masih bayi. Lalu, belum lama, suamiku tewas tabrak lari. Dan sekarang, aku terancam diusir dari kontrakan. Bagaimana lagi. Sudah beberapa bulan aku tidak membayar uang sewa.

Di saat sulit seperti itulah datang dua perempuan. Mereka bernama Firda dan Farah. Keduanya adalah saudari tiriku. Anak dari mendiang bapak setelah bercerai dari ibu dan menikah lagi dengan perempuan lain.

Aku tidak suka dengan keluarga istri kedua bapak ini. Bagiku mereka adalah yang merebut bapak dari kami. Dan juga yang telah membunuh ibuku. Karena ibuku meninggal tak lama setelah ditinggal oleh bapak. Kebencianku pada mereka hanya dikalahkan kebencian pada bapakku sendiri.

Tapi aku harus mengatakan punya pengecualian terhadap Farah. Dari semua anak-anak bapak dari istri keduanya, menurutku dia masih punya hati. Dialah satu-satunya yang masih mau bersilaturahmi denganku. Bahkan sering memberiku bantuan uang saat aku membutuhkannya.

Tapi lain soal tentang Firda. Aku benar-benar membencinya. Mungkin malah membencinya melebihi kebencianku pada ibunya. Menurutku dia benar-benar jahat dan tak punya perasaan.

Beberapa tahun lalu dia merampas rumah peninggalan bapak dari tanganku. Entah bagaimana dia memiliki surat kepemilikan atas tanah dan rumah tersebut. Akibatnya aku harus pergi dari sana. Tentu dengan penuh kemarahan.

Jadi kenapa keduanya sekarang datang menemuiku? Sungguh, apa yang mereka katakan kemudian lebih membuatku terkejut lagi.

Ibu mereka, istri kedua bapakku itu, ternyata telah meninggal dunia. Setelah lama menderita sakit yang parah. Tapi bukan kabar itu sendiri yang membuatku kaget. Aku kaget karena dia mewariskan seluruh hartanya kepadaku. Sesaat kukira ini cuma lelucon yang tidak lucu.

Tapi ternyata tidak!

"Saya paham bahwa Mbak Ayu membenci ibu saya, dan juga saya. Dan saya tak menyalahkannya. Tapi ketahuilah, saya merasa sangat berdosa kepada Mbak Ayu. Karena itulah kami sepakat menyerahkan rumah Ibu dan seluruh hartanya pada Kak Ayu."

Aku menatap Farida seolah aku sedang bermimpi yang aneh sekali. Ya, yang berkata demikian tadi adalah Farida. Perempuan yang kuanggap jahat selama ini. Farah hanya terdiam di sampingnya. Tentu saja aku tak segera percaya. Kucari tanda-tanda kedengkian atau sesuatu yang lebih buruk di balik kata-katanya tersebut.

Tapi masalahnya, yang kudapat hanya ketulusan pada seraut wajah yang simpatik.

Sepertinya ini bukan main-main. Apalagi ketika Farah, satu-satunya anggota keluarga mereka yang bisa aku percaya, menguatkan pernyataan itu.

"Terimalah, Mbak Ayu. Hanya ini yang bisa kami lakukan untuk menebus kesalahan kami. Jujur, saya sendiri juga kaget ketika mbak Firda menyampaikan rencana ini. Tapi bukan kaget karena tidak setuju."

Harga diriku sebenarnya ingin menolak pemberian ini. Setelah sekian lama diperlakukan semena-mena, apakah lucu kalau kemudian aku harus berpelukan hari dengan mereka? Memperlakukan mereka seperti malaikat penolong?

Sayangnya, itulah yang aku lakukan.

Ya, kau bisa menganggapku munafik. Tapi aku tak punya pilihan. Kehidupanku sedang di titik nadir. Dalam situasi kritis seperti ini, harga diri adalah sesuatu yang murah. Suka atau tidak.

Begitulah ceritanya bagaimana aku tinggal di rumah itu. Rumah paling besar yang pernah kutempati. Dan juga paling tua. Sepertinya sudah ada sejak zaman Belanda. Farah sendiri bilang rumah itu sudah  diturunkan secara turun-temurun.

THE STEPMOTHER OF TUYULWhere stories live. Discover now