Bab 32 Tiba-tiba Jadi Orang Ketiga

138 21 0
                                    

"Ini beneran kamu? Kamu yang digosipkan jadi orang ketiga di antara Pramu sama si Vania?"

Gea hanya bisa mengangguk dicecar berbagai tanya oleh Tania barusan.

"Tapi, bukannya kamu sama si Gara gak pernah akur? Kamu beneran godain dia?" tuduh Zara.

Gea langsung menggeleng. "Enak aja! Itu tuh semuanya cuma fitnah! Akal-akalan si Gara buat bikin Molapar dikenal. Dia sengaja bikin kontroversi kayak gini! Aku gak tahu apa-apa. Aku tuh korban di sini!"

Gea harus menjelaskan pada dua temannya. Berharap ada yang percaya bahwa ini bukanlah kesalahannya.

"Tapi wajah kamu diblur kok, Ge. Yah ... meski bagi orang yang kenal dekat kamu, pasti bakal bisa dengan mudah ngenalin."

Omongan Tania bikin Gea jadi makin kesal aja. Niatannya curhat kan biar Gea jadi tenang. Ini malah makin gak tenang. Belum lagi masalahnya dengan Pramu. Kenapa jadi canggung begini gara-gara pegangan tangan doang sih?

Setiap melewati Kafe Mati Rasa, jantung Gea rasanya mau copot aja. Gak tenang. Takut banget ketemu Pramu. Sama seperti pagi ini.

Mengendap-endap dengan hati-hati, memalingkan wajah dari kafe, lalu dengan langkah seribu ....

"Gea! Stop!"

Gea batal berlari kencang mendengar seseorang memanggil namanya. Tak mau menoleh, tapi kakinya juga susah sekali disuruh melangkah. Tahu-tahu Pramu sudah ada di depannya, menghadang jalannya.

"Aku udah denger dari Tania sama Zara. Kamu menghindariku?"

Gea menggeleng. "I-iya," jawabnya tergagap. "Eh, enggak maksudku."

"Masuk dulu. Aku buatin kamu kopi."

"Tapi, Pram-"

"Tak ada masalah di antara kita, kan? Kenapa juga kamu harus menghindar dariku?"

Gea terpojok. Merasa bersalah karena menjauh tanpa alasan. Seperti ucapan Pramu barusan.

"Aku malu ketemu kamu, Pram."

"Tapi kamu gak malu tuh ketemu Gara. Ini karena kita berdua pegang tangan kamu, kan?"

"Ya ... Itu beda. Aku kan kerja di dia. Terpaksa kerja karena aku butuh duit."

"Sampai gak ngerasa malu sama dia tapi malu sama aku? Aneh!"

Bibir Gea mengerucut tajam. "Aku juga gak tahu, Pram. Kenapa aku jadi malu ketemu kamu tapi sama Gara malah enggak? Sama Gara malah jatohnya kayak kesel. Jadinya aku pengen banget ketemu dia dan minta penjelasan. Dan kamu tahu gak apa kata dia? Dia tuh ternyata ...."

Pramu hanya diam saja. Membubuhkan serbuk kopi di wadah, menekannya beberapa saat, sebelum kemudian memasukkannya ke dalam alat seduh. Tak bereaksi dengan Gea yang begitu bersemangat bercerita. Malah raut wajahnya tampak kusut.

"Jadi, kamu digosipkan sebagai orang ketiga di antara si Gara dan Vania?" terka Pramu. Gea mengangguk patuh. Tak mengelak terkaan itu.

"Lalu apa rencanamu sekarang? Tetap bekerja dengan Gara meski digosipkan sebagai selingkuhannya?"

"Ini cuma sandiwara, Pram."

FAT(E) LOVEWhere stories live. Discover now