Bab 30 Siapa yang Salah, Siapa yang Malu

138 21 0
                                    

Semoga waktu berhenti berputar saja sekarang!

Harapan Gea sih begitu. Sepersekian detik lamanya ia terpana, memerhatikan dua tangannya secara bergantian yang digenggam dua laki-laki berbeda.

Aaarrrggghhh!!! Mimpi apa aku bisa dipegang dua cowok begini??? Sadar, Gea! Sadar! Ini bukan mimpi, tolol!

Pikiran Gea tak bisa berhenti meracau, berdialog dengan hatinya yang tengah berbahagia meski akalnya masih bekerja sempurna.

“Lepasin tangan, Gea!” perintah Pramu tegas. Gea dapat menangkap sorot mata penuh amarah yang baru kali ini dilihatnya. Tak biasanya rahang lelaki itu mengeras seperti itu juga.

“Harusnya kamu yang lepasin tangan, Gea. Ada hal penting yang mau aku bicarakan dengan dia.” Gara membela diri. Tentu saja ia enggan mengikuti perintah Pramu. Emangnya dia siapa sampai berani-berani memerintahnya seperti itu? Huh!

“Kalau mau bicara, yah bicara aja. Gak perlu narik tangannya segala, kan?” cecar Pramu.

“Kenapa? Apa aku gak boleh narik tangannya?”

“Ya.”

“Kenapa? Kamu bukan pacarnya, kan? Atas hak apa kamu melarangku narik tangannya kayak gini?” Gara mengacungkan tangan

Gea yang masih dicekalnya. Malah semakin menggenggam erat pergelangan tangan perempuan itu yang diam saja mendengarkan dialog antara dirinya dan Pramu.

“Cukup! Lepasin tanganku! Kalian berdua apa-apaan sih?” Gea berusaha menarik tangannya terlepas dari genggaman tangan dua laki-laki itu, namun genggaman tangan mereka malah semakin erat. “Gak malu diliatin banyak orang? Kalian pikir aku ini tambang Huh! Kalau kalian mau maen tarik tambang, cari tambang beneran sana!”

Mendengar ocehan Gea, Pramu dan Gara nyaris bersamaan melonggarkan genggaman mereka. Tertunduk malu melihat sekeliling. Meskipun yang lebih malu itu sebenarnya Gea.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Gea langsung pergi dari tempat itu. Setengah berlari keluar dari restoran sushi. Ketika sudah menjauh beberapa meter dari tempat itu, Gea tiba-tiba berjongkok sambil meremas rambutnya.

"Malu banget, anjiiiirrr!!!” teriaknya tertahan.

“Gea!”

Terdengar seseorang memanggil namanya. Ketika Gea menoleh, ia mendapati Pramu setengah berlari ke arahnya. Tanpa pikir panjang, perempuan itu malah bangkit dan berlari menjauh. Semakin Pramu mempercepat langkahnya, lari Gea juga semakin cepat.

“Gea! Gea!” Pramu sampai harus berulang kali memanggil nama perempuan itu. Takut tak mendengar atau mengira panggilan itu dari orang asing.

“Gea! Hey! Berhenti! Gea!”

Tak digubris! Gea sudah lebih dulu menghentikan sebuah taksi, pergi menggunakan mobil itu entah menuju ke mana. Pramu hanya bisa menggerutu kesal melihat kepergiannya.

"Sialan!”

***

Cipratan air di dalam gelas itu tepat mengenai wajah Gara. Dia tak berontak. Menghindar pun tidak. Malah seperti memang ingin kena tamparan air yang diarahkan Vania padanya beberapa saat lalu.

FAT(E) LOVEWhere stories live. Discover now