Bab 27-28 Aku Emang Siapanya Kamu?

203 31 0
                                    

“Kamu gak akan masuk dulu, Gar?” Vania batal melangkahkan kakinya keluar mobil ketika menoleh pada Gara yang bahkan masih memakai self-beltnya. “Masa cuma nganterin aku doang sih? Kamu udah lama gak ketemu orang tuaku, kan?”

Gara memegang setir. Menaik tuas sampai suara deru mobil terdengar. “Lain kali aja deh. Aku mau balik. Kapan ponselku mau kamu balikin?”

Vania keluar dari mobil. Membanting pintu lalu membuang napas. Tiba-tiba Gara memanggilnya dari dalam mobil. Ketika ia berbalik badan, kaca di pintu mobil itu sudah terbuka.

“Kalau gak mau kamu balikin, ya udah simpen aja. Aku balik. Goodnight.”

Gara tak mengatakan apapun lagi setelah itu. Kaca di pintu mobil langsung tertutup kembali sebelum kemudian mobil melaju cepat pergi dari sana.

“Ish!” Vania menendang udara dengan jengkel. “Dia kenapa sih akhir-akhir ini? Kok sikapnya jadi nyebelin! Brengsek!”

Vania sibuk menggerutu, sesekali bahkan berteriak lantang. Kejadian itu disaksikan oleh Gara dari balik kaca spion. Mobil semakin melaju cepat.

***

Gea tak berhenti bersin-bersin, pada udara di kafe saat itu tak terlalu dingin. Zara dan Tania hanya bisa geleng-geleng kepala melihat repotnya Gea atas gejala alerginya itu.

“Harusnya kamu tuh jujur sama si Gara kalau kamu gak bisa deket-deket sama bunga? Mau-mau aja sih menderita gara-gara atasan kayak begitu.” Tania melirik Zara yang mengangguk-angguk saja. “Bener gak, Ra?"

"Si Gara dari dulu berarti gak tahu kalau kamu alergi bunga?” tanya Zara menimpali.

“Dari dulu?” Gea bingung sendiri.

“Iya. Sejak kamu sama dia satu SMA, Ge.”

Gea menggeleng cepat. “Gak akan tahu lah! Dia kan bully aku karena makanan, bukan karena bunga.”

“Terus si Gara sama si Vania ke mana katanya?” tanya Tania sengit. “Bisa-bisanya pergi tanpa pamit gitu.”

Gea angkat bahu. Saat itu Pramu muncul membawa vas berisi potongan bunga yang tadinya dipesan Gara. Gea terpaksa membawanya ke kafe karena tak mau buket bunga yang sudah dibelinya terbuang sia-sia. Kalau Gara tak mau mengganti rugi, setidkanya bunga yang sudah dibelinya bisa dimanfaatkan oleh Pramu.

Gea spontan menutup hidung. Condong menjauh dari vas yang dibawa Pramu.

“Gimana? Bagus, gak?” tanya Pramu sambil menaruhnya di tengah-tengah meja.

“Bagus. Bagus.” Gea menjawab dengan membekap mulutnya. “Taro di tempat lain aja kali, Pram. Jangan bikin alergiku makin parah dong!”

Pramu terkekeh kecil sebelum kemudian menarik kembali vas bunga itu. “Cuma pengen uji coba aja. Bakal keliatan cantik gak kalau ditaruh di meja ruang tamu di rumahku?”

“Cocok. Cocok. Bawa pergi sana!” Gea makin jengkel. Ia mendorong Pramu menjauh.

Zara dan Tania yang melihatnya hanya tersenyum simpul, saling menatap satu sama lain.

***

Sudah Gea putuskan kalau hari ini dia tak akan lagi membawa pekerjaan ke luar Molapar kalau Gara lagi-lagi menemani Vania di lokasi syuting. Ia sudah memulai pekerjaannya sedari pagi, sampai ponselnya pun ia ubah ke mode silent, lalu ia taruh di dalam laci. Pokoknya, Gea gak mau diganggu hari ini. Ia mau fokus bekerja. Tak mau menambah beban kerja dengan mengekori Gara dan membawa pekerjaan keluar. Kalau memang Gara serius membuat Molapar menjadi lebih baik, seharusnya dia profesional dalam pekerjaan, kan?

FAT(E) LOVEWhere stories live. Discover now