Darah Bagi Vanya

2 0 0
                                    

"Kamu bukannya butuh darahku?"

***

Deg.
Toya yang hendak meminum air putih, sontak terhenti seketika. Ia pun meletakkan segelas air putih itu kembali ke meja, dan menoleh ke arah Vanya, menatap matanya dengan serius.

"Aku tidak mencintaimu karena darahmu."

Vanya yang kembali berwajah cemas, mencoba mengutarakan pendapatnya.

"Aku tahu, tapi sudah kewajiban bagimu untuk meminum darah, bukan?"

"Siapa bilang? Aku tak butuh darah untuk hidup."

"Maksudku sihirmu! Kau butuh darah untuk keberlangsungan hidup sihirmu!"

".... kenapa kau begitu peduli dengan sihirku?"

"!!??"

"Apa jangan-jangan kau mencintaiku karena shirku?"

"Toya, bukan begitu."

".... terus? Kenapa kau tiba-tiba-"

"Karena itu kewajibanku!! Aku wajib memberi apa yang kamu butuhkan!"

"... sudah kubilang kau tidak perlu-"

Sruk!
Vanya yang mulai kesal, mulai duduk di pangkuan Toya. Mencoba memberi Toya secuil harum darahnya. Toya yang panik, lagi-lagi hanya bisa menahan dirinya.

"Va-Vanya?!"

Toya yang mencium aroma darahnya, hendak sigap menutup hidungnya, namun Vanya menepis tangannya.

Plak!
"Mau ngapain kamu?!"

"Vanya, hentikan!"

"Kamu tidak bisa lari, Toya. Terima saja takdirmu. Kamu membutuhkan darahku!"

"Sudah kubilang, aku tidak butuh darahmu! Aku tidak ingin menyakiti-"

Bruk!
"Ukh!"

Vanya mendorong Toya jatuh ke kasur. Serta tak lupa menahan kedua tangan Toya dengan erat. Vanya menatap mata Toya dengan tatapan berani, mempersilahkan kekasihnya untuk mengambil haknya.

"Kamu tahu kenapa aku memotong rambutku sangat pendek?"

"!?"

"Kamu tahu betapa inginnya aku berguna untukmu?"

Mata Toya mulai menyala. Wajahnya semakin memerah, dan nafasnya mulai bertempo kencang. Rasa haus darah yang paling ia benci, kini kembali berkat Vanya.

Toya menatap mata Vanya dengan tatapan enggan. Namun, perasaan cemas dan takut juga mulai muncul di pikirannya.

"..... Vanya.."

"Aku tidak ingin menjadi wanita yang cukup hanya perlu bersandar padamu! Aku juga ingin menjadi wanita tempat kau bersandar!"

"Ughk.."

Perlahan, Toya menutup matanya. Vanya yang masih bersikeras memberikan darahnya, mulai membuka satu per satu kancing bajunya.

"Aku tak ingin menyakitimu, Vanya."

Strands of BloodWhere stories live. Discover now