"Tidak perlu senyum kalau hatimu kesusahan." Itu adalah peringatan kesekian kalinya, karena aku semakin percaya bahwa Dani punya kemampuan membaca pikiran. "Kau pasti bingung ... dan tersesat."

"Kau tidak tahu apa yang kurasakan."

"Aku tidak bilang begitu, hanya menebak."

"Tidak usah menebak-nebak."

"Ibumu pasti ingin kau punya teman."

Aku menatapnya tepat di mata kali ini. Di kepalaku, aku terbayangkan suara deburan ombak begitu pandanganku terkunci pada samudera di bola matanya. "Apa yang membuatmu berpikir aku tidak punya teman?"

"Kau datang sendiri," katanya, begitu puas akan jawabannya dengan dagu terangkat, tapi aku tahu dia tidak bermaksud buruk. Aku sudah bertemu banyak orang seperti Dani. Tidak peduli topik apa yang kau bicarakan, mereka seolah tahu harus berkata apa dan terdengar sangat yakin pula. Pasti, percaya diri, dan baik. Bukannya berpura-pura, tetapi memang begitulah mereka. A little bit of a people pleaser, but a nice kind. A good kind.

"Kenapa pula aku harus menyeret teman-teman yang bahkan tidak mengenal Ibuku ke pemakannya di belahan bumi berbeda?"

"Apa kalian benar-benar teman jika mereka tidak pernah bertemu wanita yang melahirkanmu bahkan sekali pun?"

Aku memilih menutup mulut saat itu juga.

Aku telah mendengar dari banyak orang; ada yang berupa bisikan empati dan beberapa lainnya telak geraman kasar: Ibuku aneh. Ibu tidak melihat dunia seperti kebanyakan orang. Masa kecilku dibentuk dengan versinya tentang Ibu Bumi yang agung, serigala raksasa bermata perak yang berlari membelah hutan pinus untuk menjauhkan pemburu, atau Beruang Kutub raksasa ganas yang akan mencuri jiwa jika kau melintas teritorinya. Ibu percaya bahwa ada tempat di mana mentari tidak bersinar dan di mana suara berenang menari-nari di bawah permukaan air. Ibu pernah berkata bahwa jiwa-jiwa tidak akan pernah tersesat selama bintang-bintang terbakar, dan jika lubang hitam melahap mereka suatu hari nanti, maka kita semua akan bersua kembali menjadi kepingan rusak berserakan dan menciut menuju ketiadaan.

Christopher kecil menyelami lautan imajinasi dan dunia Ibu yang magis, namun Chris Vaughn menyadari bahwa Ibu memutarbalikkan teori Ledakan Besar.

"Aku tahu kau dan Hilda tidak tinggal bersama," ucap Dani kemudian, suaranya berupa nyanyian sendu yang dibawa angin.

"Kau pernah bertemu Ibuku?" Dani menggeleng. "Tapi kau berhubungan dengannya? Lewat orangtuamu?"

"Kami semua di desa ini saling terhubung."

"Tidak ada sinyal di sini."

"Nanti kau akan mengerti."

Aku menghempas badanku ke rumput, merentangkan tangan dan kaki seperti bintang laut. "Selalu saja bilang begitu. Kau mau tahu seberapa banyak kalimat itu ditulis oleh Ibuku di jurnalnya?"

"Dia tahu kau akan bingung. Dia menunjukkan jalan terbaik untukmu kembali ke sini."

Aku memutar bola mata, lalu menyelipkan telapak tanganku antara kepala dan rerumputan. "Kau berkata seolah aku akan menghabiskan sisa hidupku di sini. Aku akan kembali ke New York setelah beberapa hari. Aku tak mau ketinggalan fashion week di Paris."

"Apa semenarik itu?"

"Kau akan tahu nikmatnya berjalan di runway peragaan busana ternama setelah bertahun-tahun berusaha keras agar dilirik oleh mereka."

"Apa itu membuatmu merasa hidup?"

Kulirik wajahnya dan Dani mengamatiku seperti anak anjing yang melihat serangga untuk pertama kalinya. Serangga yang juga sama-sama baru meninggalkan sarang dan baru menyadari bahwa dia adalah makhluk mungil yang nyawanya akan melayang sekali injak atau sekali tepukan oleh manusia atau lengan kecil si anjing.

The Song of the Ancient UniverseWhere stories live. Discover now