Kulkas Dua Pintu

5 0 0
                                    

Hening...,
Aku dan Zahra tak saling menyapa bahkan tak saling memandang, kami bagaikan dua patung yang di pajang, bedanya Zahra masih bergerak dan asik memainkan androidnya sendiri. Aku memandangi tingkahnya sungguh tidak sopan perempuan ini, cuman siapa aku, aku gak berhak juga ngurusin dia, sedikit aku heran sebenarnya apa maksud Hani dan Arya meninggalkan kami berdua saja?. apa karena aku jomblo Arya ingin mencarikan pasangan untukku? tapi kenapa harus Zahra?, toh bertemu denganku saja ia enggan berbicara. mungkin Arya ingin melatih mentalku saat berhadapan dengan seorang perempuan.
"Hai..." Aku menyapa Zahra dengan sopan.
"ia...mau jalan-jalan kemana kita?" Jawab Zahra Judes
aku menggigit bibirku tanda geram dengan orang ini, ada orang pengen kenalan ya di hargai kek, memang si aku gak setampan arjuna, tapi ayolah hargai perjuanganku.
"hei ayo mau kemana kita" Zahra merespon meski nadanya masih judes.
"eh iya ayo jalan-jalan"
kami berdua beranjak dan berjalan beriringan, mengelilingi taman bunga sembari memandangi tumbuhan mawar dan anggrek yang indah bagiku, entah bagi si judes ini.
"Bunganya indah ya..."
"Namanya juga mawar, coba yang di pajang bunga bangkai, siapa yang mau lihat" masih dengan respon yang sama. aku berseru dalam hati. "yah jawaban yang sangat sopan bung, untung anak orang, anak kucing gue buang ke sumur lu".
setelah beberapa menit jalan-jalan
aku membawa Zahra duduk di atas kursi masih dengan kebiasaan yang sama, sedari tadi Zahra hanya memainkan androidnya, sama sekali ia tak memandangku. Ternyata Zahra seorang Pendiam tingkat dewa, mau tidak mau aku yang harus cari topik pembahasan.
"Krik...Krik...Krik..." dasar suara jangkrik tak tahu situasi.
beberapa menit kita saling diam aku masih berfikir keras mencari topik pembahasan sedangkan Zahra Hanya memainkan Androidnya seperti orang tak punya salah.
"hei namamu Zahra bukan?"
"tadi kan udah di kasih tahu"
"eh iya sih... Gue kok bego ya"
"apa'an sih lebay"
aku menghela nafas panjang menghadapi sikap Zahra yang sangat dingin seperti kulkas dua pintu. aku mengelus dada mencoba mencari topik pembahasan lain. Beberapa menit berlalu pikiranku mentok, aku membuka androidku mencoba mengirim chat ke Hani, sedikit banyak mungkin hani tahu latar belakang Zahra yang bisa aku jadikan bahan.
"Hei Han... temen lu kenapa kok diem terus"
"ya jangan di diemin dong di ajak ngomong gitu"
"gue mau bahas apa, orang gue baru kenal sebatas nama"
"wkwkwk jadi lu penasaran sama dia nih"
"eh jangan bacot aja bantuin gue cari pembahasan"
"kalo suka tembak aja langsung, wkwkwk"
"gila lu, tega lu biarin pendiem di ketemuin sama pendiem, terus di tinggal maksud lu apa'an"
"santai masih gue pantau kok, gue sama Arya di belakang lu di balik pohon"
aku menoleh ke belakang kursi terlihat wajah Arya dan Hani sedang memantau kami berdua, Arya mengacungkan jempol memberi semangat padaku. Aku menepuk jidad melihat kekonyolan mereka berdua.
"Kalo gak suka ngomong, gausa di paksain ngomong..." Zahra mulai bersuara seperti sedang tahu keluhanku. Aku kaget mendengar respon Zahra seperti itu.
"eh kenapa kok gitu, kamu males ngomong sama aku"
Zahra diam sebentar sambil menghela nafas panjang.
"Asal lu tahu ya, Lu bukan cowok Pertama yang di kenalin Hani ke gue"
"maksudnya" Aku belum ngeh dengan omongan zahra.
"sebelum lu, Hani udah sering ngenalin gue ke beberapa cowok, mereka yang pada pinter ngerayu dan gombal gue diemin, eh sekarang malah cowok bego kayak lu yang di kenalin, mana mau gue"
"terus kamu mau bilang aku gabisa dapetin kamu gitu"
"dari gelagatnya udah keliatan kelez lu emang bego" dengus Zahra sambil menghela nafas memainkan androidnya lagi. "lagian baru kali ini gua lihat Hani comblangin gue sampai di awasin dari belakang, biasanya abis di kenalin gue ditinggal sama Arya"
aku kaget sedikit mikir mendengar kata-kata Zahra. ternyata dia dari tadi tahu kalau sedang di awasi. tapi kok gak ada respon.
"mungkin Hani takut aku macem-mecem sama kamu"
"awalnya gue kira dia takut lu mesum, dan macem-macem, eh ternyata karena lu cupu" Zahra menumpahkan kata-katanya tanpa rasa bersalah. Tapi karena kata-kata Zahra tadi aku paham bahwa sebenarnya Zahra bukan seorang introvert ia hanya sedang gak mood aja, sekarang tinggal aku pancing ia untuk ngomong. kalo dilihat-lihat Zahra cantik juga. aku memandangnya lama sambil membayangkan gimana nanti kalau dia jadi istriku. huhuyyyy...
"hei... ngapain lihat-lihat kayak gitu"
"ternyata kamu cantik juga"
"heh apaan si, ga jelas"
"jadi istriku cocok gak ya..."
"iiihhh najisss..."
"beneran nih... awas suka loh ya..."
"gue pergi nih..."
"ia ia tuan putri Zahra" meskipun mungkin Zahra geli dengan sikapku, setidaknya ada perbincangan di antara kita. satu langkah aku bisa akrab dengan Zahra.
"masih gamau ngomong...?"
"Lu budeg ya dari tadi gue ngomong begooo"
aduhhh habis aku, kalo dia bener-bener jadi istriku, bisa mati muda aku karena setres.
"santai dong, dari tadi marah-marah mulu cepet tua loh"
"Gak lucu" jawaban simpel ya bung. "oke kalo diem-dieman, siapa yang butuh kamu ngomong, aku punya ayang yang bisa aku ajak ngomong"
zahra tetap tidak merespon, ia malah lebih fokus pada Androidnya.
aku membuka aplikasi pesan suara di androidku dan mengcapkan kalimat ajaib.
"Ok Google..."
"Ia ada yang bisa saya bantu" Suara Robotik google membuat Zahra menoleh ke arahku.
"gombalin aku dong..."
"Aduh... ada gempa bumi" suara robotic google "Eh.. ternyata hatiku gemetar ketemu kamu eaaaa"
Zahra menoleh membelakangiku, aku yakin dia sedang menahan tawanya.
beberapa menit kemudian hani dan Arya datang dengan senyuman jahat.
"cieee yang lagi PDKT nih...."
Zahra tak bersuara tiba-tiba ia langsung beranjak dan menyeret Hani pergi meninggalkanku dan Arya, mungkin ia marah atas sikapku tadi.
"Hebat lu bre, bisa bikin Zahra klepek-klepek"
"kelepek-klepek apa'an, yang ada gue kena semprot panjang lebar"
"itu bre, mangkanya lu hebat bisa tahan sama semprotannya dia"
"sialan lu..."
"tapi ngomong-ngomong apa dari lahir dia emang judes gitu?"
"ya enggak lah, denger-denger si dia semacem trauma sama cowok gitu, dulu dia pernah gagal nikah sama seorang cowok"
"cowok nya orang kan?..."
"Cowoknya dia lah..."Arya mencoba menjelaskan tapi belum paham maksudku.
"Cowoknya..., orang kan?"
"hahahaha sialan lu, mulai pinter ngebanyol ya"
"hahaha sorry-sorry gue khilaf"
"udah berapa lama dia judes gitu bre?"
"kok jadi tanya gue si, emang gue bapaknya?  lu tanya ke orangnya langsung aja bre"
"malu gue bre,  kayaknya gue gabakal bisa deketin dia"
"Santai bre, langkah lu masih sejengkal, peluang lu masih banyak buat dapetin zahra, masih ada hari esok kawan".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

aku bodoh dan aku banggaWhere stories live. Discover now