Chapter 10

590 103 53
                                    

Yumi dihukum dan dia sedikit heran mengapa Jeno juga ikut dihukum padahal dia jelas-jelas melihat pemuda itu memiliki buku PR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yumi dihukum dan dia sedikit heran mengapa Jeno juga ikut dihukum padahal dia jelas-jelas melihat pemuda itu memiliki buku PR. Dan kalau dipikir-pikir, sikap Jeno belakangan juga agak sedikit aneh. Biasanya Jeno itu selalu bersama pacarnya, namun sudah beberapa hari ini bahkan Jeno selalu bersama mereka dan tidak melihat tanda-tanda pacarnya yang heboh itu.

"Apa? Jadi, kau memergoki pacarmu bersama cowok lain di tempat karaoke?!" Haru membeliak. Dia lalu geleng-geleng kepala sambil berjalan lagi di samping dua temannya—Yumi dan Jeno. Ya, barusan dia sedang terkejut soal Jeno dan pacarnya yang putus. Pacar Jeno selingkuh. Tapi, Jeno tampak lebih bahagia. Bukankah itu aneh?

Haru berkata lagi, "Ayo taruhan, beberapa hari kemudian, kau mulai merasa galau. Masa tidak ada rasa sedih dan perasaan ditinggalkan sama sekali? Biasanya siklus galau cowok lebih lambat dari cewek."

Jeno memegang sisi tasnya. "Tidak tahu juga. Masa iya aku harus bersedih?"

"Harus! Kan begitu aturannya." Haru sedikit melotot.

"Aku tidak tahu apa harus begitu?" kekeh Jeno. "Lagipula, kalau seseorang mencintaimu dia tidak akan menghianatimu, kan? buat apa memikirkan orang seperti itu. Aku pantas mendapatkan yang lebih baik."

"Karena akhirnya kau tahu bahwa bukan Lara orang yang harus kau berikan hatimu? Alih-alih sedih, kau merasa Lara tidak pantas mendapatkanmu selama ini." Yumi menambahkan. Dan Jeno mengangguk.

"Betul sekali," ucap Jeno kepada Yumi. Kemudian dia menunjukkan telapak tangannya. "Hatimu adalah benda berharga. Makanya berikan hatimu kepada orang yang berharga yang kau percaya bisa menjaganya. Yang tahu bahwa hatimu berharga dan dia sangat takut kehilangan hatimu. Jika seseorang yang kau berikan hatimu bahkan tidak menganggap hatimu berharga dan merasa takut menghilangkannya, buat apa lagi masih mempertahankannya? Pecat dia, lupakan! buang!" lalu Jeno terkekeh sendirinya dengan kalimatnya barusan.

Tidak ada yang menanggapi, bahkan Haru. Mereka seolah menelan kata-kata Jeno baik-baik. Mengingatnya jika suatu saat mereka mengalami hal seperti Jeno.

Ketiganya sedang berjalan menuju cafebook yang tidak jauh dari sekolah—tempat mereka biasa belajar santai. Anak-anak sekolahan seperti mereka memang masing-masing punya kelompok belajar. Dan karena Jeno itu pintar sekali, dan bersedia membantu mereka yang otaknya tidak seencer Jeno, jadilah keduanya: Haru dan Yumi, sepakat untuk menjadikan Jeno tutor mereka di setiap mata pelajaran. Sudah punya jadwal juga, yakni, senin sampai rabu. Dan Haru juga Yumi tidak dikenakan biaya apapun. Alias gratis.

Usai belajar selama satu jam, Jeno sudah mengepak kembali buku-bukunya. Sebenarnya waktunya lebih cepat dari biasanya sebab Jeno sudah ada janji.

"Aku mau menemui sepupuku. Ada yang mau ikut?" tanyanya.

"Sepupumu yang manajer Nineteen?!" seru Haru. Dia pernah dengar Jeno punya sepupu tampan. Namanya Jaemin. Saat Jeno mengangguk, Haru menoleh pada Yumi yang menyusun perkakas belajarnya ke tas. Dia menaikkan alis saat menyadari tatapan Haru.

MY MISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang