Kesembilan

180 10 1
                                    

Aku kembali ke rumah dengan perasaan yang ceria.

"Dari mana kamu?"

"Dari pantai, ma. Kan mau lihat sunset, kata mama sunset di sini indah"

"Ya tapi, jangan sampai telat pulang gini dong"

"Ya ma"

Aku pun tertidur.

Tak lama kudengar suara seperti ambulans, tapi ngantukku berat sekali, jadi aku tetap berusaha tidur.

"Rio, Rio, mama mau pergi sebentar, jaga adikmu ya?"

"Hmm, iya"

Putu Allura's pov

Perasaanku benar, Rio sama sepertiku. Mungkin aku tak bisa lagi dibilang aneh. Rio, kau mewarnai lagi isi hidupku.

Seperti biasa, aku menulis diary, tapi yang ini sepertinya surat untuk Rio.

Dear Rio,

Hai, aku senang bisa berkenalan denganmu. Aku selama ini rindu orang benar-benar mengagumi sunset. Mungkin sifatku berlebihan. Tapi inilah perasaanku yang sebenarnya. Matahari adalah salah satu yang selalu menemani hariku. Aku penderita penyakit berbahaya, jadi selepas matahari tenggelam, aku harus tidur. Aku ingin seperti matahari, yang indah saat terbit, dan meninggalkan jejak yang indah saat tenggelam. Jangan pernah berhenti melihat sunset ya, saat kau melihatnya, kau berharaplah sesuatu yang sangat kau dambakan, suatu saat mungkin itu akan terjadi, bahkan saat itu juga. Rio, terima kasih ya.

Mungkin itu sudah cukup.

Lalu aku tidur. Tak lama kepalaku terasa sangat pusing.

"Hmm, ibu"aku tak kuasa menahan rasa sakitku.

"Kamu kenapa? NAK, badanmu panas sekali. Apa ini? DARAH, hidungmu berdarah nak, Pak, Bapak"

"Kenapa bu? Hah, Lura kenapa bu? Bapak telpon ambulans dulu ya"

Adikku datang.

"Kakak, kakak"adikku menangis.

"Bertahan nak, bapak CEPAAT"ibuku menangis.

Ambulans pun datang bersama sebagian tetanggaku.

Ya Tuhan, apakah ini yang terakhir, ampunilah aku ya Tuhan.

"Bu, bisa tolong ambilkan buku itu?"

"Hah, yang ini nak?"ibu tersenyum, sementara air terus mengalir dari matanya.

Aku ingin menambahkan lagi suratku kepada Rio.

Terima kasih Rio, telah menjadi pelengkap indah dalam sunset terakhirku.

Lalu kusobek kertas itu dari buku diary-ku.

"Tolong kasihkan ini pada orang ini ya bu, Rio"

Aku tak sadar lagi. Pikiranku seperti terasa tenang. Tak ada begian tubuhku yang sakit. Terima kasih, Tuhan.

--

a/n : kisah menyedihkan. Keep vomments ya.

SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang