Kelima

206 10 0
                                    

Sepanjang hari sudah kulewatkan dengan hanya bermain gadgetku dan membaca koleksi komikku. Hingga hari pun senja.

"Rio, mendingan kamu ke pantai deh, lihat sunset mumpung lagi di Bali, biar kamu gak gadget terus"perintah mama.

"Tar aja ma"

"Ya tuh Rio, sunset di sini bagus lho"balas tanteku.

"Oke, ya"balasku pasrah.

Kakiku pun melangkah acuh tak acuh menuju pantai. Ketika sandal [mendekati buluk]ku menapak di atas pasir putih, kuhentikan langkahku. Kutatap langit yang redup karena kepergian sang mentari yang hanya meninggalkan cahaya oranye di tepi awan dengan sepintas cahaya kuning keemasan menyinarinya.

"Wow"sentakku takjub.

Benar kata mama dan tante, batinku.

Pandanganku kemudian beralih pada seorang perempuan. Kulihat matanya yang sangat berbinar melihat objek yang sama denganku, sunset. Aku tak tau apa yang membuatnya menawan. Aku percaya dia perempuan yang baik. Matanya, hidungnya, bibirnya tak menunjukkan perempuan yang tajam dan keras. Kutatap dia lekat-lekat. Ternyata, dia sangat fokus memandang matahari yang sedang mewarnai langit itu. Baguslah, jadi aku bisa memandangnya sangat lama.

Tiba-tiba, benakku seperti mendorongku untuk mendekatinya. Kuberanikan diri untuk mendekat padanya. Kakiku mengayun pasti ke arahnya. Tapi, dia beranjak pergi. Apa? Untung jarak di antara ku dan dia masih tidak terlalu dekat.

Sebelum ceming, aku mendekat ke air dan pura-pura bermain air. Sempat terbesit di pikiranku untuk mengikutinya agar aku tau rumahnya. Namun ketika kulihat dia berjalan berkelok-kelok, kuurungkan niatku itu, karena kupikir nanti aku nyasar.

Lalu aku pulang dan mengatakan pada mamaku, bahwa sunsetnya benar-benar indah.

Kuhabiskan malamku untuk merencanakan agar bisa bertemu dengan perempuan itu lagi. Kalau bisa, dekat dengannya.

--

a/n : dramatis banget deh ah. Agak berlebihan, memang. Tapi! Keep Vomments ya, makasih [mupeng memang]

SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang