Meet The Elementals

322 42 7
                                    

Secepat mungkin Taufan memacu hoverboard miliknya membelah udara bebas di langit. Cengiran lebar khasnya pun terkembang di wajah ceria yang penuh kepuasan. Tidak hanya wajah saja, jantung Taufan pun berdegup kencang karena dia merasa sudah tidak sabar lagi untuk segera tiba di kedai. Ingin sekali rasanya ia cepat-cepat berjumpa dengan para penguasa elemental yang lain untuk memperkenalkan mereka dengan dua mahluk yang ditemui Taufan.

Dua malaikat terbang mengikut Taufan. Pit, si malaikat bersayap putih nampak sama antusiasnya dengan Taufan. Namun sebaliknya, Pittoo si malaikat bersayap hitam terlihat kurang antusias apalagi dengan wajah sedikit cemberut.

"Ayolah, Blapi. Senyum sedikit!" sahut Pit diantara deruang angin saat ia membelah udara.

Nama panggilan yang jauh dari enak didengar itu membuat Pittoo semakin jengkel. "Ngga bisa apa kau panggil aku dengan betul?" ketus Pittoo. "Dark Pit! Panggil aku Dark Pit!"

"Pittoo!" Sengaja sekali Pit memanggil kembarannya itu dengan nama yang biasa ia pakai. "Dark Pitt ngga ada bagus-bagusnya."

Mengetahui bahwa meladeni Pit adalah hal yang percuma dan hanya akan membuat mood-nya semakin buruk, Pittoo memilih untuk diam. Dia mengalihkan perhatian ke arah remaja berpakaian serba biru yang memimpin terbang di atas hoverboard. Walau baru saja bertemu, Pittoo tidak merasa bahwa Taufan adalah ancaman, sebaliknya justru tingkah polah dan gerak gerik Taufan terlalu kekanak-kanakan untuk seseorang yang mengaku sebagai penguasa elemental angin.

"Hey!" Pittoo menegur Taufan. "Masih jauh?"

"Ngga!" jawab Taufan. Di menunjuk ke bawah, lebih tepatnya ke arah sebuah titik berwarna kecokelatan di antara warna hijaunya rerumputan. "Kita ke situ!" seru Taufan diantara suara angin menderu.

Pit memicingkan kedua matanya dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Taufan. Seperti rudal yang telah mengunci sasaran, Pit pun terbang menukik mengikuti si penguasa elemental angin.

Di belakang Pit mengikut pula Pittoo, yang masih merasa agak terpaksa mengikuti kemauan kembarannya yang bersayap putih itu. Dalam batinnya Pitto berharap tidak akan ada kejadian aneh-aneh yang membuang-buang waktu.

Semakin dekat dengan tanah maka semakin jelas pula titik yang dimaksud oleh Taufan. Berangsur titik itu membesar dan ketika sudah dekat terlihatlah bahwa titik itu adalah sebuah kedai kecil dengan beberapa orang bekerja di dalamnya.

Bagaikan kapas, kedua kaki Pit menyentuh permukaan tanah nyaris tanpa suara saat dia mendarat bersama Taufan dan Pitto. Segera saja berpasang-pasang mata terruju ke arahnya dari semua orang yang ada sedang bekerja di kedai. Tidak bisa dipungkiri, Pit kontan merasa canggung. Belum pernah sebelumnya dia menjadi pusat perhatian.

Yang menarik bagi Pit adalah kehadiran enam orang yang paras wajah dan tubuhnya sangat mirip dengan Taufan. Sekilas hanya pakaian saja yang membuat mereka berbeda namun jika diamati lebih detail maka bisa terlihat bahwa mereka mempunyai warna iris mata yang berbeda-beda.

Belum sempat Pit bereaksi ketika tangannya ditarik oleh Taufan.

"Ayo, aku kenalkan dengan saudara-saudaraku penguasa elemental yang lain," tutur Taufan sembari menarik Pit dan Pitto mendekati kedai.

Yang paling pertama maju mendekati Taufan dan kedua teman barunya adalah Blaze. Langkah-langkah lebar si penguasa elemental api itu sudah cukup menjadi penunjuk betapa semangatnya dia untuk menemui kawan-kawan baru Taufan.

"Waah? Teman baru?" Blaze langsung memandangi Pit dan Pitto dari kaki sampai ujung rambut di kepala.

Tentu saja tatapan tanpa berkedip Blaze itu membuat Pit terlebih Pittoo menjadi tidak nyaman. Setidaknya Pit pernah dan kadang menjadi pusat perhatian di Dunia Langit karena posisinya sebagai bawahan Lady Palutena. Pittoo di sisi lain jarang sekali menjadi pusat perhatian apalagi dia memang dia lebih suka menyendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Soaring High.Where stories live. Discover now