Part 35 : She is Woke Up

76 13 0
                                    

Para dokter dan perawat sudah sibuk sejak dini hari karena dapati tanda-tanda kesadaran pasien mereka di ruang ICU, nona Yejin.

Salah satu perawat menyadari ada pergerakan kecil dari tangan Yejin, tetapi itu terjadi hanya beberapa menit setelahnya Yejin kembali tidak sadarkan diri maka dari itu perawat tersebut segera melakukan panggilan darurat kepada dokter.

"Ya, saat aku tengah mengganti infusnya, tiba-tiba saja tangannya bergerak. Aku mengamatinya pelan-pelan karena aku takut jika ini hanya penglihatanku yang salah. Namun, ternyata benar, nona ini sempat menggerakkan tangannya," terang perawat itu.

"Baik, kita akan lakukan observasi lagi hari ini dan kita harus amati terus kondisi pasien untuk memastikan apakah dia akan kembali bangun atau tidak," ucap dokter.

Sesaat setelah dokter mengucapkan kalimatnya, tiba-tiba saja Yejin kembali menggerakkan tangannya. Namun, kali ini gerakannya lebih kuat dari sebelumnya.

"Dokter, dokter! Tangannya bergerak lagi," seru salah seorang perawat.

Yejin perlahan mulai menggerakkan kedua tangannya diikuti dengan kedua matanya yang mulai terbuka. Pandangannya tampak sayu berusaha beradaptasi dengan cahaya ruangan.

Dokter paruh baya itu perlahan memegangi tangan kanan Yejin dengan sangat hati-hati untuk memastikan denyut nadinya normal. "Nona, apa Anda bisa mendengar saya?" tanyanya memastikan.

Yejin mengerlingkan kedua matanya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri dapati beberapa perawat mengelilingi ranjangnya. "Apa aku di rumah sakit?" lirihnya.

"Iya, Nona. Anda sedang berada di rumah sakit akibat kecelakaan yang Anda alami, apa Nona merasa ada yang tidak nyaman?"

Menggeleng. Yejin menggelengkan kepalanya pelan. "Hanya saja aku merasa bingung, ada apa dengan ini semua?"

Para perawat dan dokter yang berada di ruang ICU saling lempar pandangan kebingungan. Mereka semua bingung dan terkejut. "Nona, katakan saja pada kami, apa yang Anda rasakan?"

"Aku tidak bisa mengingat apa pun. Kepalaku sakit sekali." Yejin memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, ia berusaha mengingat beberapa hal, tetapi dia tidak bisa mengingatnya sama sekali bahkan tentang dirinya sekali pun.

Semua mata terbelalak memandang Yejin, betapa terkejutnya mereka meskipun dokter yang merawatnya sudah memprediksi hal ini akan terjadi.

"Nona Yejin, tenangkan dirimu terlebih dahulu, ya. Posisikan dirimu dalam keadaan senyaman mungkin. Saya akan mengambil obat dan beberapa makanan untuk Anda," ucap salah seorang perawat seraya membantu Yejin untuk berbaring dengan nyaman kembali.

Yejin berusaha untuk memejamkan matanya kembali, ia merasa sangat pusing ditambah kepalanya terasa sangat kosong, kebingungan, tidak ada yang berbekas sedikit pun di kepalanya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Astaga kepalaku sakit sekali, Tuhan. Arggh, kumohon ingatlah sesuatu, batinnya.

"Nona! Nona, jangan paksa diri Anda. Saya mohon untuk berhati-hati, tidak masalah jika belum bisa mengingatnya sekarang, dokter sedang melakukan observasi pada kesehatan Anda. Semua akan baik-baik saja, pelan-pelan saja," ucap sang perawat menenangkan.

Yejin pun mengangguk lalu dia menerima segelas air dari perawat itu lalu meminumnya. "Apa tidak ada seseorang yang mengunjungiku? Jika mungkin aku punya keluarga."

"Seseorang sebentar lagi akan datang, orang itu mungkin akan sedikit membantu Anda mengingat sesuatu," terang sang perawat sembari tersenyum.

***

"Ibu, Ayah!" seru Hwayoung.

Hwayoung berlari ketika pintu utama terbuka untuknya, rupanya kedua orang yang sangat ia cintai itu telah menunggu kedatangannya. "Ibu, Ayah. Aku di sini, sekarang anakmu ada di sini. Jangan khawatirkan aku lagi," lirih Hwayoung dalam pelukan kedua orangtuanya.

Contract Marriage [hiatus]Where stories live. Discover now