Chapter 3

2 0 0
                                    

Hari ini kami berlatih voli seperti biasa. Karena Mihaku ada keperluan, jadi yang bertanggung jawab adalah Saina. Pada saat aku mengamati para pemain yang berlatih, aku bertemu dengan Kita di bangku. Kita Shinsuke adalah kakak kelas dari kelas 2-7. Hingga saat ini, aku masih tidak mengerti mengapa Kita tidak bergabung dalam tim. Mihaku dan Saina tidak pernah memberitahuku dan aku juga tidak ingin bertanya padanya.

"Shiharashi, kan?"

"Ah." Aku terkejut. Kita tiba-tiba mengajakku bicara. "Iya, kak."

Hening.

"Ini baru pertama kita berbincang, ya?"

"Iya."

Jujur saja, sepertinya aku tidak bisa berbicara dengan lancar dengan Kita. Kita Shinsuke, dari perkataan kakak kelas, dia adalah lelaki yang sangat disiplin. Dia sangat rajin melakukan kewajibannya. Aku berpikir Kita adalah lelaki idaman. Namun, pikiranku berubah ketika aku mengetahui cara berbicara Kita yang sedikit kaku.

"Permainan Miya hari ini sedang bagus," ucap Kita tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan. Matanya sangat tajam seperti mata rubah.

"Mereka beristirahat dengan baik kali ini," jawabku. "Bagaimana menurut kakak?"

Tak kusangka Kita akan menjelaskan semua pengamatannya. Sepertinya aku mengerti mengapa dia tidak menjadi anggota tim. Kita memiliki pemahaman analisis yang sangat bagus. Aku mengangguk-angguk selagi Kita menjelaskan. Ini adalah hal yang tidak terduga. Sekolah ini sudah berkali-kali memberiku kejutan.

Si kembar menghampiriku ketika waktu istirahat.

"Ini botol kalian." Aku memberikan botol si kembar.

"Makasi," jawab Osamu.

"Makasih, Itsu." Atsumu menerima botolnya. "Ah, ada Kak Kita."

"Halo, Miya," ucap Kita sambil menatap si kembar. "Hari ini jangan memaksakan diri." Setelah mengatakan itu, Kita pergi begitu saja.

"Aneh," gumam Atsumu. "Hari ini aku sangat bersemangat seperti ingin bermain voli sepanjang hari, apa itu berlebihan?"

"Hari ini aku juga merasa sedikit semangat," balas Osamu.

"Kak Kita bisa membaca pikiran kalian?" tanyaku seperi orang bodoh.

Atsumu tertawa. "Itu tidak mungkin."

Sejak hari itu, aku semakin penasaran dengan Kita. Dia adalah seseorang yang memiliki prinsip yang teguh. Semua perbuatannya tidak ada yang sia-sia dan sangat runtut dan teratur. Tak hanya untuk klub voli, di bidang akademik pun hasilnya sangat memuaskan. Kata Suna, Kita bukan manusia, melainkan robot.

Di bulan Juni, kami akan mengikuti eliminasi Inter High. Dengan kata lain, kami hanya memiliki dua bulan untuk berlatih sebelum pertandingan. Ini akan menjadi pertandingan perdana si kembar saat SMA. Di selang latihan dan istirahat, tak jarang aku melihat Kita berbincang dengan para pemain. Mereka seperti berdiskusi dan Kita tampak sangat meyakinkan.

"Apa kalian pernah berbincang dengan Kak Kita selama istirahat?" saat ini kami sedang makan siang bersama di kantin.

Atsumu bergumam. "Sepertinya pernah."

"Mungkin saat itu hanya Tsumu saja karena aku merasa tidak pernah berbincang berdua dengannya," jawab Osamu lalu melanjutkan makan.

"Dia sepertinya sangat berguna. Analisisnya akurat." Aku meminum susu yang kubeli. "Aku penasaran dengan sosoknya."

Begitu aku mengatakan itu, si kembar langsung muram.

"Apa gunanya penasaran dengan orang itu?" Atsumu berkata dengan kesal. "Sekalian saja kamu berdua dengannya."

The Annoying DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang