Chapter 2

816 118 58
                                    

“Jadi, sekarang aku harus kemana kalau aku kabur dari rumah?” tanya Haru.

“Masih bisa ke tempatku, kok, hanya saja aku harus minta izin dulu.”

“Walimu itu benar-benar menyebalkan, ya?”

Yumi mengendikan bahu.

Alasan Haru misuh-misuh saat mendengar bahwa Yumi tidak tinggal lagi di rumah lamanya adalah karena rumah lama Yumi dekat dengan rumahnya. Itu adalah kabar buruk bagi Haru maupun Yumi yang sering menghabiskan waktu bersama-sama di sepanjang waktu.

Kini mereka sedang berada di pinggir lapangan.  Lima belas menit jeda pelajaran olahraga lari sprint, sebelum pengambilan nilai.

Pak Minggyu, guru olahraga tampan mereka sedang menggoda Michelle sang guru bahasa inggris di pinggir lapangan. Mungkin sedang mengajaknya makan ramen di rumahnya.

“Dia orang yang agak mengerikan.” Yumi menendang tanah di bawah sepatunya.

Haru menarik napas sedih. “Aku jadi kangen Om Namjoon,” katanya.

“Aku juga,” kata Yumi. Kemudian Haru merangkul pundaknya.

“Apa dia semengerikan itu?”

“Awalnya sih, kupikir ayahku memberikanku ke Om-om genit. Karena pertama kali melihat dia, dia menyebutku manis.”

“Pasti mengerikan tampangnya.”

“Eum tidak juga,” Yumi jadi ingat kesan pertamanya melihat Jungkook. Kalau saja Haru lihat bagaimana penampilan Jungkook… “Dia lumayan. Usianya hampir seusia ayahku. Tapi sifatnya mengerikan dan seperti bocah laki-laki. Dia juga cerewet dan tukang ngatur.”

“Astaga, lebih mengerikan dari ibuku.”

“Dia lebih mengerikan dari ibu-ibu manapun, terutama soal kebersihan. Aku tidak diperbolehkan menyisakan setitikpun noda di rumahnya dan di perabotannya. Termasuk lantainya. Kemarin waktu cuci piring saja dia tidak mau aku yang melakukannya. Katanya akan tidak bersih kalau aku yang cuci. Bayangkan saja kalau aku tidak sengaja menjatuhkan saus ke jas mahalnya. Bisa-bisa dia bakal mengamuk dan mengomeliku soal kecerobohan dan lain sebagainya. Atau parah lagi dia bakal menelantarkanku dan menyalahkan ayahku karena sudah membuatnya terbebani!” Yumi menarik nafas dalam-dalam.  Menyampaikan seluruh uneg-uneg ternyata butuh oksigen lebih banyak. Tetapi beberapa saat dia tidak menambahkan apa-apa selain helaan nafas berat berulangkali.

“Kau tinggal dengan mahluk mengerikan.” Haru geleng-geleng kepala. “Aku turut prihatin.” Dia menepuk-nepuk punggung temannya.

Yumi menunduk lagi sambil berkali-kali memainkan tanah. “Aku semakin rindu ayahku. Dia tidak akan setuju kalau tahu pria itu orang yang menyebalkan! Membayangkannya saja sudah membuatku sesak nafas. Aku disuruh memanggilnya Mister. Apa-apaan coba dia itu?”

“Mister?!” Haru menegakkan badan menghadap Yumi.

Yumi mengangguk.

“Itu keren, Yumi.”

“Katanya dia dipanggil begitu. Tapi bahkan, aku tidak tahu dia siapa. Dia penuh misteri.”

“Kalau begitu coba cari tahu saja.”

“Dia tidak mengizinkanku untuk bertanya apapun.”

“Sangat mencurigakan. Aku jadi tambah penasaran. Apa mungkin dia anggota mafia?”

Yumi tertawa. “Lelucon yang bagus.” Dia lalu menegakkan badan saat Pak Minggyu meniup peluit untuk menyuruh mereka semua berkumpul di tengah-tengah lapangan. Wajahnya sumringah, sepertinya ajakan kencan makan ramennya berhasil. Karena, Minggyu terkenal playboy kabarnya dia pernah berhubungan intim dengan salah seorang murid senior tahun lalu di ruang ganti gedung olah raga. Makanya tiap kali bertemu Pak Minggyu, Yumi tidak pernah lihat matanya. Saat Minggyu memanggil namanya melalui absen, Yumi maju dengan tiga anak lain untuk tanding mendapatkan poin.

MY MISTER [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now