Gelang ibu

5.2K 421 4
                                    

[Lykos Pov]

Hari ini hari terakhir musim panas, cuaca sudah tidak seterik kemarin

"Theo.." tanyaku.

Sembari membuka sedikit pintu kamarnya, kulihat ia sedang berbaring dikasurnya, ya kami baru saja membeli 4 kasur dari tabungan hasil penjualan buah buahan kami.

"Theo... Apa kau tidur" tanyaku pelan

"Tidak, ada apa?" kata theo tanpa melihatku. Sebenarnya aku agak tidak enak mengatakannya, tapi...

"Um... I-Itu... Bolehkah, aku meminjam gelang peninggalan... Ibu..." ucapku gugup.

Terjadi keheningan sesaat diantara kami, theo mengubah posisinya menjadi duduk dan menundukan kepalanya. Hah... Aku tahu ini akan terjadi.

"Untuk apa?" ucap theo dingin.

Aku tahu theo tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh gelangnya, termasuk aku. Pernah dulu ia marah padaku selama 3 hari karena aku mengambil gelang itu tanpa sepengetahuannya.

"I-Itu.. A-Aku hanya ingin meminjamnya sehari saja, a-aku... Aku rindu ibu... Karena satu satunya peninggalan mereka yang ada disini hanya ada padamu"

Aku mengatakannya dengan muka merah karena malu mengakui ini. Hal ini benar aku merindukan ibu walau masih ada maksud lainnya juga... Tapi itu tidak bisa ku katakan.

"Apa boleh?" tanyaku.

Kulihat ia mengangkat lengan jubahnya dan terlihat sebuah gelang kuning tipis dengan permata permata indah.

Ia menggengam gelang di tangannya. Dan membuang mukanya yang masih menunduk. Aku menunggu jawabannya. Tak lama ia melepaskan gelangnya dan memperhatikannya. Ia memberikan gelangnya tanpa melihatku dan masih membuang mukanya

"Kembalikan dengan utuh saat makan siang"

Aku bejalan kearahnya dan hendak mengambil gelang itu. Saat kuambil ia menahannya. Aku melihat wajah theo dari sela sela rambutnya seperti tidak ingin melepaskan gelangnya. Tak lama kemudian theo pun melepaskan tangannya.

"Terima kasih" ucapku sembari berjalan keluar dan menutup pintu kamarnya.

Ku pakai gelang itu dan ku sembunyikan dibalik legan jubahku. Aku berlari keluar rumah menuju padang rumput yang saat musim semi menjadi padang bunga dandelion.

Saat sampai di padang aku segera terbang secepatnya menuju ke tengah padang jauh sekali dari rumah. Aku mencari seseorang disana, saat aku menemukannya aku menghampirinya.

Seorang gadis berambut emas dengan mata biru donker, ya... Luna fortuna. Ia terluka cukup parah, saat bertarung diam diam dengan seorang wanita dari klan blackdemon. Luna melarangku memberi tahu theo karena ia tahu theo pasti akan mengomelinya tanpa henti.

"Luna kau bisa mendengarku?" tanyaku cemas. Luna membuka matanya perlahan

"I-iya... Kenapa lama sekali.." ucapnya

"Sudahlah jangan banyak bicara dulu" ujarku

Aku mengalirkan energi angin ku kegelang itu, lalu gelang itu bersinar dan angin ku pun menjadi berwarna hijau. Aku menyelimuti tubuh luna dengan angin hijau ini.

Lama sekali pemulihannya, karena aku bukan tipe penyembuh seperti theo. Aku mempertahankan anginku dan terus menyelimutinya dengan angin ini.

Aku mulai lelah, keringat mulai membanjiri wajahku. Setelah sejam akhirnya luna pulih dan dapat mengerakkan tubuhnya walau masih agak lemas. Aku mengelap wajahku dari keringat dan merebahkan tubuhku ke rerumputan dengan terengah engah.

OOD EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang