Tidak mengetahui keresahan Arkan, Audrey menutup botol parfumnya dan memasukan kembali benda itu ke tasnya. Dia mengikat tali di tasnya dan menaruhnya rapi di sampingnya.

"Lalu bagaiamana kau menanganinya?" tanya Arkan dengan lembut, namun sepertinya wanita itu dapat mendeteksi kecemasan dari raut wajahnya.

"Kau tak perlu khawatir, aku menanganinya dengan baik." Kata Audrey, "ketika sadar aku dibuntuti aku langsung mengeluarkan payung dan semprot mericaku kalau-kalau di serang, tapi untungnya aku dekat dengan para premen di komplek apartemenku, jadi malam itu aku beruntung karena beberapa premen yang aku kenal melihatku berjalan dengan aneh, sambil terus melirik kebelakang. Mereka membantuku dan mengantarku pulang ke apartemen dengan aman. Sampai sekarang mereka masih melakukannya jika kebetulan mereka melihatku di sekitar tempat nongkrong mereka."

"Wow, aku tak menyangka kau akan mengalami hal seperti itu."

"Ya, memang, kadang menakutkan untuk keluar sendirian. Aku bahkan pernah di raba-raba ditempat umum. Waktu aku pulang dari Hamura, pakai trans. Karena transnya padat dan diisi banyak orang yang pulang kerja, mereka mencari kesempatan. Meraba-raba bokong, pinggang, perutku. Karena tak tahan, aku menggunakan teknik yang Cecil ajarkan padaku. Aku menyikutnya dengan kencang hingga dia berteriak kesakitan. Dan menendang tulang keringnya dengan sepatuku. Itulah gunanya sneakers yang keras ini." Audrey mengangkat kakinya, menampakkan dad sneakers putih-pitch nya. Seolah mendukung pernyataannya, sepatu itu memiliki outsole yang tinggi. Siap menyakiti tulang kering siapapun yang berani melecehkannya.

Arkan tertegun. Dia tak menyangka wanita itu akan mengalami pelecehan di tempat umum lebih sering dari pada yang ia kira. Arkan mendengar banyak pelecehan yang terjadi apalagi di tempat umum, dan kebanyakan menyasar wanita. Tapi ia tak menyangka akan mendengarnya dari Audrey. Arkan pikir, Audrey terlalu bahagia untuk mengalami pelecehan. Dia terlihat lemah dan tak bisa melindungi dirinya. Arkan lebih terkejut lagi mendengar dia berani menyerang balik orang yang melecehkannya. Dibutuhkan keberanian untuk melakukannya. Dia bangga mendengar Audrey berhasil membalas perlakuan laki-laki itu padanya. Dan berterima kasih pada Cecil yang mengajarkan Audrey teknik jitu untuk melindungi dirinya. Setidaknya bukan karena alasan kekerasan atau pemerkosaan yang membuat wanita itu anti dengan laki-laki.

"Omong-omong, dimana kau mencium bau bunga?" tanya Audrey, dia mengerutkan dahinya penasaran.

"Entahlah. Tapi kau memang berbau bunga."

"Benarkah? Tapi aku tak memakai parfum beraroma bunga." Jelas Audrey dengan wajah bertanya-tanya. Dia mencoba mencium bau tubuhnya sendiri, tapi tak yakin bau bunga tercium dari tubuhnya. Bahkan sejujurnya, ia tak mencium apa-apa. Ketika lampu merah, Arkan mengambil kesempatan itu untuk mendekat, dan menarik nafasnya ketika jarak mereka cukup untuk bisa mencium aroma lembut bunga dari arah wanita itu.

Arkan melemparkan tatapan spekulatif pada Audrey. "Aku yakin ini bau bunga." Arkan kembali menekan gas begitu lampu hijau. Audrey salah tingkah ketika laki-laki itu mengendus di dekat lehernya.

"Apa mungkin aroma sampo mu?" tanya Arkan ketika memperhatikan Audrey terdiam. Ia tersadar begitu melirik rambut wanita itu yang setengah kering.

"Bisa jadi." Audrey mengembuskan kuat-kuat poninya, hingga berterbangan dan memperlihatkan dahi mulusnya. "Ternyata aku tak salah memilih sampoo. Mereka menawarkan 'rambut wangi sepanjang hari' di iklannya. Ternyata itu semua bukan bohongan."

"Itukah yang mereka janjikan padamu?" tanya Arkan melihat Audrey yang mulai memilin ekor kudanya. Tangan Arkan gatal, ingin ikut dalam pilinan jari dan rambut Audrey. Ia ingin membenamkan jarinya ke rambut hitam lembut itu dan menghirup aromanya.

"Ya, itulah yang mereka janjikan. Inilah alasanku memilihnya. Sampo mahal yang akan membuatku seperti dewi yunani ketika keluar dari kamar mandi." Audrey mendongak begitu mereka memasuki area parkiran. Arkan dengan lihai memarkirkan mobilnya. Dia melepas sabuk pengamannya dan memperhatikan Audrey yang juga melakukan hal yang sama, lalu berjanjak keluar mobil.

The Future Diaries Of AudreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang