season satu :: chapter 01

1.4K 186 11
                                    

Follow dulu sebelum membaca, dan tinggalkan vote sebagai apresiasi.

༺❀༻

PRANGG!

PRANGG!

BRAAKK!

Nakula Junuaraga menarik bantal di samping dan menutupi telinganya, suara berisik yang ntah dari mana begitu mengganggu tidur lelaki itu. Namun suara suara itu bukannya mereda justru semakin terdengar keras.

Dengan segenap kesabarannya, Nakula membuka mata dan melirik pada ujung nakas, lebih tepatnya pada jam yang telah menunjukkan pukul 07:00 pagi.

Demi Tuhan, Nakula baru bisa tertidur pukul 04:30 pagi tadi setelah menyelesaikan tugas dari waki kelasnya, tetapi harus terpaksa bangun di pagi hari seperti ini, bukankah sangat menyebalkan.

Nakula segera beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk melihat keadaan di bawah sana. Sungguh, keadaannya masih begitu kacau tetapi persetan dengan penampilannya.

"Selamat pagi, Naku!" sapaan dengan suara khas gadis itu membuat Nakula menghela nafas berat, lagi lagi gadis itu yang membuat rusuh dapurnya.

"Shea-"

Shea Lukana, menyengir kuda usai mendapat teguran dari sang pemilik rumah. Shea menghampiri Nakula dengan sepiring nasi goreng, lalu tersenyum sangat manis membuat kedua matanya membentuk sabit.

"Ini untuk Naku," ucapnya tenang tanpa menghiraukan raut wajah super datar lelaki dihadapannya.

Nakula tidak merespon, tangan kekarnya bergerak menyingkirkan tubuh mungil Shea dari hadapannya. Shea mendengus kesal.

"Ih, Nakula! Ini diambil nasi gorengnya, harusnya Naku beruntung bisa makan masakan dari Chef cantik Shea Lukana!" sambung Shea kemudian.

Masih sama tidak ada respon, Shea memutar tubuhnya melihat geram pada Nakula, lelaki itu tengah merapikan kekacauan yang dibuat oleh Shea.

"Gue udah sangat sering bilang sama lo buat berhenti kotorin dapur gue."

Itu dia, Nakula bicara padanya. Shea mengembungkan pipi cemberut, harusnya Nakula tidak boleh memarahi gadis manis seperti dirinya.

"Shea cuma mau buat masakan buat Naku-"

Nakula melempar tatapan tajam membuat Shea sontak menunduk.

"Skill masak gue jauh lebih baik daripada lo," sahut Nakula setelah itu. "Lo lebih baik pulang sekarang, gue masih sangat ngantuk."

"Ini nasi gorengnya gimana?"

Nakula melirik sekilas hasil masakan Shea, oh sangat buruk, telurnya begitu gosong, dan nasi tersebut terlihat sangat keras.

"Kasih buat Miko aja."

Shea menggelengkan kepala cepat. "Nggak, nggak! Gak boleh!"

"Kenapa?" sebelah alis Nakula terangkat. "Lo takut kucing lo mati gara gara makan itu?"

"Nggak kok," elak Shea. Oh ayolah, Shea yakin masakannya tidak seburuk itu. "Ini, kan, Shea buat khusus buat Naku bukan Miko, lagipula Miko gak suka nasi goreng, Miko sukanya nasi kucing," ucapnya.

"Kalau begitu lo aja yang makan."

Nakula malas berdebat karena berdebat dengan Shea tidak akan ada akhirnya. Selain sangat merepotkan, Shea juga terlalu banyak bicara, tidak cocok dengan Nakula yang pendiam. Nakula melangkah melewati Shea begitu saja, membuat gadis itu membuka setengah mulutnya.

"IH NAKULA!"

Nakula menutup kedua telinga, suara melengking Shea hanya akan merusak gendang telinga siapapun yang mendengar teriakannya, sungguh.

_______________

"Gimana bro, ikut gak nanti malem?" ntah sudah berapa kali Aksata Nabastala menanyakan itu pada Nakula. Dan Nakula tetap menolak.

Aksata menghela nafas, sangat sulit membujuk Nakula. Akhirnya Aksata menyerah dan kembali pada tempat duduknya.

Lelaki bernama Gama Rajasta terkekeh melihat wajah putus asa sahabatnya.

"Percuma kali, Sat, mau lo bujuk sambil kayang juga Tuan muda Naku gak bakal mau join ke tempat gituan, beda sama kita," ujar Gama.

Nanti malam salah satu teman kelas perempuan Nakula mengadakan party diusianya yang menginjak 18 tahun, tepatnya di sebuah club, oh tentu saja itu bukan selera Nakula.

"Padahal bisa sambil cuci mata ya gak, Gam?" Aksata melirik kearah Gama.

Gama mengangguk. "Bener anjir, sejauh ini kita temenan gak pernah sekali pun ke club bertiga, gue curiga apa jangan jangan lo gay?" tudingnya.

Nakula melepaskan tatapannya dari ponsel dan melihat Gama.

"Bukan gue yang gay, lo yang mata keranjang." Nakula beranjak setelah itu dan meninggalkan kantin.

Tawa Aksata pecah melihat raut melas Gama, Nakula memang tidak pernah gagal untuk membungkam mulut orang.

"AHAHAHA mata keranjang lo, Gam!" ujar Aksata sembari memukul pundak Gama.

Gama mendengus, dengan kesal ia berlari menyusul Nakula dan Aksata.

"Lo juga ya, anjing!" teriak Gama pada Aksata.

_________________

HAI, TOLONG BACA INI YA. CERITA NAKULA AKAN AKU ROMBAK, SEJUJURNYA GAK ADA NIAT ROMBAK SIH, TAPI GINII

Pembaca lama pasti udah kenal gimana aku, gak konsisten, dan terbilang sangat jarang update, karena selain sibuk aku juga suka kena writers block, susah banget atasin itu.

Jadiii, aku putusin buat rombak cerita ini, dan aku bikin jadi short story.

Namanya juga cerpen, pasti part nya gak banyak. Iya, itu tujuan utama aku. Dengan begitu aku bakal cepet kelarin cerita ini.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya! Gak lama kok 😍😍😍

NAKULATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon