Presdir

32.8K 1.4K 67
                                    

"Kak nikah gih papa minta cucu tuh!" kataku saat melihat Kaia melintas di hadapanku,
Kaia pun berhenti seketika dan menatapku tajam.

"Papa kan minta cucu dari loe dan Prilly bukan gue" jawab Kaia sewot

"Gak mau ah! Gue kan masih SMA!" balasku tak kalah sewot, Kaia mulai tertawa. Perasaanku jadi gak enak.

"Kenapa gak protes aja sama Papi? Lagian loe juga udah tahu gitu2an" Ujar Kaia lalu melenggang pergi sambil cengegesan meninggalkan ku yg masih terduduk di kursi tunggu RS.

Tanya sama Papa?
Gila mana berani! Kalau sakit jantungnya kumat gara2 aku tolak gimana?!
Argghh! Perasaan ni hidup kagak ada benernya sengsara mulu stres dah lama-lama!

"Li papa panggil tu" ujar Mama, mengangetkanku yg baru mau melangkah keluar mencari udara segar.

"Ada apa Pa?" tanyaku saat masuk ke kamar Rawat,

"Kamu sama Prilly boleh pulang ke Jakarta, kamu besok harus masuk ke Kantor urus perusahaan Papa" kata Papa dengan nada serius

"Ali belum terlalu Yakin Pa, soalnya Ali masih SMA belum terlalu Tahu banyak tentang mengurus perusahaan besar Papa" ujar ku ragu-ragu
"Kamu Pasti akan bisa, anggap saja ini sebagai pelajaran juga, lagian perusahaan papa nantinya juga akan jatuh ditanganmu" kata papa menatapku serius, Papa sepertinya benar2 menaruh kepercayaan padaku hadeh! Ini ni sulit ditolak.. Tidak ada yg dapatku katakan selain berkata iya dan tersenyum manis!
***

Bunyi bising terompet membangunkan ku dari tidur,
Ku buka selimut yg menutupi wajahku,
"Apa-apaan Ini" protesku saat melihat pria paruh baya berbadan tegap yg menggunakan kaca mata serta menggunakan pakaian formal meniup terompet bising itu!

"Maaf Tuan muda ayah anda memberi perintah untuk saya membantu anda dalam segala hal termasuk untuk mendisplinkan anda" Kata Pak Fredy membuatku menghembuskan nafas lelah.
"Mulai Hari ini anda harus berangkat ke Kantor Presdir" katanya sambil tersenyum, entah kenapa kata Presdir membuatku sedikit geli haha Presdir.

"Tapi bagaimana dengan sekolah?" tanyaku
"Anda tidak perlu khawatir tentang itu semua sudah diurus" katanya santai
"Bagaimana?" tanyaku lagi
"Hanya perlu memanggil guru kapanpun yg anda inginkan nilai dan lain2 akan tercatat selayaknya sekolah normal" ah syukurlah aku jadi tidak perlu takut ketinggalan pelajaran.

Aku menatap cermin besar di depanku, cukup lucu mengingat akan menggunakan pakaian formal ini untuk waktu cukup lama, aku merapikan dasi merah tua garis2 tipis emas di dasi menambahkan kesan mewah ditambah Jas modern juga sepatu mengkilat ini aku jadi merasa seperti aktor korea haha sudah abaikan.

Aku berjalan menuruni tangga yeah seperti dugaanku pak Fredy sudah berada disana menungguku,
"Gue sarapan dulu" ujarku berjalan masuk ke ruang makan seperti biasa Prilly yg sudah berbalut seragam SMA sedang sarapan.

Prilly menyadari kehadiranku dia menatapku dari ujung kaki hingga kepala lalu dia terbengong,
'Ada apa dengan anak ini pagi2 kesambet apa?' pikirku

"Hey ngapain loe liatin gue kayak gitu" ujarku sepertinya mengagetkan dia

"E-enggak yee siapa juga yg liatin loe, ohya loe hari ini mulai ke kantor berarti kita gak satu mobil ya" tanya nya sepertinya mengalihkan topik tadi,
"Oh ya loe pakai mobil lain aja suruh supir antar loe" jawabku singkat sambil melahap roti panggang juga meminum susu sapi segar.
"Oh y-ya udah gue mau berangkat dulu" ujarnya dengan wajah memerah lalu terburu2 pergi,
Ada apa ni anak demam kali dia?

***
"Tuan muda saya hanya dapat menemani anda sampai disini" kata Pak Fredy saat kami sudah sampai diperusahaan,
"Yaelah gue pikir pak Predy yg jadi sekertarisku" protesku
"Sudah ada sekertaris, saya hanya akan menemani anda saat harus keluar negeri mengatur jadwal anda tuan muda, dan tuan muda mohon jika berbicara di dalam kantor menggunakan bahasa formal" jelasnya panjang lebar
"ya-iya" balasku malas-malas sembari turun dari mobil.

Aargh! Mr.Arrogant!Where stories live. Discover now