Clovis tahu dia dipermalukan. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Kakak." Chloe menatap kakaknya dengan mata merah. Tubuhnya gemetar.

Clovis menahan napas beberapa detik. Dia menghampiri Chloe, menarik wanita mungil itu ke dekapannya. Memeluknya erat.

"Dari siapa kamu tahu Kakak kerja di sini?" Clovis selalu menutupi tempat di mana dia bekerja. Kalau sampai orang tuanya tahu saat ini putra kebanggaan mereka hanya bisa mencari nafkah dengan menjual diri, dia takut mereka akan mengalami serangan jantung.

Clovis juga tidak mau adik kesayangannya mengetahuinya.

Siapa yang tahu kalau Chloe akan datang ke kelab ini sebagai pelanggan?

"Maaf." Chloe melihat kakaknya masih hidup dengan baik. Pakaiannya juga bagus. Arloji di tangan kirinya juga merk ternama. Sebagai gigolo nomor satu, Clovis masih harus menjaga penampilannya. Semakin mahal dia terlihat, semakin mahal pelanggan membayarnya.

Tapi Chloe tahu ... di balik penampilannya yang luar biasa, harga diri kakaknya sudah dikoyak dengan kejamnya. Dihancurkan sampai hampir tidak tersisa.

Chloe juga ingat. Saat tahu Maeve meninggal, Clovis mencoba datang untuk menemuinya. Tapi Alister tidak membiarkannya. Clovis mengamuk, dia dipukuli sampai hampir mati, lalu tubuhnya dilemparkan ke pinggir jalan.

Kebencian Alister bermula dari Chloe, tapi seluruh keluarga Chloe hancur karenanya.

"Kakak." Chloe menangis terisak. Membuat Clovis menahan napas tidak berdaya. "Maaf. Semua salah aku. Semua bener-bener salah aku. Kalo aja aku nggak bersikeras nikah sama Alister, dia nggak perlu nyimpen dendam ke keluarga kita. Aku tahu. Aku tahu orang yang udah bikin kita susah ternyata Alister."

Clovis tersenyum masam. Dia menepuki punggung adiknya perlahan.

Dia tidak terlihat terkejut sama sekali.

Sejak awal ... Clovis sebenarnya sudah menduganya. Kebencian Alister terhadap keluarga Bagaskara terlalu dalam. Clovis sudah menyelidiki Alister sejak awal. Ibunya merupakan salah satu kelemahan terbesar pria itu. Wanita lembut itu seorang single parent yang membesarkan ketiga anaknya sendirian. Bertahan melawan angin dan hujan.

Tapi ... setelah kesulitan bertahun-tahun, pada akhirnya dia tumbang dan mengalami gagal ginjal. Saat itu Alister baru saja mengepakkan sayapnya. Dia hampir tidak bisa menahan tekanan keluarga Bagaskara.

Pada akhirnya ... ibunya Alister meninggal, Alister menyimpan kebencian itu diam-diam.

Clovis awalnya tidak banyak berpikir. Di matanya, Alister yang tidak banyak tahu tentang bisnis memangnya bisa melakukan apa untuk melawan Clovis yang sudah belajar tentang bisnis sejak dini?

Dia terlalu sombong dan arogan.

Tidak menyadari kalau Alister mulai menyimpan satu demi satu bug di perusahaannya. Menghancurkan perusahaan mereka perlahan, menciptakan kebuntuan yang menakutkan.

"Jangan terlalu banyak berpikir." Clovis berusaha menenangkan adiknya yang lugu. "Belum tentu itu campur tangan Alister. Lalu ... bagaimana dia sekarang?"

Clovis perlahan melepaskan pelukan adiknya. Dia mengusap wajah adiknya yang basah karena air mata. "Dia ... apa dia memperlakukan kamu dengan baik?"

Hal ini adalah sesuatu yang paling Clovis cemaskan.

Saat keluarga Bagaskara masih di atas angin, Alister nyaris tidak memberikan beberapa wajah pada adiknya. Sekarang keluarga mereka hancur, Clovis takut kalau adiknya akan disiksa sampai mati oleh suaminya.

"Aku ... aku baik-baik aja." Chloe berkata serak. Menghapus air matanya sendiri. "Alister baik sama aku. Kakak jangan khawatir."

Dua orang itu sama-sama tersenyum. Tapi keduanya mengerti ... kalau Alister tidak baik padanya sama sekali. Setidaknya, Alister tidak sampai menyiksa Chloe dan memukulinya bukan?

"Aku ...sebenernya dateng ke sini buat ngasih Kakak sesuatu." Chloe buru-buru merogoh tasnya. Dia mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.

ATM Card.

Chloe meletakkan benda itu di tangan Clovis.

Clovis mengerutkan kening. "Buat apa ini?"

"Ini ... ini buat bantu-bantu biaya pengobatan Mama sama Papa." Chloe berkata jujur. Clovis hampir mengembalikannya, tapi Chloe buru-buru menghindar dan menggeleng. "Kakak, jangan tolak, oke? Tolong ambil itu. Tolong biarin aku bantu kalian sedikit. Aku emang salah ... tapi aku masih jadi bagian keluarga kita, kan?"

Clovis awalnya masih ingin menolak. Tapi melihat adiknya sudah hampir menangis lagi, pada akhirnya dia masih setuju.

"Tapi jangan sampai uang ini bikin kamu kesulitan."

"Ini nggak terlalu banyak." Chloe menyeringai. "Aku juga mulai mikir buat buka usaha. Tapi aku nggak tahu harus buka usaha di bidang apa?" Chloe berkata jujur. Dia menatap Clovis ragu. "Aku pikir bidang FnB baik-baik aja? Tapi aku nggak terlalu ngerti soal bisnis. Aku dateng ke sini sebenernya karena punya tujuan lain juga. Aku mau minta bantuan Kakak. Kakak lebih tahu soal hal ginian, kan? Apa bisa Kakak bantu aku?"

Clovis terdiam. Dia tersenyum pahit, "Bukannya Kakak nggak bisa, tapi saat ini Kakak udah di blacklist. Lalu ..." Clovis menatap adiknya dengan sorot dalam. "Alister, apa dia tahu tentang rencana kamu sekarang?"

***

I Don't Wanna Love You AnymoreМесто, где живут истории. Откройте их для себя