Penyesalan Terbesar

8.6K 1.2K 82
                                    

Air matanya mengalir bercucuran. Wajahnya pucat pasi dengan rambut yang berantakan. Wanita itu tampak kuyu dan lemah. Menatap sosok jangkung yang berdiri 3 meter di depannya, memberinya tatapan dingin dan jijik, seolah wanita tidak berdaya itu adalah sampah.

“Mati.” Suara pria itu dingin dan serak. Wajahnya sendiri sangat pucat, dia menatap wanita yang duduk bersimpuh di depannya, dengan kedua kaki dirantai. “Anak aku ... Maeve bener-bener mati.”

Chloe tampak linglung. Dia mengambil beberapa foto di depannya yang berserakan. Itu adalah foto putrinya yang sudah meninggal. Usianya bahkan belum genap 3 tahun.

Diculik.

Terbunuh.

Karena kelalaiannya.

Tangisan Chloe semakin lirih. Dia memeluk foto-foto itu.

“Aaaaaargggh!”

Chloe selalu tahu, dia bukan ibu yang baik. Tapi di masa lalu, dia tidak begitu peduli. Alister -suaminya- kaya.

Latar belakang Chloe juga luar biasa. Dulu dia dimanjakan dan apa pun yang dia inginkan pasti diberikan. Dia bisa melakukan apa saja dan bersenang-senang.

Bahkan, walau dia tahu Alister tidak menyukainya, dia masih menggunakan beberapa trik agar pria itu mau menikahinya.

Sejak mereka menikah, dalam satu tahun Alister hanya akan beberapa kali menginap di kamarnya. Ini membuat Chloe tidak puas, jadi dia sering meninggalkan rumah dan bersenang-senang dengan temannya.

Walau Chloe tidak pernah berpikir berselingkuh, dia hanya ingin melampiaskan rasa frustrasinya bersama teman-temannya.
Putra pertama lahir, Chloe tidak berubah.

Putrinya lahir, karakter Chloe masih sama saja. Bahkan walau orang tuanya bangkrut, Chloe berpikir suaminya masih sangat kaya dan bisa mendukungnya.

Chloe tahu ada banyak wanita yang mencoba merayu Alister. Namun dia selalu melabrak dan memarahi mereka. Mempermalukan di depan umum agar para jalang itu berhenti bermimpi naik ke ranjang Alister.

Hidupnya sangat memuaskan. Sampai akhirnya Alister mengundang seorang pengasuh untuk merawat putra dan putrinya yang lebih profesional. Walau bagaimanapun, Chloe adalah wanita manja yang tidak tahu cara merawat anak. Justru sering mengabaikannya.

Chloe melihat ambiguitas antara suaminya dan pengasuh itu. Dia marah dan ingin memecat. Tapi putranya membela pengasuh, jadi Chloe yang ngambek membawa putrinya pergi dari rumah, menginap di rumah temannya.

Siapa yang tahu kalau teman itu ternyata memiliki niat buruk?

Bukan hanya Chloe dilecehkan dengan kejam, dipermalukan, tapi karena Chloe melawan terlalu keras, teman-temannya itu murka dan melemparkan putrinya yang belum genap 3 tahun dari lantai 2. Jatuh ke kolam renang dan tenggelam.
Tidak bisa diselamatkan.

Chloe menangis lirih. Dia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah.
Putrinya benar-benar terbunuh.

“Apa yang membuat kamu menangis?” Alister berkata dengan nada dingin. “Kamu sejak awal enggak pernah peduli sama anak-anak.”

Chloe ingin menyangkalnya. Dia peduli. Dia tentu saja peduli. Mereka adalah anak-anaknya. Chloe mempertaruhkan hidupnya untuk melahirkan mereka.

“Chloe Amara Bagaskara.” Satu sudut bibir Alister terangkat, “karena kamu sudah membunuh anak kamu sendiri, aku nggak membutuhkan kamu lagi.”

Chloe hanya menatap hampa.

“Kamu bisa tinggal di gudang ini selamanya.” Alister tampak acuh tak acuh. “Akan ada seseorang yang memberi kamu makan dua hari sekali. Jangan bilang aku kejam, seenggaknya ... aku nggak akan pernah membunuh darah daging aku sendiri.”

I Don't Wanna Love You AnymoreWhere stories live. Discover now