Cup 12

160 24 2
                                    

Ketika kedua pemuda itu duduk berhadapan di meja makan dan menyantap sarapan, pikiran Shen Wei melayang kembali pada si gadis hantu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika kedua pemuda itu duduk berhadapan di meja makan dan menyantap sarapan, pikiran Shen Wei melayang kembali pada si gadis hantu. Dia telah menyebutkan nama Zhao Yunlan. Mengapa?

Dan sebuah pelukan?

Mengandalkan ingatan arwah amnesia yang nyaris hancur membuatnya kerepotan. Sepertinya kali ini Shen Wei membutuhkan saran dan pendapat dari seseorang.

Ingatan akan Zhao Yunlan mewawancarai seorang paranormal tiba-tiba datang ke dalam pikirannya. Tak ada gagasan lain untuk saat ini.

"Yunlan," ia berkata sambil memutar cangkir kopi setelah menuntaskan suapan roti bakar yang terakhir.

"Hmmm ...." Pemuda di depannya mengangkat wajah.

Shen Wei menatap mata Zhao Yunlan yang tampak masih bingung dan berkabut walaupun ia terlihat lebih segar dibandingkan semalam. Bertatapan seperti itu membuat Shen Wei merasa sama bingungnya.

"Ada apa?" tanya Yunlan.

Shen Wei masih tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.
"Eh itu---"

Dia meneguk kopinya sedikit.

"Apa kepalamu masih pengar?" Yang keluar dari bibirnya justru hal lain.

Yunlan melipat bibir ke satu sisi, "Ugh. Lumayan. Tidur dengan memelukmu membuat aku merasa lebih baik."

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Shen Wei menggerutu, kehilangan topik pembicaraan untuk sesaat.

Di depannya, Zhao Yunlan tertawa kecil. "Aku yakin bukan itu yang ingin kau ketahui," ujarnya santai, memotong roti di piring.
"Aku melihat ada banyak pertanyaan di matamu."

Shen Wei melebarkan mata.  Tidak menduga Yunlan ternyata cukup peka.

"Aha! Terlebih jika kau mendelik seperti sekarang. Matamu indah sekali, Weiwei," Yunlan kembali mengoceh, menyuapkan sepotong roti ke dalam mulutnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Shen Wei menelan liur. Lagi-lagi gagal fokus. Ia menghela nafas dalam-dalam, merasa perlu untuk mengalihkan perhatian pada jendela kaca yang disepuh sinar matahari pagi.

"Kau benar. Aku ingat waktu itu kau membicarakan tentang wawancara dengan seorang paranormal."

Yunlan mencibir. "Yah. Paranormal, cenayang, dukun. Apa pun sebutannya, aku merasa jadi orang bodoh yang mewawancarai orang linglung."

Sikap skeptis Yunlan membuat Shen Wei yakin bahwa ia tidak akan mempercayai hal-hal semacam bicara dengan arwah. Dia memutuskan untuk menyimpan hal itu sendiri dan hanya bertanya seperlunya.

"Ngomong-ngomong, kau masih menyimpan nama dan alamatnya?" tanya Shen Wei hati-hati.

"Dia bahkan memiliki kartu nama," desis Yunlan geli lantas menatap Shen Wei lagi. "Jika kau ingin menemuinya untuk membaca kartu tarot dan bertanya soal jodohmu. Aku katakan bahwa itu tidak perlu. Mungkin jodohmu sudah ada di hadapanmu."
Yunlan tertawa lagi.

Twilight Coffee ( Weilan ) Where stories live. Discover now