That's What a BEST FRIEND Are For

13.9K 571 8
                                    

*INTIP MEDIA! ADA FOTO CAST ALICE!*

•••

Beberapa hari setelah kejadian "introgasi" di cafe itu Alice menjalani hari-harinya seperti biasa, dunia model dan segala ingar- bingarnya. Iya! Alice memang seorang model, bahkan namanya sudah cukup terkenal di dunia fashion internasional.
Bukannya Alice itu bodoh atau apa, hei! Alice bahkan seorang sarjana! Dia lulus beberapa tahun lalu, tapi masih 'malas' menggunakan gelarnya itu.

Sudahlah kembali ke masalah hati! Sebenarnya Alice sedih karena hubungannya dengan Louise harus berakhir, bahkan dia sempat menangis diam- diam dikamarnya beberapa waktu lalu. Hanya saja mengingat bukan sekali dua kali dia berada dalam posisi seperti ini membuatnya semakin dewasa dalam bersikap.

Jadi disinilah dia sekarang, terdampar di foodcourt yang berada di salah satu mall terbesar di ibu kota dengan sahabatnya, Tiffany.

"Lizz.. Lo kenapa deh? Dari tadi gue perhatiin geleng- geleng ga jelas kayak orang bego! Lagi banyak hutang lo ya?" Tanya fanny.

Alice hanya melirik Tiffany sebentar lalu kembali menatap kosong sambil mengelengkan kepalanya lagi.

"Nahlo kan... Woiii!! Lizzz heloww lo kenapa deh? Aneh gitu! Jangan- jangan beneran punya banyak hutang ya lo? Ngakuu!! " Oceh fanny dengan tidak sabaran.

"Apaansih Pann!! Ganggu ajaaa.. Siapa juga yang banyak hutang? Ada juga lo yang suka ngutang!" Kata Alice sambil memutar bola matanya.

"Lah abis lo gue tanyain daritadi kaga nyaut- nyaut, jadi gue berasumsi lo lagi banyak hutang! Lagi sapa juga yang suka ngutang? Gue bukan orang susah iyaa puhlizee" Balas Tiffany, sembari memutar bola matanya.

"Itu mulutnya ga kebas buuu? ngomongan lo udah sepanjang rel kereta, tau ga?!" Canda Alice, sembari terkikik geli mendengar ocehan sahabatnya itu.

"Whateva! Dun care! It's ma mouth I can say what I want tooooo kalo kata si Miley!" Balas Tiffany sembari mendendangkan lagu milik penyangi kondang Hollywood tersebut.

"Eh... Pann gue mau cerita deh" Kata Alice mengalihkan pembicaraan mereka yang mulai ngalor ngidul ngetan ngulon.

"Nah ini nih! Ini dia nih! Manusia yang paling jago ngalihin pembicaraan!" Oceh Tiffany, sembari mencomot tacos diatas meja mereka.

Lagi-lagi Alice terkikik geli melihat tinghak tak waras sahabatnya itu.
"Lo mau dengar nggak?" Tanyanya kemudian.

"Yah.. Berhubung gue baik ya.. Gue dengerin dah. Walaupun gue tau, ini pasti ga jauh-jauh sama judul lagu jaman bahuela itu! Kisah sedih di hari minggu...." Cerocos Tiffany yang lagi-lagi mendendangkan sebait lirik lagu.

"Edan lo!" Balas Alice yang tak mampu menahan tawanya.

Kemudian mengalirlah cerita Alice tentang kejadian di cafe tempo hari. Fanny yang menjadi pendengar setia Alice, hanya dapat memutarkan bola matanya bosan. Entah sudah keberapa kalinya dan masalahnya masih tetap sama!

"Jadi gitu Pann.. Menurut lo, gue harus gimana? Harus buat apa?" Tanya Alice setelah menyelesaikan ceritanya.

"Nih ya Lizz gue mau tanya dehh sama lo.. Apa lo itu kagak bosan dengan situasi lo yang begitu - begitu aja? Secara Lizz, ini entah udah yang keberapa kalinya! Om Abram itu PARAH tau gak?!" Balas Tiffany berapi- api.

"Mau digimanain lagi Pann? Satu sisi gue tuh ya bosen, jenuh, gak karu- karuan lahh pokoknya. Tapi di sisi lain gue juga sayang banget sama daddy, gue gabisa nentang dia" Jawab Alice dengan muka melas.

"Lo coba ngemeng lah ke bokap lo. Inget ya Lizz! Ngomong, bicara, berpendapat! Bukan nentang apalagi ngelawan, gue juga ga akan setuju kalo lo ngelawan orang tua lo. DOSA!"

"Gue udah pernah coba Pannn.. Tapi daddy bilang dia tau mana yang terbaik buat gue, dan dia bilang lagi kalo salah satu dari mantan- mantan gue itu ga ada yang lulus seleksi dia" Lirih Alice masih dengan muka tertekuk.

"Sumpeh Lizz.. Muka lo biasa aja dong! Kagak usah ditekuk kaya bokong donald duck bisa kan?!" goda Tiffany mencoba untuk menghibur sahabatnya.

"Gak lucu tauk! Jadi gimana dong Pannn?? Ayoo dong kasi saran yang lain" Rengek Alice sembari menopang dagunya dengan tangan.

"Hufftt.. Yaudah gini aja, gimana kalo lo tanyain ke om Abram sebenernya tipe nya dia itu yang kaya gimana, yang menurut dia baik buat lo itu yang kaya apa? Gituuu! Secara lizz lo udah macarin hampir semua tipe manusia, dari yang konglo merat sampe kolong melarat DAN SATUPUN GA LULUS SELEKSI DADDY LO YANG GANTENG ITU! UN-BELIVE-ABLE!" Jelas Tiffany panjang lebar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Boleh juga sih cara lo.. Tapi apa lo yakin yang kayak gini bakalan berhasil?" Tanya Alice ragu.

"Ya dicoba dulu kelezz! Kalo kaga dicoba gimana lo tau bisa berhasil apa kaga?" Balas Tiffany sambil memutarkan bola matanya.

"Ehmm.. Iya lo bener" Jawab Alice sambil manggut- manngut.

"Tapi intinya lo nggak boleh pesimis duluan! You have to fight the good fight!" Kata Tiffany sembari memberikan senyum menenangkan miliknya.

"Ehmm.. Thanks ya Pann. I'm very lucky to have you in my life"

"No need to thanks darlll. That's what a best friend are for, aight?" Jawab Tiffany sembari merangkul sahabatnya itu.

"Kyaaaa.. Lo bijak bener deh Pann! Somehow kok gue ngerasa nggak cocok sama lo yang sle'ngean yak?!" Pekik Alice sambil tertawa dan membalas rangkulan Tiffany.

"Sialan lo clukk!! Pokoknya lo harus traktir gue satu harian ini! Gue mah gitu orangnya!" Balas Tiffany dramatis.

"Ck! Ujung- ujungnya duit! Ini mah namanya pemerasan! Aku tuh paling ga bisa diginiin" Cibir Alice tak kalah dramatis.

"Hiperbola lo lizz! Jijik gue!"

"Lo juga kali drama mama!!"

Kemudian mereka tatap- tatapan beberapa saat lalu...

"HAHAHAHAHAHAHA!!" Tawa mereka berdua membahana seantero foodcourt.

Akhirnya hari itu mereka habiskan dengan berwisata kuliner, shopping sana sini , photo box, dan melupakan sejenak masalah yang ada.
Dalam hati Alice sangat bersyukur karena dia dikelilingi oleh orang- orang yang sangat menyayangi nya.

TBC!

Daddy's EnemyDär berättelser lever. Upptäck nu