-7

1.2K 183 85
                                    


.
.
.

Malam yang dingin dan sunyi, menembus sukma dan raga. Rembulan bersinar cerah mendukung suasana sunyi dan damai. Malam larut yang menembus sukma ini menjadi saksi bisu akan takdir tragis seseorang lagi dan lagi.

Byur ... byur.... byur

BRAK ... BRAK

Suara pukulan dan siraman air bergema dalam ruangan gelap tersebut, pengap dan kekurangan sinar mata hari membuat ruangan tersebut menjadi mengerikan. Belatung dan seranga lainnya bisa merayap kapan pun di sana.

" hiks ... hiks ... mama ... ampunin ( name ) hiks .. name engak bakal gitu lagi ... ampun ... ampun "

Tangis pilu sang anak tidak membuat sang orang tua atau sang ibu kasihan malah sebalik seseorang yang di sebut mama tersebut menyeret putrinya di ruangan kedap suara dan cahaya, membanting nya dan memukuli nya membabi buta.

Brak brak brak

Bercak bercak darah pun sudah bermunculan, sementara sang anak mengigil ketakutan, menghadapi sang ibu yang hanya menatap nya datar.

" sudah aku bilang.... saat di luar jangan memangilku ibu atau mama ..... ini demi kebaikan mu... lagi pula aku tidak sudih di pangil seperti itu oleh mu "

Ucapan sang ibu menarik kewarasan sang anak kembali, gadis mungil itu yang masih berumur 8 tahun, dengan baju tidur kumal berbercak darah menatap sang ibu ketakutan, mata hitam kelam milik nya memancarkan tatapan ketakutan dan keputus asaan.

" hiks... hiks.. mama ( name ) ampun ... a.. a... ampun ( name ) engak ba... bakal pangil ... la.. lagi di muka umum... ja.. jangan pukul lagi ... ja.. jangan bating lagi "

Ucap nya terbata bata menatap ngeri cambuk yang masih terpegang erat oleh sang ibunda, gadis kecil yang kadang kala selalu berfikir fikir kenapa ia diperkaukan seperti ini !? Alasan apa ini sebagai kebaikanya !? Kenapa, hanya aku saja !?

Sret ... SRAK ...

" kalau kau tidak ingin aku pukuli lagi, kau harus di beri hukuman jera .. setidaknya .. itu akan mengingatkan mu akan kesalahan mu full ( name ) "

Srek ... srek... srek

Wanita tersebut tanpa basa basi menarik gadis kecil tersebut tanpa mempedulikan gadis tersebut yang terseret seret dan terbentur di setiap jalan. Sementara sang anak hanya bisa menangis dan memohon ampun di setiap perjalanan.

Membawanya di dapur tanpa basa basi Sang ibu melucuti tubuh sang gadis, mambalik kan nya hinga bisa terlihat pungung gadis tersebut yang penuh luka cambuk sebelum.

BYUR....

" AHAGHKKKKK MAMA MAAF MAMA ... PANAS .. PANAS .. HIKS HIKS MAAF MAMA ... ( name ) MINTA MAAF AMPUN AMPUN CUKUP CUKUP HIKS .. HIKS CUKUP "

Sang ibunda menyiram pungung renta dan kecil tersebut memgunakan air panas. Tidak mengelahkan terikan sang putri ia tetap melanjutkan apa yang ia lakukan, daging dan kulit terkelupas di saat yang bersamaan.

Karna tidak bisa menahan rasa sakit, gadis tersebut itu pun pingsan, hanya menyisakan wanita itu saja yang menatap nya datar.

Untuk sementara waktu. wanita itu pun mengendong gadis kecil tersebut, membawa ke dalam kamar berukuran minimalis dan memberi perban sekaligus mengobati luka yang di akui putrinya tersebut.

Tidak ada raut penyesalan atau pun sedih dari raut mukanya, datar seolah olah yang ia lakukan sudah biasa. Diam menatap wajah sang putri membelai rambut basah yang sudah ia keringkan.

* STOP * Where stories live. Discover now