01 :: "You've worked hard today"

5 1 0
                                    

*rekomendasi lagu : Kwon Jin Ah -  Tell Me About Your Day*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*rekomendasi lagu : Kwon Jin Ah -  Tell Me About Your Day*


"hahaha teruss!! Jangan berhenti ngelemparnya!"

"telor busuknya abis nih! Mana gue minta lagi!"

"duh bau busuk banget sih! Sama dong kaya nyokapnya! Hahaha!"

"anak haram ya begitu! Bapaknya yang mana ga jelass!"

Teriakan-teriakan penuh caci menggaung di sepanjang koridor kelas. Para siswa memenuhi sisi koridor, melemparkan telur busuk dan menyiramkan susu basi pada seorang gadis yang sedang berjalan pelan di sepanjang koridor.

Seragamnya telah basah. Bau anyir dan basi meruak pada dirinya. Jejak-jejak cipratan air susu dan telur mengecap jelas di berbagai sudut seragamnya. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Tangannya mengepal erat, hingga ujung kukunya sedikit menembus kulit telapak tangannya.

Air mata terus menetes dari kedua matanya. Bahunya naik turun. Nafasnya tersengal, menahan tangis yang sebenarnya jika bisa sudah ia tumpahkan saat ini juga.

Ransel hitam lusuh miliknya sudah entah kemana dibuang oleh siswa-siswa yang tak punya hati itu. Bahkan bekal makannya, yang sengaja ia simpan setengahnya untuk bekal makan malam saat akan bekerja paruh waktu sudah bercampur dengan susu basi.

Ya, tentu saja ini semua ulah teman-temannya yang membully nya habis-habisan. Keadaannya sudah tak karuan.

Ia meraih tas ransel yang tergeletak di atas tanah. Bagian depannya terlihat sudah sobek akibat terkoyak ranting pohon. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan halaman sekolah.

***

Beep! Beep!

"Han, ibu hari ini ga bisa pulang. Ada client yang minta ibu stay di tempatnya. Mungkin ibu baru pulang seminggu lagi. Uang buat seminggu udah ibu taruh di dalam pot bunga biasa ya. Jangan lupa makan." 

Hana hanya tersenyum getir mendengar pesan suara yang ditinggalkan sang ibu. Tidak usah pulang sekalian, pikirnya. Toh pulang ataupun tidak, tidak ada yang berbeda. Hana tetap harus melakukan semuanya sendiri.

Ia letakkan tas ransel usangnya di atas lantai rumah dengan asal, lalu beranjak lurus ke arah kamar mandi. Ia nyalakan shower kamar mandi, berdiri di bawahnya masih dengan pakaian seragam yang lengkap. Seluruh sisa susu basi dan telur busuk yang menempel pada dirinya perlahan luntur terbawa aliran air.

Bersama itu pula, air matanya kembali menetes. Hatinya marah, kesal, sedih, sekaligus merana. Ia merutuki dirinya sendiri. Merutuki nasibnya yang begitu sial. Seumur hidup, ia belum pernah merasakan rasanya memiliki kehidupan yang bahagia.

Tangisannya makin keras. Dongkol dalam hati yang sudah ia tahan sejak tadi ia tumpahkan di bawah aliran air shower malam itu. Tidak ada tempat lain yang bisa ia hampiri untuk menumpahkan rasa lelahnya. Tidak ada bahu yang dapat ia jadikan sandaran kala lelah. Tidak ada pelukan yang mau menampungnya kala ia merasa dunia terlalu kejam padanya.

SOLITARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang