01 | Detak jantung

86 17 0
                                    

Di gedung kelas 1, tepat di bawah lampu koridor yang redup, sedikit menerangi gelapnya perempatan koridor sekolah lantai dasar. Hampir saja Osamu menabrak tubuh kurus, yang mungkin akan membuat sang empunya jatuh.

'Eh, tunggu—'

Osamu lantas memasatkan penglihatannya pada tubuh yang lebih pendek darinya.

"Eh? Osamu-kun?"

Suara khas yang menyapa pendengarannya. Osamu sedikit mendelik namun secepat mungkin ia menetralkan rasa keterkejutannya pada sosok (name).

"Kau belum pulang, (name)?"

(Name) memberikan senyuman pada Osamu. Walau dibawah lampu yang redup, Osamu masih bisa melihatnya dengan jelas.

Andai (name) tahu jika senyumannya itu memberikan dampak yang mampu membuat jantung Osamu berdebar tidak normal.

"Aku baru ingin pulang," jawab (name).

Osamu mengangguk sambil ber'oh ria. "Suna tak mengantarmu pulang?"

"Tidak, dia masih berlatih," sahut (name) lalu menyadari sesuatu, "tunggu— kau pulang cepat?"

"Tadi ada urusan dengan wali kelasku,"

"Begitu," (name) mengangguk seakan paham.

Lelaki itu mendeham pelan sebagai respon, sejenak terdiam menciptakan keheningan malam.

"Ingin aku mengantarmu pulang?" Tawar Osamu.

"Eh? Tidak usah repot-repot osamu-kun, rumah kita juga berbeda arah,"

"Tak apa, tidak baik juga jika perempuan pulang malam sendirian seperti ini," ucapnya, "ayo."

"U-um!"

Bisa kalian bayangkan jika dua orang yang tak banyak bicara jika di satukan seperti apa? Ya, suasana sunyi yang mereka rasakan. Hanya terdengar suara nyanyian serangga malam dan langkahan kaki.

Sebagai lelaki, tentu Osamu harus memutar otak untuk mencari topik pembicaraan selama perjalan.

Menanyakan hal-hal kecil seperti makanan dan minuman kesukaan (name) misalnya.

(Name) berhenti tepat di depan rumah minimalis dan diikuti oleh Osamu.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, osamu-kun. maaf sudah merepotkanmu,"

"Tak masalah, lagi pula aku yang menawarkan diri untuk mengantarmu pulang," sahut Osamu.

"sampai jumpa—" Saat hendak melenggang pergi, tangan (name) menarik ujung blazer coklat yang di kenakan Osamu.

"Um, kau tak ingin mampir dulu?"

Tangan besar Osamu refleks menyentuh puncak kepala sang gadis lalu mengusak-usak surai coklat itu pelan dengan gerakan kaku. "Kapan-kapan saja. Sampai jumpa besok."

"Ya, sampai jumpa," balas (name) pelan saat lelaki itu berjalan membelakanginya.

Tangan (name) memegangi surainya, tempat di mana Osamu meletakkan tangannya tadi. (Name) dapat merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat dan juga panas pada pipinya.

'Astaga,'





.
.
.

To be continue...

𝐑𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐧𝐜𝐲Where stories live. Discover now