Darah Bagi Toya

6 0 0
                                    

Manis.

Itu adalah kata yang pertama kali Toya pikirkan ketika merasakan seteguk darah seorang bangsawan mengalir di tenggorokannya.

Saat itu, usianya tepat menginjak 18 tahun. Menurut Toya, ketimbang sebagai bentuk pelanggaran, darah yang ia telan itu mungkin lebih terasa seperti hadiah ulang tahun untuknya.

Apalagi bukan dari orang asing, namun darah yang ia telan adalah milik kekasihnya sendiri, yang sudah membantunya menikmati seluk beluk kehidupannya yang kesepian semenjak ia memasuki Sekolah Sihir Universal, tempat ia belajar mengendalikan dan memanfaatkan kekuatan yang ia punya. Serta ia pun belajar cara mengendalikan nafsu darahnya di sekolah itu.

***

Namun, untuk sekarang sepertinya Toya mulai kehabisan ide untuk menahan nafsu darahnya itu.

Empat tahun lalu, ketika ia berpisah dengan kekasihnya untuk pergi belajar di kerajaan Phreneit, mungkin di pikirannya akan menjadi sangat gampang untuk menahan dahaganya akan darah. Tapi sepertinya dugaannya salah. Ia benar-benar harus menutup hidung dan pikirannya ketika berada dekat dengan seorang Medium.

Awalnya, ia bisa menahannya hanya dengan memikirkan Vanya. Di tahun kedua, mungkin bisa sambil menjauh dari Medium. Di tahun ketiga, mungkin menutup hidung, mata, pikiran, hati, dan tentu saja rasa manis dari darah kekasihnya harus ia bayangkan.

Namun di tahun ke empat, Toya sepertinya mulai kehabisan cara. Ia sampai-sampai mencubit dirinya sendiri agar bisa mengganggu pikirannya untuk berhenti sedetik saja memikirkan darah.

***

Darah, darah, dan darah.

Cairan kental itu terus saja mengganggu hidupnya semenjak lulus sekolah. Dan ia harus menemukan cara bagaimana untuk mengatasi nafsunya yang berlebihan itu.

Toya tersuntuk. Ia melamun sambil membersihkan dokumen-dokumen di meja kerjanya, serta terus memikirkan cara untuk menahan dirinya sendiri. Karena ia tahu kalau terus-menerus memburuk, nafsunya akan membawanya ke jalan yang gelap.

Tak lama kemudian, Ridwan mendatanginya dan membanting sekardus minuman Darah Babi di hadapan Toya.

BRAKKKK!!

Suaranya sangat-sangat nyaring, namun Toya tidak kaget. Justru Toya hanya melirik kotak itu, lalu mengalihkan pandangannya.

"Oy, Toya. Nih yoghurt diminum, jangan dilihatin aja dong," ujar Ridwan berusaha membujuk Toya agar mood nya bangun kembali.

"Pantatku yoghurt, sialan," balas Toya dengan nada bicara lemas.

Ridwan yang melihat keadaan adik kelasnya itu nampak hanya bisa nyengir-nyengir nggak jelas, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak heran sih, justru kesannya malah kasihan," ungkapnya lemas.

Toya hanya terus tertunduk. Dipikirannya saat ini cuma ada Vanya. Menurutnya, gangguan pencernaannya ini disebabkan oleh gadis itu.

***

Vanya berjanji akan selalu hadir di pelukan Toya, meskipun jarak mereka sangatlah jauh. Namun, menurut Toya jarak itulah yang paling ia takutkan.

Ia sangat membutuhkan asupan gizi utamanya, yaitu darah. Namun bagaimana ia bisa meminum darah kalau darahnya saja tidak bisa ia gapai?

Toya cuma bisa mengelus-elus lehernya. Ia berharap, suatu hari nanti ia bisa kembali bertemu dengan kekasihnya, dan merasakan kenikmatan darah kembali. Dan tentu saja kembali melanjutkan hubungan asmaranya bersama Vanya.

Strands of BloodWhere stories live. Discover now