Chapt. 16th: Fragile

Start from the beginning
                                        

"Aku mau menanyakan sesuatu padamu," ucapku akhirnya.

"Apa?"

"Aku dapat laporan kalau kau yang menemukan TKP tempat bangkai hewan ditemukan. Apa benar?"

Tommy tampak terkejut, kemudian mengangguk seraya tertunduk dalam. "Maaf, Kak."

Aku menghela napas pelan. Nyatanya, apa yang tak ingin kupercaya memang sungguh terjadi. "Kenapa kau nggak bilang padaku? Kenapa malah Pak Sugeng yang melapor?"

"Ma-maaf, Kak. Aku nggak mau mengganggu Kak Aksa karena masalah ini," ucapnya pelan.

"Pada akhirnya kau justru membuat semuanya menjadi rumit."

Tommy tidak mengatakan apa pun lagi, ia masih tertunduk di tempatnya.

"Ceritakan bagaimana kejadiannya," ucapku. "Bagaimana kau bisa menemukan tempat itu."

"Kemarin, saat aku membantu mencari kucing peliharaan Bu Indah. Tanpa sengaja aku pergi terlalu jauh sampai kebun, dan aku menemukan tempat itu." Ragu-ragu, Tommy menatapku.

"Kau nggak menemukan apa pun selain hewan-hewan itu? Apa ada yang aneh, janggal atau mencurigakan? Apa ada orang di sana selain kau?"

Tommy menggeleng cepat. "Enggak, Kak! Aku langsung lapor ke Pak RT. Aku terlalu takut, bahkan untuk memerhatikan sekitar."

Aku mengangguk paham. "Baik. Tapi pastikan, kau beritahu aku kalau ada hal semacam ini. Sekarang aku adalah walimu, dan kau adalah tanggung jawabku. Mengerti?"

"Iya, Kak. Aku minta maaf."

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kantor. Ada uang di laci dekat TV yang bisa kau pakai untuk beli makan. Jangan sampai telat makan, jangan terluka, jangan lakukan hal yang berbahaya. Segera hubungi aku kalau terjadi sesuatu. Kuanggap kau sudah mengerti," ucapku sembari memakai jaket.

"Baik, Kak Aksa."

Sambil mengusap pelan kepala Tommy, aku bergegas meninggalkan rumah. Aku harus segera menyampaikan informasi yang kudapat dari Tommy ke Kapten Ari. Entah mengapa aku merasa sedikit gugup.

***

Padahal aku sama sekali tidak tenang dan bahkan tidak bisa sarapan karena memikirkan kasus ini, namun yang terjadi di hadapanku justru hal yang lain. Di depan pintu masuk, Rayyan justru tampak tenang menyeruput kopi dari cangkir gelas plastik sembari membaca sesuatu di ponselnya. Tanpa bicara, aku menghampirinya dan duduk tenang di sampingnya.

"Ah! Kau kalau datang bisa nggak, buat suara sedikit?! Bikin kaget!" ucap Rayyan, tatapannya tampak menyeramkan. Untungnya dia tidak sampai menyemburku dengan kopi.

"Aku sudah dapat informasi dari Tommy," ucapku.

"Apa?"

Aku menatap Rayyan sejenak. Ekspresi kesalnya kini sudah berubah jadi tatapan ingin tahu.

"Tommy menemukan TKP itu saat membantu salah satu tetangga kami mencari hewan peliharaannya. Dia juga tidak melihat apa pun di TKP, karena langsung melaporkannya pada Pak Sugeng," jelasku.

"Terima kasih." Rayyan mengangguk. "Tapi sepertinya kau juga harus punya alibi, Sa."

"Maksudnya?"

Rayyan tidak langsung menjawab, ia menenggak kopinya hingga tandas kemudian menatapku lama. Ekspresinya tampak aneh dan terlihat sedikit menyebalkan. Kenapa mendadak dia jadi sok misterius begini?

"Apa? Katakan saja." Aku mulai tidak sabaran.

"Diduga pelaku adalah warga sekitar yang sudah mengenal TKP dengan baik. Kau dan juga Tommy adalah warga setempat, jadi kalian tidak akan luput dari penyelidikan." Rayyan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau sudah dapat kabar dari Dokter Fatma?"

"Ada. Alex juga menemukan sesuatu dari rekaman CCTV di pintu masuk perumahan. Tapi maaf, aku belum bisa memberitahunya padamu sebelum kau dinyatakan bersih dan tidak terlibat dalam kasus ini. Kuharap kau mau bekerjasama."

Aku mengangguk paham. Entah kenapa, rasanya seperti dikhianati. Tapi aku juga tak bisa berbuat banyak, selain membuktikan kalau aku dan Tommy sama sekali tidak terlibat dalam kasus ini.

***

#Catatan kasus 9:
Jika lengah, apa saja bisa terjadi.

***

(Paus pembunuh betina melemparkan singa laut jantan dewasa keluar dari air

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Paus pembunuh betina melemparkan singa laut jantan dewasa keluar dari air.)

Photo © Daniel Bianchetta.

THE LAST CASEWhere stories live. Discover now