Chapter 1: Masa SMA

276 13 0
                                    

Andini Kharisma Putri, seorang perempuan cantik yang dibesarkan di keluarga sederhana. Dari umur 6 tahun, ia hanya tinggal bersama sang ayah. Sedangkan ibu nya, sudah terlebih dulu berpulang.

*18.35

"Kok udah rapi, mau kemana ini sih?" tanya ayah

"Mau keluar bentar yah".. jawabnya dengan senyum tipis

"Sama siapa?" tanyanya kembali

"Sama temen"

"Mana temannya? Kok ngga diajak masuk?"

"Ada yah, mereka nunggu di depan. Ya udah Yah, aku pergi dulu ya.. Assalamualaikum"..

"Waalaikumsalam"..

Sesampainya di luar, Andin menyambut hangat teman-temannya

( Monika, Anggun, dan Jasmin ).

"Ayo"..

Mereka pun meninggalkan rumah yang hanya berdinding anyaman bambu tersebut. Untuk menjangkau tempat tujuan, mereka diharuskan menaiki angkot atau ojek.

"Eh, naik apa nih?"

"Ang".. Jawab Andin yang terpotong temannya

"Ojek aja, biar cepet."

"Gimana nih? Deal semua?"

"Uangku ga cukup kalo harus naik ojek." Jawab Andin pelan

"Makanya, ayahmu suruh nikah lagi. Biar ada ibu, terus uang jajanmu bisa lebih banyak. Biar bisa naik ojek." Sewot Jasmin

Andin hanya terdiam mendengar ucapan salah seorang temannya itu. Beberapa menit kemudian datang dari arah kiri, angkot berwarna kuning. Tanpa berkomentar, mereka pun masuk secara bergilir.

Selama diperjalanan, Andin diam dengan lamunannya sendiri. Iya, lebih tepatnya memikirkan apa yang diucapkan Jasmin.

"Aku juga pengin kaya kalian, punya orang tua lengkap. Pengin disayang secara utuh, tapi gimana? Astagfirullah, sabar Ndin sabar"..

"Hp baru ya?" Ledek Monika ke Jasmin

"Iya dong, baru kemarin beli."

"Eh Ndin, hp lo mana? Keluarin dong, masa di umpetin terus sih." Tanya Jasmin

"A-ada".. Sembari menunjukan handphone nya..

"Ini taun berapa Ndin? Masa masih pake handphone begituan?" Cecar Jasmin

"I-iya, ayah ku belum ada uang. Jadi pake yang ada dulu."

"Andin Andin, ngikut jaman lah biar keren." Cecar Jasmin kembali

"Udah sampe neng." ucap pak sopir

"Eits, biar gue yang bayar." Ucap Jasmin

"Waduh, belum ada kembalian neng."

"Ambil aja pak, selow selow"...

"Iya pak ambil aja, dia orang kaya. Jadi ngga kerasa ilang duit segitu mah".. Ledek Monika

"Ya udah, makasih neng"..

Mereka pun turun dari angkot dan langsung menuju mall. Dengan ragu, Andin pun mengikuti arah ke tiga temannya itu. Namun dalam batin, Andin merasa minder dengan outfit Monika, Jasmin, dan Anggun. Iya, bisa dikatakan benar-benar jaman now. Sedangkan Andin, hanya mengenakan celana jeans dan kemeja biasa. Sepatunya pun flat, namun sudah sobek bagian depan dan sedikit pudar warnanya.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di lantai 2. Tepatnya di salah satu restaurant.

"Jangan kesini ya?" Ucap Andin

"Kenapa? Uang lo ngga cukup?" Tanya Anggun

"Udah, tenang aja. Jasmin traktir." Ucap Monika

"Udah, cepetan" Ajak Anggun ke Andin

Saat tengah asik menikmati makanan, Andin dikejutkan dengan jam dinding yang tepat di depannya. Iya, jam menunjukkan 21.35.

"Guys, udah malam. Pulang yuk?" Ajaknya ke teman-teman

 Pulang yuk?" Ajaknya ke teman-teman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bentar"..

"Ya udah, aku pulang duluan ya"...

Andin segera beranjak dari tempat duduknya. Dan dengan langkah yang sedikit cepat, ia meninggalkan mall.

"Pasti ayah udah masak ini"..

"Tunggu aku yah"..

10 menit kemudian, ia tiba di pinggir jalan raya.

"Udah jam segini, ada angkot ngga ya?"

Namun, 5 menit menunggu belum ada angkot. 8 menit nunggu, tetep ga ada. Karena ia mulai resah dan sekitar tampak sepi, Andin pun memutuskan pulang dengan berjalan kaki.

Dengan sedikit berlari, Andin risau jika ayahnya sudah mempersiapkan makanan untuk makan malam. Beberapa menit kemudian, akhirnya ia tiba di depan rumah nya. Dengan nafas yang tersenggal, ia pandang rumah tersebut dan seorang laki-laki yang tengah tertidur di bangku kayu depan rumah nya.

Dengan pelan, ia dekati sang ayah.

Hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya, Andin berbisik pelan.

"Terima kasih yah, terima kasih atas semuanya. Aku memang beda dari yang lain, tapi malah itu yang bisa membuatku lebih kuat. Aku sayang ayah. Yah, aku akan berusaha bikin ayah bahagia dengan kesuksesan aku kelak. Aku akan berusaha yah, Ayah sabar ya. Dan tetap temani aku sampai berhasil."

"Eh, udah pulang?"

"Udah Yah, Ayah kenapa tidur di luar?"

"Hehe, ini tadi ketiduran. Ya udah, ayo masuk. Ayah udah masakin kamu."

"Iya yah, ayok."

Pertemuan Di Tanah RantauWhere stories live. Discover now