DIFFERENT IS NOT BAD

Start from the beginning
                                        

Lagi-lagi Terra menggelengkan kepala dipangkuan Tenn, "Tidak, Mama. Dia tetaplah bunga mawar meskipun ia tidak sama warnanya dengan mawar lain.

"Begitulah, sayang," Mamanya meletakkan telapak tangan dipipi Terra, membuat sang putra menoleh. Ia tersenyum, mengusap ibu jarinya di pipi sang putra yang masih lembab karena air mata. Tenn mengecup keningnya--cukup lama sebelum ia memberikan eksplanasinya dengan nada selembut sutra.

"Meskipun ia berbeda, meskipun ia tidak memiliki warna yang sama seperti mawar lain, ia tetaplah bunga mawar. Dia punya warna berbeda, tetapi ia tetaplah setangkai bunga mawar cantik seperti lainnya. Yang berbeda hanya warnanya saja." ujarnya, "Hal itu juga berlaku pada orang. Kita terkadang melihat orang-orang yang berbeda, ya kan, sayang? Ada yang pendek, tinggi, ada yang punya kulit putih, kuning atau hitam--bermacam-macam orang. Setiap orang itu berbeda, namun mereka semua tetap sama, kan?"

Mama melukiskan sebuah senyum lembut yang sangat Terra suka, "Mereka semua cantik," kata Mamanya, "Mereka semua tetaplah manusia yang cantik meskipun mereka mempunyai perbedaannya masing-masing seperti mawar biru diantara mawar putih tadi, mereka tetap cantik. Meski berbeda, hal itu sama selali tidak mengurangi kecantikan mereka, bukan?"

"Iya, Mama," gumam Terra kemudian menambahkan, "Mereka juga jadi lebih unik karena berbeda dari yang lain," ia melirik buket bunga yang ada di dalam genggaman Tenn lagi, sorot matanya tertuju pada bunga mawar biru yang berada di tengah rangkaian. "Ia terlihat unik karena warnanya berbeda dari yang lain."

"Oleh karena itu, sayang. Berbeda bukan berarti buruk. Berbeda itu memang unik, tapi mereka tetap saja indah."

Manik mawar lembut Tenn memancarkan kehangatan, bertukar netra dengan iris sama yang lebih pekat milik putranya. Tenn pastikan selama menjelaskan ia tetap mengunci lekat-lekat netra milik Terra agar hanya terus menatap ke arahnya. Tenn sangat berharap apa yang ia sampaikan barusan dapat Terra cerna dengan baik.

"Terra mengerti maksud Mama, bukan?"

Tidak!

Sejujurnya Terra masih belum mengerti!

Tapi Terra ingin mengerti....

Terra ingin mengerti kenapa Ayahnya berbeda.....

Kenapa Ayahnya punya banyak rakasia. Kenapa Ayahnya punya teka-teki yang Terra tidak tahu apa jawabannya.

Tapi ia mengerti kenapa Mamanya berkata seperti ini kepadanya.

Secara tidak langsung Mamanya mengkonfirmasi pada dirinya bahwa--Ya, Ayahnya memang berbeda.

Meskipun Ayah berbeda, Ayah tetaplah indah. Sama seperti bunga mawar biru diantara sekumpulan mawar putih itu.

Meskipun Ayahnya menyimpan banyak teka-teki mengenai dirinya, perasaan Terra pada Ayah tidak akan pernah tergantikan! Tidak akan tergantikan oleh para pria dominan di luar sana.

"Ya...." Terra membenamkan wajahnya di dada yang Mama, lagi-lagi mencari pelipur lara. Dan ia pun berbisik, meski mungkin Mamanya tidak mendengarnya.

"Terra mengerti, Ma....."

.
.
.
.
.

Terra tak menyangka saat dimana ia akhirnya bisa mengerti hal itu datang ketika ia berusia 12 tahun. Tepat saat ia dinyatakan lulus sebagai salah satu siswa Ainana Junior high school.

Saat itu Terra baru saja pulang sehabis melakukan beberapa pesta kecil dengan teman sekelasnya. Terra langsung disambut oleh pelukan hangat dan usapan lembut di surai crimsonnya dari sang Ayah. Bola mata Terra berputar, mencari keberadaan sang Mama yang tidak terlihat bersama Ayahnya di ucapara sekolah tadi. Riku yang tahu akan hal itu lantas berkata padanya jika Tenn harus melakukan kegiatan bisnis di Tokyo selama beberapa hari dan baru berangkat tadi pagi.

NO EXIT : DIFFERENT IS NOT BADWhere stories live. Discover now