DIFFERENT IS NOT BAD

Start from the beginning
                                        

"Mama...."

Apa Ayahnya memang.... penjahat?

Mamanya yang saat itu tengah menatap beberapa buket bunga segar untuk hiasan di dalam mansion mendongak, pancaran terkejut terlukis di wajah cantiknya saat melihat Terra yang menangis di ambang pintu. Mamanya langsung sigap, meninggalkan pekerjaannya dan melangkah penuh urgensi menuju Terra.

Terra merentangkan kedua tangannya untuk mendekap sang Mama erat-erat. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Mama, berusaha menghilangkan rasa sakit yang melanda.

Terra memenggelamkan wajahnya yang basah penuh air mata di fabrik pakaian sang Mama. Ia bisa merasakan kepala dan punggungnya dibelai dengan lembut. Tangan Mama bergerak naik turun secara ritmis. Mamanya juga membisikan kata-kata penenang di telinga layaknya sebuah pengantar tidur.

Diantara isakan-isakannya, Terra menceritakan kepada Mamanya apa yang terjadi. Ia ingin mencari jawaban atas pertanyaan yang ia miliki. Ia ingin mengetahui bahwa Ayahnya bukan penjahat, iya kan, Ma?

Tenn masih membelai tubuhnya yang dilanda gemetar akan tangis, ibu jarinya bergerak untuk mengusap air mata yang tumpah ruah di sudut-sudut mata sang putra. Ketika Terra menjadi lebih tenang, barulah Tenn mengajaknya duduk di kursi yang tersedia di dalam taman kacanya. Tenn berkata kepadanya untuk menunggunya beberapa saat. Ada sesuatu yang ingin ditunjukkan oleh Mama, katanya.

Terra hanya mengangguk tanpa suara. Bibir mungilnya masih belum bisa merangkai kata. Ia hanya bisa mengeluarkan isakan-isakan kecil dari bibirnya.

Sang Mama tak pergi lama sesuai janji. Ia kembali menghampiri Terra membawa sebukit bunga mawar dalam dekapan. Mamanya mendudukkan diri di samping Terra, tersenyum kemudian menepuk-nepuk pahanya--memberitahu Terra untuk duduk di pangkuannya.

Terra mungkin sudah terlalu besar untuk duduk dipangkuan sang Mama--ia sudah berusia 10 tahun, lagipula baik ia maupun Mamanya tidak peduli untuk saat ini. Ia mendudukan diri dipangkuan sang Mama, membiarkan dirinya dilingkupi oleh dekapan hangat oleh sang Mama.

"Terra..." panggilnya ketika isak tangis Terra telah mereda, "Terra, coba liat apa yang Mama bawa."

Tenn membawa buket bunga mawar itu kehadapan mereka berdua. Terra mengusap matanya yang basah dengan punggung tangan agar ia bisa melihat dengan lebih jelas.

Sekarang, ia bisa melihat sekumpulan bunga mawar putih terjajar rapi di sana, namun setangkai mawar biru diletakkan dibagian tengah. Mama pernah mengajarkan Terra bahwa mawar putih berarti kesetiaan dan mawar biru berarti rasa rindu yang teramat sangat.

"Terra liat bunga ini?"

Mamanya bertanya sekali lagi dengan nada suaranya yang lembut bagai simfoni. Terra hanya mengangguk, sehingga Tenn pun melanjutkan. "Buket ini berisi bunga mawar. Semuanya bunga mawar. Tapi Terra lihat apa yang berbeda?"

Terra refleks menunjuk ke arah setangkai mawar biru yang terkepung oleh sekumpulan bunga mawar putih. "Bunga ini. Hanya dia satu-satunya yang berwarna biru, Mama."

"Pintar," Tenn memujinya, mengecup sisi kepalanya sebagai tanda apresiasi. "Betul kata Terra. Yang berbeda adalah bunga mawar biru ini. Dia berbeda dari yang lain. Dia memiliki warna berbeda dari yang lain." jelas Mamanya.

"Tapi meskipun berbeda darinyang lain, apakah itu artinya dia jelek?"

"Tidak Mama," Terra menggeleng, "Mereka semua cantik."

"Terra benar lagi. Mereka semua cantik," kata sang Mama, kini ia tersenyum.

"Menurut Terra meskipun punya warna berbeda dari teman-temannya, apakah bunga biru ini tidka layak disebut bunga mawar seperti yang lain?"

NO EXIT : DIFFERENT IS NOT BADWhere stories live. Discover now