DIFFERENT IS NOT BAD

Start from the beginning
                                        

Pegangannya pada tangan Mama tanpa sadar mengerat. Ia makin takut, namun Terra habis bisa terdiam dan mendongak pada sang Ayah. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Ia berusaha mencari kekuatan dengan menatap Ayahnya.

Ayahnya yang masih tersenyum dan tersenyum saja.

Senyum itu adalah senyum sama yang ia gunakan ketika ia berbicara dengan orang asing, ketika ia berhadapan dengan musuh, ketika ia melihat Mamanya atau Terra terluka, atau ketika ia di dekati oleh perempuan lain.

Senyum itu kosong, seolah tak bernyawa.

Sorot mata itu redup tak tersisa.

Iris mata Ayahnya yang serupa cahaya di langit pagi saat matahari baru terbit akhirnya bergulir pada Mamanya. Terra bisa melihat ada yang berubah disana saat Ayahnya menatap Mama.

Ada sesuatu yang berbeda.

Senyum Ayahnya berbeda ketika ia menatap Mama.

Senyumnya penuh makna.

Senyuman yang tadinya hampa, kini berubah terasa bernyawa.

Senyuman itu hidup. Hidup oleh secerca asa.

"Tidak apa-apa, sayang. Abaikan saja. Jangan dipikirkan."

Ayahnya bertutur pada Mama yang kini mulai tenang. Sepasang manik crimson itu bergerak lagi--tertunduk, dan terjatuh pada Terra. Senyum yang dilemparkan pada Terra masih sama. Senyum itu masih hangat. Sehangat mentari pagi yang menyapa. Senyum itu laksana penyejuk jiwa karena Terra bisa merasakan hatinya turut di landa sukacita.

"Ayo kita pulang,"

Selain senyumannya, Terra juga sangat menyukai suara Ayahnya. Suaranya sangat menenangkan. Mengalun lembut bagai untaian dawai. Suaranya sering kali menjadi favorit Terra untuk mengantarnya ke alam mimpi.

Ayahnya menjulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Mama, mengusap-usapnya secara vertikal dengan ibu jarinya. Terra bisa melihat jika Mamanya kini tengah membuang nafas dalam-dalam dan lama-lama senyuman cantiknya terbit lagi.

Benarkan kata Terra?

Ayahnya selalu punya cara untuk memberikan ketenangan bagi Mamanya.

Mereka bertiga kembali bergandengan tangan dan langkah kaki mereka mulai bergerak menuju pintu keluar pusat perbelanjaan. Kedua tangan Terra ikut menghangat karena dekapan tangan kedua orang tuanya yang menuntun sepanjang jalan, mengerat seiring mereka mengambil langkah.

Tiba-tiba saja, semua kembali baik-baik saja.

Kejadian tadi seolah sirna begitu saja dalam ingatan.

Hari itu memang siang cerah paling menyenangkan.

.
.
.
.
.

"Musim panas ini kalian akan liburan kemana?"

Terra bertanya di tengah-tengah waktu istirahat mereka berlatih limu bela diri. Empat anak kecil berusia genap 8 tahun kini tengah mengistirahatkan diri di taman belakang mansion utama keluarga Nanase, di bawah kanopi rindangnya bunga sakura, bersisipan satu sama lain dan pemandang indah khas taman elite yang menyapa penglihatan. Hebusan angin menerpa helai-helai rambut mereka, menggelitik menyenangkan.

"Aku akan liburan ke mansion utama keluarga Mido," Mido Yuan, anak lelaki lain dengan surai cream seperti Mamanya dan dipadukan watak Ayahnya menyahut pelan dengan nada lembut yang mengingatkan tiga bocah lainnya pada seseorang. Fakta jika Mido Yuan adalah anak dari Mido Torao dan Natsume Minami atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Nyonya besar keluarga Mido ternyata hasil dari mengadopsi, setidaknya tidak seekstrim keluarga gila yang mana mansionnya kini dipakai untuk melatih kemampuan anak-anak mereka. "Untuk musim panas tahun ini kami akan berkunjung ke keluarga Papa. Aku senang bisa bertemu kakek dan nenek lagi." tambah bocah cantik itu.

NO EXIT : DIFFERENT IS NOT BADWhere stories live. Discover now