.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Pencuri!"
Suzy dapat mendengar jelas ucapan seseorang yang berada tepat di belakang bangku Ia duduk, meskipun suara itu terdengar cukup pelan. Entah yang keberapakali, Suzy tidak menhitungnya ngomong-ngomong. Tapi Ia menghiraukannya saja, dan tetap fokus mencatat penjelasan guru sejarah di depan kelas.
"Hei pencuri" suara itu terdengar lagi, kali ini Ia merasakan colekan di bahunya. Mau tak mau Ia menolehkan kepala kebelakang, mengernyit meminta penjelasan kepemuda yang malah menyeringai balas menatapnya sembari memutar pena ditangan. Apa-apaan dia? Pikirnya lalu menatap kedepan lagi.
Tak lama setelahnya, lonceng yang menandakan waktu istirahat berbunyi. Beberapa teman sekelasnya sudah berhamburan keluar menuju kantin sedangkan Ia masih sibuk memasukkan alat tulisnya. Hari ini Ia malas ke kantin sendirian karena sahabat karibnya, Kay sedang sakit.
"Dasar pencuri"
Suzy mendongak, sedikit memiringkan tubuhnya menatap pemuda yang dibelakangnya tadi sudah berdiri disamping mejanya.
"Apa maksudmu?" kata Suzy kentara sekali Ia kesal. akhirnya pertanyaan yang terngiang-ngiang dibenaknya sejak tadi Ia lontarkan juga.
Pasalnya pemuda itu sudah berkata demikian saat mendaratkan pantatnya di bangku belakangnya. Iya, pemuda tersebut memang anak baru yang diperkenalkan oleh wali kelasnya setelah pelajaran pertama usai. Siapa namanya tadi? Nam... Nam-
"Kau tidak memperhatikanku sedari aku masuk ya."
Suzy semakin mengernyit, lalu apa hubungannya dengan pertanyaannya?
"Berhentilah mengernyit pencuri, kau tidak sadar kerutan di dahimu" pemuda itu dengan lancang malah mengusap-ngusap dahi Suzy. Suzy menatap pemuda itu tak percaya, tangannya dengan cepat menepis tangan pemuda itu.
"Kau yang berhenti, berhentilah memanggilku pencuri dasar brengsek"
"Uh.... Mulutmu itu pencuri" pemuda itu menunduk mendekatkan wajah agar sejajar dengan Suzy yang masih duduk.
"Aku jadi ingin menciumnya" lanjutnya
"Wah, kau benar-benar tak waras" Suzy berdiri dengan mulut yang ternganga, kepalanya juga menggeleng-geleng.
Pemuda itu kembali menyeringai. Ia sudah berdiri kembali.
"Aku tersakiti mendengar ucapanmu pencuri" Suzy memutar bola matanya jengah. Ia bersidekap menatap nyalang pemuda di depannya
"Aku bukan pencuri ya"
"Tapi kau pernah mencuri dariku, sujitokki"
Suzy membelalakan matanya. 'Kau mencuri ciuman dariku lagi sujitokki'.
"J-Jjwogi?"
Pemuda itu tersenyum, tidak lagi menyeringai seperti tadi. Tangannya terbentang, dan Suzy tanpa aba-aba langsung menghambur memeluk leher pemuda itu, Nam JooHyuk. yang langsung di balas JooHyuk dengan melingkarkan tangannya dipunggung Suzy.
"Kemana lemakmu?" ujar Suzy sedikit pangling setelah melepas pelukannya, ternyata teman masa kecilnya yang sangat Ia rindukan itu sudah menjelma jadi sosok yang dia sendiri tidak kenali.
JooHyuk tidak menjawab Ia hanya mengedikkan bahunya.
"Aku masih marah padamu" ujar Suzy dengan bibir cemberut.
"Marah?"
"Karena kau mengataiku Pencuri"
JooHyuk terkekeh "Kau tidak lupa, sering mencuri ciuman dariku dulu kan?"
"Itu bukan ciuman ya, aku Cuma mengecup pipi gembulmu Jjwogi"
Suzy menunduk menyembunyikan rona pipinya, Ia memang begitu dulu karena terlalu gemas dengan pipi JooHyuk yang bulat serta berwarna merah.
"Ohho jadi kau lupa telah menciumku disini?" JooHyuk berujar seraya mengetuk-ngetuk bibirnya dengn telunjuk.
"Aku ti-" Suzy berhenti bicara seolah tersadar, ah benar dibandara waktu mereka berpisah 3 tahun lalu. Pipinya semakin merona, Ia menatap JooHyuk yang kembali menyeringai.
"Dan sekarang aku minta kembali apa yang telah kau curi Sujitokki"
"Ap- hmph"
JooHyuk telah membungkam mulut Suzy dengan mencium bibir tebal milik Suzy dengan bibir tipisnya. Akhirnya apa yang telah dicuri oleh pencuri didapatnya kembali, dan Ia tidak akan pernah bosan mengambilnya karena hutang tentu memiliki bunga bukan? Dan Suzy harus membayar hutang seumur hidupnya pada JooHyuk.
*
Mau dong dipanggil pencuri wkwk
