03. Mimpi

343 33 2
                                    

Terdengar dengkuran halus dari dalam kamar rupanya berasal dari mulut sepasang kekasih. Mereka terlelap dengan tubuh berpelukan, saling menyelami mimpi masing - masing.

Jimin yang memiliki tubuh lebih kecil terlihat makin tenggelam dipelukan Jungkook, yang lebih besar. Sebagian tubuh keduanya juga ditutupi selimut cukup tebal, membuat keduanya hangat dibawah suhu pendingin ruangan.

Detik demi detik mereka lalui di alam bawah sadar hingga ketika waktu sudah memasuki dini hari, sekitar jam 3 pagi tiba - tiba salah satu dari mereka terbangun dengan keadaan terkejut. Badannya sedikit banyak dibasahi oleh keringat, jantungnya berpacu dua kali lipat daripada biasanya yang membuat nafasnya tidak beraturan. Matanya terbuka sempurna seakan rasa kantuknya hilang.  Sambil melihat kesegala arah secara acak ia mengeratkan pelukannya secara sadar, membuat seseorang yang terlelap didalam rengkuhannya merasa sedikit terusik.

"Eungh," lenguh yang lebih kecil.

Tubuhnya juga terasa lembab karena hawa dari tubuh lain yang lebih tinggi, matanya mengerjap lucu menghilangkan rasa perih efek terbangun di jam yang bukan seharusnya.

Ia terpaksa harus memeriksa Jungkook ditengah lampu tidur yang temaram, terlihat Jungkook menutupi mata dengan lengan kekarnya. Jungkook juga terlihat terengah - engah, kerutan dikening muncul.

Tidak mungkin Jungkook bermain sendiri saat aku terlelap, Pikirnya.

"Ada apa, Jungkook?"

"Hm?"

Jimin terduduk lalu beranjak keluar dari selimut untuk menyalakan lampu kamar.

Ia bisa melihat keringat di leher Jungkook, dirinya bergerak mengusap pelan pelipis kekasihnya yang ternyata juga berkeringat. Ia meletakan telapak tangannya di dada yang lebih besar.

Deg Deg Deg.

"Mimpi buruk?"

Jungkook mengangguk samar setelah merubah posisinya menjadi duduk bersandar.

Jimin dengan sigap memberikan segelas air minum yang ada di meja nakas kepada Jungkook.

Menunggu Jungkook selesai minum rasanya waktu berjalan lebih lambat, ia merasa kantuknya kembali menyerang.

"Lebih tenang?"

Anggukan kembali diterima. Jimin tersenyum, merasa tenang karena kali ini Jungkook sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya, nafasnya sudah kembali normal dan tidak berkeringat lagi.

Jungkook menepuk sisi sebelahnya, meminta Jimin naik ke ranjang dan duduk bersandar seperti dirinya.

"Mimpi buruk?"

"Iya."

"Mimpi seperti apa?"

"Pembunuhan."

Otak mungil Jimin mulai berpikiran yang tidak - tidak, berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Bagaimana jika Jungkook nanti menjadi psychopath?

Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran yang mulai aneh.

"Kenapa, sayang?"

Tangan Jungkook terangkat, mengusap kepala kekasihnya lembut. Matanya mulai terpejam kembali, mencoba menghilangkan sisa mimpi tadi di balik kelopak matanya.

"Tidak apa, kau bermimpi buruk seperti apa?"

"Pembunuhan."

"Iya, lalu?"

Jimin menatap Jungkook lamat, dirinya memang sangat menyukai jika ada yang berbagi mimpi. Rasanya sangat menyenangkan saat mengetahui mimpi milik orang lain karena entah kenapa mimpi yang selalu lewat di dalam tidurnya sangat aneh.

RANDOM JIMIN  [ KOOKMIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang