32. Drowning in Doubt

Depuis le début
                                    

Mark cukup mengakui apa yang Jeno ucapkan itu benar. Dia terlalu memikirkan dirinya sendiri dengan segala kesibukan tanpa memikirkan perasaan Jaemin. Lalu, jangan lupakan beberapa waktu terakhir fokus dan perhatiannya berpindah pada Haechan, padahal dirinya masih menjalin kasih dengan Jaemin. Pada akhirnya Mark mengakui ia pun ikut andil dalam membuat jarak tak kasat mata diantara hubungannya dengan Jaemin. Jarak itulah yang dimanfaatkan Jeno serta Haechan untuk masuk ke dalam lubang perasaan.

'Air hanya akan mengisi lubang yang kosong. Semakin dalam lubang itu kosong, maka semakin banyak air yang terisi. Begitu pun dengan hati." batin Mark dengan perumpamaan.

'Seberapa dalam lubang yang kosong di hatimu Jaem, sampai Jeno benar-benar mengisinya penuh dengan namanya.' sambung Mark lagi. Setelah itu, ia memilih untuk memejamkan mata karena kepalanya begitu berat efek dari alkohol.


---------------


Sesampai Mark di apartemen, ternyata ada Jeno yang berdiri di depan pintu memakai hoodie hitam. Jeno melihat Mark dan juga sebaliknya.

"Minggir." ucap Mark datar sambil menatap Jeno dengan tatapan dingin.

"Ada hal yang mau aku bicarakan."

"Ck! Bullshit. Cepat pergi! Aku malas melihat wajah iblismu." lalu Mark dengan kasar menarik baju Jeno dan mendorongnya keras.

"Mark, hey, kau menyerah begitu saja? Kau mengakui kekalahanmu?" Jeno ikut mendorong bahu Mark agar pria itu tidak masuk unit apartemennya.

"Cih! Tidak kusangka, ternyata selama ini aku berteman dengan pecundang-"

/bhuAKhh!/

Satu buah pukulan mendarat keras di pipi kiri Jeno hingga pria tampan itu menabrak dinding lorong.

"Dengar brengsek! Aku diam bukan aku kalah. Aku hanya tidak mau melihat wajah pria pengkhianat sepertimu lagi!"

Jeno terkekeh sambil mengusap darah di sudut bibirnya.

"Tetap saja kau pecundang, Mark Lee. Kau diam, karena kau tidak tahu bagaimana harus membalasku." lalu Jeno melipat kedua tangannya di dada.

"Begini saja, aku tahu kau ingin sekali membalasku hingga membuatku jatuh di titik yang sangat rendah. Aku punya permainan yang bisa kita mainkan. Yahh.. dalam kata lain, aku menantangmu dalam permainan ini. Hadiahnya, kau bisa memutuskannya sendiri, begitu pula dengan hadiahku jika aku yang menang. Bagaimana? Menarik?"

Mark terlihat berpikir dengan tawaran Jeno. "Permainan apa yang kau inginkan?"

"Ice hockey. Kau dan aku berada di tim yang berbeda. Kau boleh pilih rekan timmu dan aku juga akan pilih rekan timku."

Mark semakin tertantang dengan permainan yang Jeno tawarkan ini. Menurutnya tidaklah buruk. Dia bertekad akan mengalahkan Jeno kali ini apapun caranya.

"Aku bebas memilih rekan timku?" tanya Mark kembali untuk memastikan.

"Yup, bebas. Bagaimana? Deal?" Jeno mengulurkan tangannya.

Mark menatap tangan Jeno namun ia tidak membalas uluran tangan itu. Ia justru membalikkan badan lalu membuka password kamarnya.

"Baiklah, karena kau diam, aku anggap kau setuju." ucap Jeno karena Mark mengabaikan tangannya. 

"Kita tanding setelah ujian kelulusan berakhir. Pikirkan apa yang kau inginkan, hari H aku akan beritahu apa yang aku inginkan." Jeno pun menepuk bahu Mark lalu berjalan pergi. Baru dua langkah, Jeno kembali membalikkan tubuhnya.

HOCKEY BOYS! √Nomin ft MarkhyuckOù les histoires vivent. Découvrez maintenant