Cewek barbie (Sahyo)

625 59 1
                                    

Namanya Sana. Minatozaki Sana. Cewek labil, berlagak seperti barbie, dan sekarang sedang duduk manis di depanku sambil makan eskrim. Matanya berbinar ketika jemari tangannya cekatan menyuap sesendok es krim ke mulut. Kakinya yang jenjang itu menari-nari di bawah meja. Kepalanya mengayun ke kanan dan ke kiri. Benar-benar mencerminkan cewek-cewek selebgram yang sedang bertemu makanan enak.

Yah tidak salah juga karena dia memang selebgram. Pengikut instagramnya saja mencapai 2juta orang. Benar-benar jumlah yang cukup untuk menerima endorsement setiap hari. Aku yakin dia tidak susah untuk mendapatkan uang karena yang kesusahan adalah aku. Iya aku. Aku harus menjadi mentornya. Demi untuk mencapai kesejahteraan bersama penghuni kontrakanku (Kak Nayeon, Jeongyeon, dan Tzuyu) yang belakangan ini kurang makan, aku jadi menerima tawaran dosenku untuk membuka kelas tutor mata kuliah statitiska. Iya ditumbalkanlah diriku ini untuk menerima tawaran itu. Sementara mereka enak-enakan kerja part time bertiga di salah satu cafe milik keluarga teman SMA ku, Mina.

"Udah bisa dimulai?" kutanya dengan nada malas. Sana menatapku, dengan mata bulatnya yang kebingungan dan bibir setengah terbuka. Oh, ekspresi macam apa itu?

"Dimulai apanya?" tanya Sana. Aku menghela napas panjang. Harus sabar menghadapi cewek barbie di depanku ini.

"Belajarnya. Memang mau apalagi?"

"Ku kira ngedatenya" ujar Sana seraya cekikikan. Nggak lucu. Sama sekali nggak lucu.

"PDF materi hari ini udah saya masukin drive, dibuka dulu aja" kataku menghiraukan candaan sana sebelumnya. Sana mendengus kecewa. Dengan terpaksa dia membuka iPad nya yang entah type apa  itu untuk membuka materi yang kubagikan.

"Kok bab ini la--"

"Halaman 12" kupotong omongannya. "Cermati halaman 12"

"ini udah dipelajari dua hari yang lalu Jihyo"

Memang, tapi dia belum paham.

"Saya minta kamu cermati itu lagi"

"Ngapain? orang udah pernah dipelajari kok."

Kepala batu. Sulit.

"Udah paham kah?" tanyaku sinis, dia terlihat sedikit tersinggung karena wajahnya berubah cemberut sekarang.

"Nggak semua hal harus dipahami"

"Buat apa kamu ngambil kelas tutor mahal-mahal begini tapi kamu nggak paham?" aku mulai mengomel. Bukan cerewet, cuma menyayangkan sikapnya yang sering menghambur-hamburkan uang dan membuang-buang waktu. Kalau nggak ada hasil lebih baik tidak usah dimulai sejak awal.

"Buat apa?" tanya Sana dengan nada yang tidak kalah ketus. "Masih belum sadar buat apa?"

Aku tidak menjawab. Pertanyaan retoris yang tidak penting.

"Ayo belajar-"

Omonganku dipotong "Wah Jihyo kamu memang juara satu deh kalo ada lomba akting"

Sana tersenyum masam. Gelas eskrim yang semula ia genggam ia letakkan di atas meja begitu saja.

"Kamu dengan gengsimu yang tinggi dan hidupmu yang terlalu visioner itu nggak akan paham aku ngambil kelas tutor ini buat apa."

"Mau belajar atau nggak, Sana?" aku benar-benar tidak mau menghiraukan omongannya.

"NGGAK." Dia membentakku "Aku nggak masalah bayar mahal untuk kelas tutor ini. Aku nggak masalah kalaupun tetap nggak paham. Aku nggak merasa ini adalah perbuatan yang sia-sia"

Air mata Sana mendadak menetes. Tubuhnya bergetar.

"Selama itu sama kamu aku nggak masalah."

Aku terdiam, tidak bisa mengatasi Sana yang mendadak meledak ini.

"Tau karena apa? karena aku mantanmu yang notabenenya kamu putusin lewat WA ini masih butuh penjelasan kenapa aku ditinggalin begitu aja"

Kepalaku mendadak pening. Rasa bersalah membuncah, membuat luka yang hampir mengering kembali perih bak tersiram air garam. Kesalahanku kembali diungkit. Kesalahan fatal yang sangat kusesali hingga saat ini.

Cewek barbie ini memang mantanku. Mantan satu-satunya seumur hidup. Mantan yang membuatku tidak bisa lagi merasakan kehangatan cinta setelah berpisah dari dirinya.

"Tiga bulan ini aku hancur karena nggak ada kamu. Tapi kamu baik-baik aja. Ku tanya Jihyo. Pernah enggak sekali aja kamu kangen aku ha?"

"Ayo jawab"

Tubuhku gemetar. Emosiku membuncah. Betapa bodohnya aku menghancurkan gadis yang sangat berarti untukku ini selama tiga bulan kemarin. Gadis itu kembali menangis. Menangis sejadi-jadinya di dalam co working ini. Aku dengan brengseknya masih di sini, duduk di hadapannya tanpa melakukan apa-apa.

"Kamu kalau butuh penjelasan soal Momo bilang" Kata Sana dengan suara sesenggukan. "Jangan malah ngilang"

Nama itu disebut lagi. Selebgram yang mengeklaim Sana sebagai pacarnya waktu itu.

"Aku ini selebgram Jihyo, wajar ada yang ngeship aku sama Momo karena kita collab. tapi aku maunya kamu, dan itu yang kamu nggak pahami kan?"

"Aku bukan cuma sekedar suka dan pacaran sama kamu, aku udah sampe tahap cinta sama kamu, aku mau kamu, aku nggak mau yang lain, aku nggak bisa tanpa kamu. tapi kamunya pengecut, kamu bajingan, kamu putusin aku lewat WA, kamu ngalah sama Momo, kamu nggak mau memperjuangakan aku, kamu egois lemah dan ga bisa apa-apa"

Sana makin menjadi.

"Aku menyerah Jihyo, aku menyerah. Tutor ini nggak usah dilanjut, bayaran tetep full tenang aja. Kamu batu, aku capek memperjuangkan batuan granit kayak kamu"

dan dengan itu Sana beranjak dari tempatnya. Sana pergi, meninggalkan aku si pengecut ini dengan perasaan bersalah yang membuncah.

Oh sungguh sore hari yang kelam, bukan? Nayeon, Jeongyeon, dan Tzuyu mana ada merasakan hal ini. Awas saja kuacak-acak kontrakan setelah balik dari sini.

SANA, AKU KANGEN!

_________17-06-2022

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

_________
17-06-2022

Jihyo OneshotKde žijí příběhy. Začni objevovat