.

30 6 0
                                    

Hesa Wijaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hesa Wijaya

Aku rasakan angin kelabu yang berhembus masuk kedalam tulang-tulangku, bahkan beribu angin yang aku lewati aku hanya bisa menerjang tanpa melihat. Melewati jalan kecil menggunakan kedua rodaku dan kedua telapak kakiku, bergegas menuju domisili untuk membawa beban sampai ketujuannya

Namun hujan telah jatuh mengenai luka-luka pilu berisi ludira, bahkan bercak merah itu memudar karena hujan, kini hanya menyisakan bekas dan kepiluan dunia yang entah kapan memudar

Apakah langit itu menangis melihatku? Menurunkan hujan tanpa kilat, bintang pun tak memunculkan keindahan dirinya, hanya angin kelam tanpa suara dan tangisan langit yang terdengar lembut namun mengerikan

Tak ada derap langkah sedikit pun dari mereka, mungkin ini pertengahan malam? Rodaku berjalan tak beraturan, dunia berputar didalam kepalaku rasanya, bayang-bayang sosok perempuan menungguku dirumah dengan senyuman manisnya, namun apa senyuman itu masih ada nantinya?

Aku menancapkan kaki dengan segala tenaga. Menahan perih beribu luka. Melihat jalan pun tak seperti biasa. Apakah aku bisa sampai bu? Sayang, tubuhku lebih dulu jatuh bersama hujan dan angin malam yang memilukan

"Buu maaf malam ini Hesa pulang telat"

Ini takdirku yang memudar bersama angin malam

Fading FateWhere stories live. Discover now