#6. Dipersalahkan

Start from the beginning
                                    

Nayla menoleh. Ia menatap Bima lebih tajam. Pandangannya sedikit kabur karena air mata yang mengambang di pelupuk matanya. Nayla sudah pada puncak kesabarannya.

"Rumahku di Semarang, Bima. Kamu pikir aku mau kemana kalau bukan ke sana?!"

Air mata Nayla sedikit menetes, cepat-cepat Nayla menghapus air matanya dan menutup pintu mobilnya. Bima mengerutkan dahinya dan tertegun menatap Nayla yang begitu emosional.

Dia nangis? Batin Bima. Pria itu terus memandang mobil Nayla yang kian lama kian menghilang dari jarak pandangnya.

***

"Jadi, besok malam kita akan melakukan pengintaian di kawasan pelabuhan Tanjung Emas. Menurut laporan Perez, akan ada transaksi besar-besaran besok malam. Saya harap seluruh tim dapat mempersiapkan diri dengan baik. Sebelum saya akhiri, apakah ada pertanyaan?" tanya Ganesha tegas.

"Siap, tidak!" jawab seluruh anak buah Ganesha.

Rapat terbatas pun usai. Pandangan Ganesha tertuju pada Nayla yang sejak kedatangannya lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya.

"Lo sakit?" tanya Ganesha seraya menyentuh puncak kepala Nayla, memeriksa kondisi tubuh wanita itu. Nayla berjengit dan menatap Ganesha sedikit canggung.

"Nggak, Bang. Capek aja."

"Setir sendiri?"

Nayla mengangguk.

"Sorry kalau karena rapat ini buat lo jadi buru-buru balik ke Semarang. Oya, lo udah makan belum? Temenin gue makan, yuk?" ajak Ganesha. Nayla menggeleng, berusaha menolak secara halus ajakan Ganesha. Rasanya dia tidak sedang bersemangat untuk makan. Namun, Ganesha segera meraih tangan Nayla dan menarik gadis itu menuju ke mobil pribadinya.

"Bang.... "

"Gue tahu lo belum makan. Jangan sampai maag lo kambuh. Jadi mending sekarang kita makan."

Ucapan Ganesha bagai perintah yang tidak dapat di bantah oleh Nayla. Ia pun mengangguk dan menuruti permintaan Ganesha. Nayla sedikit terkejut saat Ganesha memilih mengajaknya makan di salah satu food court di Tentrem Mall, tetapi Nayla tidak begitu ambil pusing. Hitung-hitung melepaskan penat, makan di mall tidak begitu buruk.

Usai makan, Ganesha meminta Nayla untuk sejenak menemaninya mencari hadiah untuk ibunya yang akan berulang tahun. Mereka terlibat perbincangan yang begitu hangat, mengikis senioritas yang ada di antara mereka.

"Kalau lagi berdua sama gue, lo biasa aja, Nay. Nggak usah terlalu formal," ucap Ganesha usai memberikan segelas minuman boba pada Nayla.

"Saya yang nggak enak, Bang. Masa sama atasan nggak formal. Bisa di bilang kurang ajar nanti," ucap Nayla seraya tersenyum.

"Kan, kalau lagi berdua sama gue. Kalau ada yang lain ya beda lagi," ucap Ganesha. Pria itu menatap Nayla lekat.

"Lo cantik kalau senyum gini, Nay," ucap Ganesha kemudian. Nayla membulatkan matanya, terkejut dengan pernyataan Ganesha barusan. Tiba-tiba saja wajahnya memanas dan merona merah.

"Eh, sorry, Nay. "

Ganesha mengusap lembut noda cheesecream di bibir Nayla, membuat wanita itu berjengit kaget.

"Lo lagi ada masalah? Gue perhatiin daritadi murung?" tanya Ganesha lirih. Nayla mengerjap-ngerjapkan kedua matanya lalu tersenyum canggung.

"Kalau lo ada masalah, lo boleh cerita sama gue, Nay. Kalau gue bisa bantu, gue dengan senang hati akan bantu," lanjut Ganesha seraya tersenyum manis. Nayla menahan napasnya sejenak karena kini ia dapat dengan jelas memandang wajah Ganesha dari jarak dekat. Nayla tersenyum kemudian, tetapi pandangannya tertuju pada seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di belakang mereka dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Bima?"

Mendengar gumaman Nayla itu, Ganesha menoleh. Ia sedikit terkejut saat melihat Bima sudah berdiri tegak di belakang mereka sembari bersedekap. Rahang kokoh Bima tampak mengeras dan wajahnya terlihat sangat tegang. Dapat dipastikan jika Bima tidak dalam kondisi yang baik sekarang.

Tanpa pikir panjang, Nayla segera berjalan ke arah Bima. Namun, lelaki itu sengaja menjauh, berjalan cepat meninggalkan Nayla.

"Bima, tunggu!" ucap Nayla seraya setengah berlari mengejar Bima

"Bima!"

Nayla berhenti mendadak saat Bima tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Tatapannya menajam dengan napas yang memburu.

"Ternyata kamu keburu-buru pulang ke Semarang semua karena dia?" Tanya Bima dengan suara lirih tetapi penuh penekanan. Nayla menelan salivanya susah payah. Otaknya benar-benar buntu saat ini, tidak tahu harus menjawab apa.

"Kamu jangan salah paham, aku dan Bang Ganesh.... " Nayla menghentikan ucapannya saat Bima semakin menajamkan tatapannya, matanya nampak memerah, kelihatan sekali jika Bima sedang menahan amarahnya.

"Jelaskan sama aku, bagian mana yang salah paham, Nay? Kamu mesra-mesraan sama atasan kamu itu. Aku sengaja langsung ikuti kamu ke Semarang karena aku khawatir gimana jadinya kamu nyetir sendirian jarak jauh, aku bahkan nungguin kamu di loby Polda, tetapi kamu masih nggak sadar saking  asyik gandengan tangan sama dia! Jelaskan di mana letak salah pahamnya, Nay? JELASKAN, NAY!"

______________________

Trapped In Marriage bakal hadir lagi besok. Tolong bilang siapa yang salah....

Lanjut?

TRAPPED IN MARRIAGE √ TAMAT [TERBIT]Where stories live. Discover now