#6. Dipersalahkan

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Ijin, Mbak Hera, tadi saya sempat mendengar kalau Mbak Dharma tidak mempermasalahkan jenis bingkisan, justru Mbak Dharma merasa senang dengan bingkisannya. Artinya, tidak ada masalah dengan anggarannya, Mbak?" tanya Nayla mencoba sesopan dan sedatar mungkin.

"Dek Bima, kamu itu orang baru ya disini, tahu apa soal masalah anggaran? Yang pegang uang anggaran selama ini saya, jadi saya tahu betul mana yang sesuai anggaran mana yang berlebihan, dan yang Dek Bima lakukan ini terlalu berlebihan. Wajar saja kalau saya menegur. Jangan mentang-mentang kamu istri dari Lettu Bima anak mantan KSAU lantas membuat kamu seenaknya sama orang lain! Saya ini istri dari Wakil Komandan di Detasemen ini, hormati keputusan dan instruksi saya, dong!" ucap Hera tegas. Nayla kembali menahan amarahnya, tetapi sepertinya batas kesabarannya sudah pada puncaknya. Ia menatap tajam ke arah Hera seolah memindai wanita berpenampilan glamour dan menor itu dengan seksama.

"Ijin, Mbak, sebenarnya salah saya apa ya, Mbak? Jujur saja, saya tersinggung dengan ucapan Mbak Hera barusan. Saya sudah berusaha melaksanakan apa yang ditugaskan pada saya sebaik mungkin. Seharusnya Anda malu, karena melemparkan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab Anda kepada orang lain! Seharusnya Anda berterimakasih karena saya tidak mengatakan yang sebenarnya pada Mbak Dharma jika bingkisan yang menjadi tanggung jawab Anda itu tidak Anda kerjakan dengan baik. Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya letak kesalahan saya di mana. Karena saya tidak merasa apa yang saya buat itu salah. Mbak Dharma juga tidak mengungkapkan kekecewaannya, justru sebaliknya. Jujur saja, saya tidak mau dipersalahkan seperti ini! Saya mohon ijin mendahului."

Hera menatap Nayla tidak suka. Terlebih saat Nayla berjalan menjauh.

Dasar arogan. Lihat saja, setelah ini kamu dan suamimu akan menerima akibatnya karena berani melawan saya, batin Hera.

"Nay, sudah selesai?" tanya Bima saat melihat Nayla berjalan cepat di sampingnya tanpa memedulikan jika Bima sedang berbicara dengan atasannya. Nayla diam. Ia terus berjalan cepat, tidak berniat menunggu Bima.

"Nay, berhenti dulu!"

Bima menarik kasar tangan Nayla membuat wanita itu berbalik dan menatap tajam ke arah Bima.

"Kamu apa-apaan, sih? Kamu kenapa langsung jalan begitu saja? Itu ada Komandan aku di sana! Langsung jalan tanpa peduli, dipanggil nggak berhenti! Punya etika sedikit, dong!" ucap Bima kesal. Nayla menatap Bima dengan mata berkaca-kaca.

"Udah, deh, Bim! Aku lagi nggak mau ribut!" ucap Nayla tegas.

"Ini bukan masalah ribut atau enggak, Nay, tetapi apa yang barusan kamu lakukan itu mirip sama perempuan yang nggak punya tata krama, nggak punya etika! Jelas ada Komandan aku di sana, kamu nggak sapa dia, hormat saja tidak! Maksud kamu apa?" tanya Bima dengan nada bicara sedikit meninggi. Nayla kembali menahan napasnya, mencoba untuk tetap waras, tetapi gagal. Emosi Nayla sudah pada puncaknya.

"Aku mau pulang. Aku udah capek dengerin kamu dan orang-orang itu salahin aku! Aku capek karena kamu  nggak pernah mau mengerti posisiku. Menurut kamu nggak bener, kamu langsung marah tanpa tanya kenapa! Sejak awal memang aku nggak pernah ada benernya di mata kamu! Semua salah! Aku capek, aku mau pulang! "

Nayla kembali berjalan cepat, meninggalkan Bima. Ia segera membereskan barang-barangnya dan berjalan menuju mobilnya. Bersamaan dengan itu, Bima datang dengan motornya dan menghentikan langkah Nayla.

"Nay, kamu mau kemana?" tanya Bima seraya menghentikan pintu mobil yang hendak ditutup oleh Nayla. Wanita itu melirik tajam lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Aku mau pulang," ucap Nayla tegas. Bima mengerutkan dahinya menatap Nayla dengan seksama.

"Kamu nggak berpikir mau pulang ke Semarang 'kan, Nay?" tanya Bima.

TRAPPED IN MARRIAGE √ TAMAT [TERBIT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ