#6. Dipersalahkan

5K 484 45
                                    

Pagi-pagi benar Nayla dan Bima sudah membawa bingkisan-bingkisan itu ke ruang pertemuan. Mereka di bantu oleh dua orang anggota yang paling dekat dengan Bima di asrama, yaitu Serda Fajar dan Serda Putra Sianipar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Serda Ucok.

Acara pun segera dimulai. Di buka dengan senam bersama, jalan santai bersama memutari kompleks asrama, makan bersama, lomba, dan pembinaan prajurit.

Mayor Dharma didampingi oleh istrinya, Mbak Rena memberikan beberapa wejangan pada para prajuritnya baik yang sudah menikah maupun yang masih lajang. Dalam pembinaan tersebut, Mayor Dharma menekankan akan pentingnya komunikasi yang terjalin antar pasangan. Hal yang cukup menampar Bima dan Nayla.

Sesekali Bima melirik ke arah Nayla yang tampak memperhatikan apa yang di sampaikan oleh Mayor Dharma.

"Jadi, wujud perhatian kita terhadap pasangan itu tidak melulu harus mewah, perhatian yang kecil-kecil saja dan jangan lupa beri mereka pujian. Sedikit rasa terima kasih juga dapat membuat mereka merasa bahagia. Yang paling penting, kita sebagai laki-laki harus bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita pasangan kita. Tidak perlu menanggapi berlebihan, dengarkan saja. Terkadang, perempuan itu hanya butuh di dengarkan, begitu saja mereka sudah lega. Besok pagi masak enak. Kan, siapa yang diuntungkan? Suami, " ucap Mayor Dharma seraya terkekeh di tempatnya.

"Jadi, jangan remehkan yang namanya komunikasi. Hubungan terjalin baik, hangat, itu kuncinya cuma komunikasi. Pesan saya, selagi kita punya umur panjang, jalinlah komunikasi dengan pasangan, keluarga, orang tua, rekan, sanak saudara kita dengan sebaik-baiknya.  Hidup, umur, siapa yang tahu. Selagi masih ada, selagi masih bisa, lakukan!"

Mayor Dharma menutup akhir pidatonya dengan nyanyian yel yel yang kembali menggugah semangat para prajuritnya. Sebelum akhirnya mereka bergotong royong membersihkan lokasi acara.

"Dek Hera, saya tidak sangka, loh ternyata Dek Hera bisa membungkus bingkisan secantik itu. Pilihan bingkisannya juga berbeda dari biasanya. Cantik-cantik pecah belahnya. Terus bingkisan anaknya juga menarik, pemilihan makanannya juga makanan sehat di tambah dengan susu. Wah, memang benar-benar memperhatikan kesehatan anak-anak, " ucap Rena saat menghampiri Hera. Banyak juga ibu-ibu yang memuji Hera tanpa tahu siapa orang yang mengerjakan bingkisan-bingkisan itu sebenarnya.

"Kapan-kapan saya harus meminta Dek Hera mengajarkan cara membungkus bingkisan yang rapi dan menarik seperti ini pada ibu-ibu yang lain. Kita perlu juga punya keterampilan melipat kado seperti itu. Rapi, bagus, dan menarik,"lanjut Rena.

"Siap, Mbak, dengan senang hati, " ucap Hera seraya mengangguk. Semua orang kini telah bersiap pulang, sementara itu Nayla menunggu kesempatan yang tepat untuk menemui Hera.

"Mbak Hera." Nayla menghampiri Hera dan mengajak wanita itu ke ruang kosong di sisi luar ruang pertemuan.

"Ada apa, Dek Bima?"

"Ijin, Mbak, saya ingin menyerahkan nota pembelian bingkisan kemarin, Mbak, " ucap Nayla. Hera mengernyitkan dahinya menerima selembar kertas panjang itu. Ia sedikit terkejut dengan nominal belanja yang di berikan Nayla.

"Duh, Dek Bima, jujur saja, anggaran kami tidak sebanyak ini," ucap Hera dengan senyum tanpa dosa. Nayla membulatkan manik matanya, rupanya ia benar benar harus mengatur emosinya jika berhadapan dengan Ibu Wakil Komandan ini.

"Ijin, Mbak, tapi kemarin Mbak Hera tidak bilang berapa anggarannya hanya mengatakan yang penting sederhana saja. Saya rasa nominal satu juta lima ratus dengan jumlah dan ragam bingkisan yang ada sudah termasuk sederhana, Mbak, " ucap Nayla. Hera tersenyum sinis lalu mengambil dompet dari dalam tasnya.

"Dek Bima, saya sarankan kalau belum tahu itu ada baiknya Dek Bima bertanya. Di grup chat  ada nomor saya. Instruksi saya juga sudah jelas, barangnya yang sederhana saja, tetapi Dek Bima malah membeli barang-barang mahal seperti itu. Cara pembungkusannya juga menurut saya terlalu berlebihan. Pembelian plastik dan kertas kado sudah pasti membengkak 'kan? Saya bukannya tidak mau menukar uang Dek Bima, tetapi memang anggarannya tidak sebanyak itu," ucap Hera. Nayla mencoba menahan emosinya dengan memejamkan manik matanya sejenak.

TRAPPED IN MARRIAGE √ TAMAT [TERBIT]Where stories live. Discover now