1. Savior

98 33 268
                                    

Rangkaian suara erotis dari luar kamarnya membuat seorang gadis kurus berambut pirang lurus sepinggang mulai kesal. Dia pun bangkit dari kursi recliner yang baginya paling nyaman sedunia. Sembari melangkahkan kakinya, kepalanya mempersiapkan omelan ketus untuk siapa pun yang telah membuyarkan konsentrasinya dari layar komputer yang terinstal di kamarnya.

Dibukanya pintu kamar berwarna putih dengan motif sulur tanaman bersepuh emas yang memang tak tertutup sempurna, lalu berdiri di ambang pintu dan menelisik ruang tengah luas di hadapannya. Di salah satu lounge berdesain elegan berwarna putih gading, seorang gadis dalam balutan dress ungu berbahan beludru sedang menggesekkan area pribadinya di atas bagian intim seorang pria yang masih berpakaian lengkap, yakni kemeja putih yang lengan panjangnya digulung hingga ke siku dengan seluruh kancingnya yang telah terbuka, menampakkan tubuh atletisnya. Celana bahan berwarna hitam dan sepatu desainer berwarna senada juga masih melekat di tubuhnya.

Pria muda tersebut memandang wajah terangsang si wanita yang tak berhenti mendesah dan mengerang dengan ekspresi datar, kendatipun tangannya menempel pada bongkahan bokong gadis seksi di pangkuannya. Mata si pria melirik ke arah si pirang, kemudian mengangkat alisnya sebelum bibirnya mengerucut untuk menahan tawa.

Dengan geram, si pirang mengambil sebuah bantal dari atas sofa lounge di sampingnya, menghampiri mereka, dan mengayunkan bantal tersebut hingga memukul bagian belakang kepala si wanita. Wanita bertubuh seksi tersebut menoleh ke arah penyerangnya dengan mulut ternganga.

"Stop dry-humping my brother, you whore! Pulang sekarang atau wajahmu yang sudah terekam CCTV dari tadi, viral di internet!" [Berhenti melakukan itu pada kakakku, Pelacur!]

Wanita itu mencebik, membetulkan atasan dress tipe kemben yang melorot dan menunjukkan hampir keseluruhan bagian dadanya, kemudian mengecup bibir si pria —yang mengelak, dilengkapi dengan mimik wajah kesal, kemudian turun dari pangkuannya.

"See you later, Gorgeous!" ucapnya centil sebelum berjalan menuruni tangga ke lantai satu, yang berujung di ruang tamu dan keluar melalui pintu dobel berukiran mewah yang terbuka lebar. [Ketemu nanti, Ganteng!]

Seorang pelayan pria di ruang tamu yang baru saja memasuki pintu tersebut, menunduk sopan ke arah wanita yang berpapasan dengannya itu, tapi tentu saja tak dianggap ada oleh gadis muda yang angkuh tersebut.

"My savior!" ucap si pria sambil menarik kedua tangan si pirang hingga tubuhnya terjatuh ke pelukannya. "Sejak kapan, Arte ada di rumah?" tanyanya sambil menciumi pipi adik perempuannya. [Penyelamatku!]

"Stop that, Angelo! Aku udah bukan bocah lagi!" teriak si pirang sambil mendorong wajah pria tampan berambut tembaga yang wajahnya berhiaskan stubble tipis tersebut. Pria itu terkekeh, menggoda adik bungsunya selalu saja menjadi hiburan baginya.

Belum juga habis tawa Artemis yang kini sedang digelitik pinggangnya oleh Angelo, pintu sebuah kamar lain yang terhubung dengan ruangan yang sama, terbuka. Dari dalamnya keluar seorang perempuan muda yang mungkin seusia Artemis. Celana super pendek yang dikenakannya hanya menutupi kemaluan dan selangkangannya saja, sementara cropped-top putihnya memiliki kerah rendah yang mempertontonkan belahan dada yang dipenuhi bekas cupangan. Pucuk dada yang tercetak dari balik pakaiannya menunjukkan bahwa dia tak mengenakan bra di balik kaus tak senonoh tersebut.

Menyusul di belakangnya, ada seorang wanita yang lebih tua dalam balutan body suit coklat muda berbahan satin. Sebelum wanita tersebut melangkah keluar dari kamar, sebuah tangan menampar gemas bokongnya, lalu menarik pinggangnya dan memeluk tubuh berisi tersebut. Pelakunya adalah pria yang kemudian terlihat dari luar ruangan, menangkap bibir wanita tersebut dalam ciuman kasar sebelum melepaskannya. Perempuan tersebut memekik nakal sebelum melangkah keluar dengan pinggul yang dilenggak-lenggokkan dengan genit.

Setelah kedua wanita tadi tak lagi terlihat batang hidungnya, pria berambut abu-abu itu keluar dari kamar dan tersengir saat mendapati dua orang anaknya menyaksikan adegan tadi.

"Kalian semua menjijikkan!" desis Artemis kesal. Dia melompat turun dari dekapan sang kakak dan kembali ke kamarnya, membanting pintu kamarnya hingga menutup. Dia tak mempedulikan bagaimana reaksi ayah dan kakaknya. Jujur saja, menjadi bungsu sekaligus satu-satunya perempuan di keluarga Diossey, membuatnya merasa sangat tertekan.

Ayah dan kelima kakaknya tak pernah menutup-nutupi aktivitas seksual gila yang seringkali mereka bawa ke rumah. Bukannya mereka tak mampu membayar kamar hotel atau melakukannya di tempat lain, hanya saja bagi para pria di keluarga Diossey, rumah merupakan tempat paling aman yang bisa dipastikan tak akan membuat rahasia kecil itu tak terendus publik. Tak akan bagus bila media menangkap basah seberapa gilanya kehidupan keluarga investor tersohor tersebut.

Yang paling menyebalkan bagi Artemis adalah, kendatipun enam pria tersebut selalu saja mendapat wanita mana pun yang mereka inginkan, tak sekali pun mereka membiarkan seorang pria mendekati dirinya. Kini Artemis berusia 23 tahun dan sudah single sejak lahir. Baginya ini sama saja dengan kutukan, bahwa kecantikannya seolah sia-sia.

Mendiang ibu mereka, Mariana, meninggal setelah melahirkan adik Artemis. Bayi laki-laki tersebut juga meninggal selang beberapa jam setelah dilahirkan. Saat itu Artemis berusia 10 tahun, si sulung Alexander berusia 18, si kembar Arkana dan Arcenio 16 tahun, Angelo 15 tahun, dan Alain 13 tahun. Atlas, ayah mereka, patah hati dan berjanji tak akan pernah lagi mencintai wanita lain, sementara kelima putranya jadi terlalu takut kehilangan cinta seperti ayahnya dan tanpa sadar memilih untuk tak menjalin hubungan yang terlalu dekat secara emosional dengan lawan jenis.

Mariana adalah pewaris tunggal Morinho, keluarga kaya raya pemilik beberapa tambang berlian dan batu bara. Sepeninggal Mariana, Atlas memilih untuk tak repot-repot bekerja dan membiarkan uang mereka yang menggandakan diri sendiri dengan cara menginvestasikannya di banyak sekali perusahaan besar di seluruh dunia.

Artemis yang mulai bosan terkekang, memutar otak untuk mencarikan kegiatan bagi enam pria tersebut sebagai pengalih perhatian, karena saat ini gadis tersebut tengah menaruh perhatian pada seorang pria dan ingin mengejar cintanya.

Dia pun mulai memikirkan tentang pengalih perhatian yang tak akan bisa ditolak oleh keluarganya dan akan membuat mereka sibuk untuk kurun waktu yang cukup lama. Tak hanya itu, dia juga menyusun alasan supaya seluruh keluarganya setuju untuk turut berpartisipasi.

Menyadari predikat playboy yang melekat pada enam orang pria tampan tersebut, sebuah ide muncul untuk membuat sebuah aplikasi berbasid kencan online dan boyrent. Mereka sudah pasti akan menikmatinya.

Di sinilah semua kegilaan berawal. Artemis segera melakukan penelitian terkait program yang akan dirancangnya, dan segera merutuki betapa sistem aplikasi berkencan yang saat ini sedang naik daun dan laris pengguna, sebenarnya memiliki banyak kelemahan dalam sistemnya. Kelemahan ini bisa dia jadikan acuan untuk membuat aplikasi yang lebih sempurna.

EROSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora